20 Juli 20XX
Kau tahu? Waktu berlalu begitu cepat. Tak terhitung sudah beberapa hari, hingga bulan yang telah dilalui oleh kami selama belajar di sekolah Royal.
Satu hal yang kami tahu pada saat itu adalah belajar, ujian, pengambilan nilai, dan hal-hal yang berbau seperti kelas neraka yang begitu mencekam di akhir lonceng kelulusan hampir berdenting.
Kini semua itu bagaikan angin lalu, yang tertiup searah langkah kami bergerak. Semuanya seperti simfoni kehidupan, yang tertata rapih oleh hukum alam.
Terpecah dan terurai secara besar-besaran. Mungkin itu adalah makna dari arti kata perpisahan.
Ya, pastinya kau sudah tau akan maksudku. Ada kata perpisahaan yang terselip rapih di balik sebuah kisah ke lulusan sekolah. Kami yang mulanya mengenakan seragam dengan bawahan biru, kini beralih memakai yang namanya pakaian putih abu-abu.
It's so simple. Kami sudah memasuki sekolah tingkat menengah akhir. Kami lulus bersama-sama. Pada awalnya aku berandai-andai akan masa depan bersama-sama.
Namun nasib berkata lain. Nyatanya Karin memiliki jalannya sendiri yang harus ditempuhnya untuk masa depan.
Dari semula aku sudah berharap-harap cemas. Akankah kami bisa bersama-sama memasuki sekolah biasa, tanpa embel-embel kekuasaan. Contohlah SMA Negeri biasa.
Bisa, bisa saja kami melakukan itu. Bahkan kami memasuki tempat yang dituju akibat persaingan hasil nilai yang menjadi taruhannya. Tapi keputusan Karin sudah bulat, jadi aku tak bisa menggugatnya, bukan?
Ah, iya, ini harus aku masukan juga. Pada akhirnya aku dan Viola masuk ke SMA Negeri Caylh, sedangkan Karin masuk ke SMK Negeri Tamrail. Dia mengambil jurusan manajmen bisnis.
Walau sejujurnya sahabatku ini pasti menyembunyikan alasannya itu untuk memilih memasuki sekolah menengah kejuruan, dibandingkan yang biasa.
Mungkin aku paham akan satu hal. Posisi kedudukan, masa depan, serta tanggungan beban kehidupan yang berpusat pada masalah keluarganya pada saat itu, membuatnya memilih untuk menyanggupi hal ini.
Sedih kurasa, dikala salah satu dari sahabatku berpisah dengan sedemikian jadinya. Mungkin kini diriku hanya bisa berdoa. Semoga waktu ini cepat berlalu. Aku hanya ingin kita bisa berkumpul bertiga dengan Karin lagi.
From : Ayumi
Tut
Tepat setelah layar ponselnya dimatikan, suara kekehan kecil keluar begitu saja dari mulut Kazuma sehabis ia membaca pesan yang berisi keluh kesah sahabat berdarah campurannya itu akibat terpisah dengan Karin.
Seutas senyum tipis ia tampilkan, dikala samar-samar bayangan sang gadis pelipur laranya kembali hinggap didalam kepala.
"Ah, sudah hampir satu tahun ya. Rasanya baru kemarin aku bertemu dengan dia," gumamannya itu sontak membuat teman sebangku, atau lebih tepatnya sahabatnya ini menoleh akibat keanehan pemuda bermarga Syirugama itu.
"Hey, kau kenapa? Kau sakit? Sejak tadi kau tersenyum, dan melamun dengan tidak jelas. Seolah pikiranmu sedang dibawa terbang ketempat lain," ujar temannya itu bertanya.
"Betsu ni, aku hanya sedang merindukan seseorang saja," jawab Kazuma sembari memutar-mutar liontin kalung yang diberikan Karin padanya pada waktu itu di bandara.
Wajah sahabatnya itu memajangkan kesan datar, dan sedikit geli. Why? Karena Kazuma jarang atau bahkan tidak pernah menampilkan raut ini pada orang lain. Kecuali pada...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Lain Sang Pembully
Teen FictionAku adalah murid baru di SMP Royal. Hari pertamaku saat masuk sekolah, sangatlah tidak menyenangkan. Mulai dari sebuah teror kejahilan, hingga hal-hal tak terduga yang dibuat oleh sang pembuly disekolah. Namun apa jadinya, jika aku mengetahui alasan...