DUA PULUH LIMA

3 8 6
                                    

Motor putih milik Tiara itu, berhasil mereka dapatkan kembali tentu dengan cara menghubungi semua temannya. Kini Svarga duduk dengan manis di taman belakang rumah Daffa, di sebelahnya Daffa sedang  video call dengan Oskar.

Attaya tidak ada, beberapa waktu yang lalu telah pergi ke RS karena Ayahnya tiba-tiba saja jatuh sakit waktu di kantor.

"Jadi kita langsung ke RS?" Tanya Daffa tanpa menoleh ke Svarga, setelah menekan tombol merah di layar ponselnya.

Svarga yang mendengar itu menganggu kemudian mengambil tasnya, mereka berjalan beriringan,  Mereka melewati jalan belakang rumah, dikarenakan tidak ingin bertemu dengan orang rumah Svarga.

_

"Ayah kamu sakit! Udah mama bilang dari pagi! cepat pulang udah mama spam juga kenapa baru sekarang kamu datang! Huh?" Nyonya Raffi sudah tidak sabar lagi untuk memarahi anak satu-satunya ini.

"Maaf Mama-" belum sempat dia menyelesaikan perkataannya sudah dulu dia mendapatkan tarikan tarling sambil menarik Attaya masuk ke lift.

"Malu ma, iya enggak akan Attaya ulangi lagi!"  mohon Attaya.

"Gak mau tahu, kamu harus dapat hukuman dulu." tangan ibunya memencet nomor lima. Dia sudah pasrah dengan telinganya yang masih di jewer. Saat pintu lift hendak tertutup, Mata Attaya sangat jelas melihat sosok Daffa berjalan melewati pintu lift, mengenakan kaos panjang tangan warna biru laut.

"Daffa sakit?" gumamnya pelan. Dia merogoh kantongnya mencoba menghubungi orangnya langsung. Tapi panggilan itu tidak  tersambung.

nomor yang anda tujuh sedang tidak dapat menerima panggilan

nomor yang anda tujuh sedang tidak dapat menerima panggilan

Dua kali Attaya mencoba menelfon tapi tidak dapat tersambung. Dahinya kian berkerut.

"dia sakit? tadi waktu di sekolah masih baik-baik aja?!"  Attaya meyakinkan dirinya sendiri.

"Ngapain ngomong sendiri?" kembali Ibunya mengejutkannya dengan bertanya tiba-tiba.

"Mama tadi liat Daffa?" tanyanya sambil mencoba melepaskan tangan ibu tersayang ini dari telinganya.

"Enggak tuh, kenapa?"

"Gakpapa ma, tadi Aya liat sekilas, dia kayaknya lagi dirumah sakit juga." ungkap Attaya.

"Dia sakit? Kok mama gak pernah dengar?" Attaya menggeleng kepala pelan.

"Gak tahu, dia gak pernah cerita!" Attaya mencoba mengingat semua kebersamaan mereka tapi tidak ada yang mencurigakan.

"Udah, nanti susul aja kebawah!" Dia melepas jewer-an itu, tidak tega melihat muka murung Attaya.

Bersamaan dengan pintu lift yang terbuka, mereka segera keluar. Ruangan Ayahnya langsung terlihat dengan mata kepalanya.

Ibunya sudah masuk lebih dahulu, dia masih berdiri di ambang batas pintu, mencoba menghubungi Oskar dan Svarga. Panggilan untuk Svarga sama saja dengan Daffa.

Untuk panggilan ke Oskar baru sekali kali dia mencoba langsung diangkat.

"Yo?" Oskar menanggapi dahulu.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang