Berbeda dari keadaan sebelumnya yang terlihat tegang dan menakutkan. Sahabat kecil dari Karin itu kini berada di perjalanan pulang menuju rumahnya.
Rasa lelah terus saja menerpanya setiap hari. Tetapi semuanya sirna setelah mendapat kabar dari grub chat bahwa Hortensia sudah sadar dan hanya kelelahan saja.
Klik
"Huf," Viola menghela napas setelah mematikan layar ponselnya. Manik kelamnya itu menatap ke arah jalan yang dihalangi oleh kaca mobil.
Pikirannya larut bersama rasa letihnya. Isi kepalanya berkecamuk untuk memikirkan langkah-langkah berikutnya. Semakin lama setelah mereka berlima bergabung, tingkah laku duo ular ini semakin menjadi-jadi. Walau sempat ada kelowongan, sebab tak ikut sertanya Flow dalam rencana adik sepupunya.
"Nona," panggil supirnya dari kursi pengemudi.
"Ya, ada apa mas Saka?" Tanya gadis berhijab ini tersadar dari lamunannya. Kepalanya tertoleh untuk melihat ke depan.
"Tadi saya dapat pesan dari nyonya, kalau ada tamu yang sedang menunggu kehadiran anda di rumah," putra Hanggaraya ini memberi tahu setelah mendapatkan chat dari Satiara (Ibu Viola).
"Ada tamu yang menungguku? Tumben sekali. Aku jarang sekali mendapatkan tamu, kecuali Karin," monolognya menerka-nerka.
Dia berusaha berpikir akan setiap deretan orang penting yang mungkin menjadi tamu baginya dan bukanlah orang tuanya.
"Eh, tunggu. Jangan–jangan..."
Pria berusia 25 tahun ini melirik dari kaca spion di dalam mobil. Retinanya bisa menangkap ekspresi wajah nona mudanya yang gembira.
Senyumnya terukir tanpa sadar. Perubahannya sangat drastis dari pada hari-hari sebelumnya. Biasanya terlihat murung, letih, dan frustasi. Kini tampak sangat bahagia.
10 menit berlalu. Mobil yang di naiki oleh putri Satiara ini mulai memasuki pekarangan rumah.
Tepat saat berhenti di depan gedung, Saktaru mulai menghentikan laju kendaraan yang dikemudikannya.
Pintu mobil bagian penumpang itu di buka oleh salah satu pembantu rumah. Keluarlah sang nona muda sembari berlari kecil setelah mengucap salam dan terima kasih kepada pembantunya.
Saka bingung, kenapa Viola bersikap seperti itu? Terlebih pembantu yang lebih senior darinya geleng-geleng kepala saat melihat tingkah dari putri rumah besar ini.
Di Dalam Rumah...
Viola sumringah saat mendapatkan satu sosok yang sudah sangat lama tak di lihatnya tengah duduk di ruang tamu rumahnya.
"Kakakkk"
Orang yang sedari tadi menunggu-nunggu itu langsung bangkit. Ia merentangkan tangannya, seperti siap menerima pelukan.
"Welcome home, my young sister"
Greb
Kedua orang itu saling berpelukan. Melepas kasih dengan sedikit isakan tangis di sana.
"Hey, what are you doing?" Tanya gadis cantik berambut pirang yang menjadi tamunya.
"I just miss you and unwind," jawab Viola semakin mengeratkan pelukannya.
"That's all, Viola?"
"Yes, that's all sis"
"But i doubt it"
Larasati melepaskan pelukannya kepada orang yang merupakan kakak sepupunya itu. Ia tatap lekat-lekat gadis berusia sekitar 24 tahun ini dengan pandangan yang tak bisa di artikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Lain Sang Pembully
Teen FictionAku adalah murid baru di SMP Royal. Hari pertamaku saat masuk sekolah, sangatlah tidak menyenangkan. Mulai dari sebuah teror kejahilan, hingga hal-hal tak terduga yang dibuat oleh sang pembuly disekolah. Namun apa jadinya, jika aku mengetahui alasan...