Ke Esokan Harinya...
Terbukalah wahai setiap mata yang tertutup rapat ini. Bangunkanlah setiap ruh ini, dari setiap bunga tidur yang cukup menakutkan itu. Tolong, bisikan kicauan burung yang merdu itu ketelingaku. Aku tidak tahan lagi berada ditempat mengerikan ini.
Kata-kata itulah yang keluar dari alam bawah sadar Karin sekarang ini. Ia cukup takut untuk menyaksikan pemandangan mimpi buruk itu. Bahkan saking menakutkannya, setetes kristal bening keluar dari matanya.
Sekuat tenaga ia membuka matanya. Melepaskan setiap jeratan tali kekangan yang cukup lama menahannya itu.
"Bangun. Ayo bangun, Karin. Disini menakutkan. Lihat itu Karin. Lihat!!Mereka...mereka membuangmu saat ini. Karenamu, mereka berpecah. Karenamu, mereka bertengkar. Karenamu, semuanya hancur Karin. Karenamu, aku tidak bahagia"
Jeritan sisi lain dirinya, membuat tubuh Karin terlonjak. Nyawa yang selama ini berkelana, kembali kedalam tubuhnya secara tiba-tiba.
"Hah...hah...hah..."
Hembusan nafas dengan tempo yang sangat cepat, menjadi pengiring kebangunannya. Ia terengah-engah, seperti baru dikejar hantu. Peluh keringat dingin-pun, juga bercucuran didahinya dengan begitu deras.
Bahkan air mata yang dipikirnya hanyalah bunga tidur saja, sekarang menjadi nyata.
"Apa...apa itu barusan? Dia...dia diriku, kan? Sisi diriku yang penuh keceriaan, kah? Kenapa dia marah padaku? Dia menyalahiku. Kenapa?" Batinnya bertanya, akan hal yang baru saja dia lihat didalam mimpi.
Karin menghapus air mata yang ada dipipinya. Dia juga mengelap setiap buliran jagung itu dari dahinya.
Ting
Suara notifikasi dari ponselnya, membuat Karin buru-buru mengambil benda pipih itu. Membuka pemberitahuan yang masuk kedalam gawainya itu.
Ternyata, itu notifikasi dari sosial media yang memberi tahukan tempat wisata baru di Jakarta.
"Taman hiburan," gumamnya dengan pelan. Seutas senyuman, melengkung dibibirnya. Pancaran kekaguman, terlihat di matanya.
"Aku harus ajak ayah kesana," ucapnya dengan penuh semangat.
Karin cepat-cepat menuju kamar mandi. Ia membersihkan diri, dan lanjut berganti pakaian.
Mengenakan sebuah hoodie berwarna pink, dan celana jogger berwarna abu-abu. Tak lupa kerudung berwarna putih, yang dimasukan kedalam hoodienya.
Ia melihat pantulan dirinya didepan cermin. Menatap dirinya dengan senyuman yang begitu ceria.
"Sempurna"
♤♤♤
Karin melangkahkan kakinya dengan pelan menuju ruang kerja ayahnya. Moodnya kembali bagus, karena memikirkan rencana yang cukup seru untuk hari ini. Senandung kecil, menjadi teman perjalannya.
Di Ruang Kerja Kaylen...
Ayah dari Karin ini sedang menerima telfon dari kepala logistik kantornya. Dia berjalan mondar madir, karena mendapat kabar yang cukup membuatnya frustasi.
"Jadi tadi Perusahan Mahardika protes pada kita?"
"Benar Pak. Katanya, pemasokan barang ke tempat mereka sangatlah sedikit. Ditambah, banyak barang yang mengalami kerusakan saat pengiriman ke tempat"
"Pantas saja mereka protes. Pasti ini karena kelalaian kalian dalam memperkerjakan orang. Pokoknya, kau cari orang-orang yang sudah mengkorupsi dan menggelapkan barang itu. Pecat mereka kalau bisa. Satu lagi...kalian harus mengirimkan semua barang pengganti ke Perusahan Mahardika"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Lain Sang Pembully
Ficção AdolescenteAku adalah murid baru di SMP Royal. Hari pertamaku saat masuk sekolah, sangatlah tidak menyenangkan. Mulai dari sebuah teror kejahilan, hingga hal-hal tak terduga yang dibuat oleh sang pembuly disekolah. Namun apa jadinya, jika aku mengetahui alasan...