Katakan Alasannya!!

9 2 0
                                    

Kejadian itu tak luput dari perhatian Ayumi dan Viola. Keduanya mulai mengerubungi sahabatnya yang sudah jatuh sembari merintih ke sakitan.

"Karin, kita masih memiliki 1 mobil Ambulance yang sudah siap untuk langsung pergi ke Rumah Sakit. Lebih baik cepat bawa temanmu ini. Sisanya biar aku yang urus," celetuk seseorang yang tiba-tiba datang menghampiri gerombolannya.

Semuanya terkejut. Tak menyangka sekali kalau yang datang ternyata adalah Zier dan Neva yang sudah mulai aktif kembali pada pekerjaannya.

"Om, tante? Kenapa kalian bisa ada di sini? Aku tidak memberitahu soal ini kepada kalian, kan?" Karin kebingungan. Apa yang salah? Kok bisa 2 pengacara keluarganya datang?

Tap

"Aku yang memberitahu mereka. Bisa-bisanya rencana ini tak melibatkan pengacara. Yang ada akan repot urusannya. Lagi pula aku tak punya izin praktik di Indonesia, mungkin seterusnya aku akan mengurus berkas-berkas pindah," celetuk Eve yang baru saja tiba.

"Cepat, kalian pergilah. Keadaan Hortensia yang paling utama sekarang," lanjutnya.

Hortensia dengan cepat di larikan ke Rumah Sakit setelah mengalami pendarahan pada matanya. Semua orang masih belum bisa menduga apa gejala dari semua itu. Tapi yang pasti, mereka khawatir.

Semenjak interaksi kedua wanita berbeda usia ini menarik perhatian Semi, hal itu membuat dia semakin memupuk banyak sekali praduga. Sebab Maryam terus lengket dan menempel dengan Ganaya seperti lem tikus.

Selalu ada di sampingnya, tanpa mau berpisah. Bagai ibu yang selalu ada di saat anaknya menderita, dirinya terus mendampingi.

Bahkan bila di tanya oleh sang dokter, siapakah wali dari gadis bunga ini? Maka Maryam akan menjawabnya. "Sayalah walinya".

Seketika pemuda berusia 16 tahun yang di pakaiannya terdapat beberapa noda darah itu tersentak.

Menatap bingung. Kali ini wali? Apa maksudnya? Hatinya seperti di remas. Jika Hortensia adalah kerabat dari ibu angkatnya...apakah itu boleh? Apakah ia boleh mempunyai rasa suka ini? Yang...benar saja.

Di Kamar Rawat...

Hortensia tengah terduduk di atas brankar sembari menyender. Matanya di perban dan tangannya di pasang selang infus. Kepalanya menoleh ke arah jendela. Bagai sosok yang dapat melihat segalanya, ia lebih tertarik untuk memperhatikan hal di luar sana yang sejujurnya untuk tahu saja tidak bisa.

Tok...tok

Kriet

Pintu bercatkan putih itu di buka oleh seseorang. Ia mendekat, dan setelahnya duduk di kursi penjaga paseien.

"Sudah merasa baik, kak?" Tanya dia yang memiliki suara barinton sembari menaruh buket bunga Hortensia ke atas nakas di samping kasur.

"Ya, kurasa begitu," jawab sang pasien sembari menengokkan wajah ke arah tamunya.

"Syukurlah, aku senang mendengarnya"

Dengan sejuta rasa penasaran, Hortensia perlahan meraba meja nakas di sampingnya. Si empu berniat untuk mengambil barang yang tadi di taruh Semi di sana.

Dengan gercep adik kelasnya membantu untuk mengambil barang yang sekiranya benar itulah yang diinginkannya.

"Kamu membawa bunga, Semi?"

Sisi Lain Sang PembullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang