SEPULUH

30 20 5
                                    

Siapapun Lo, anak Raja, anak presiden, Gak ada harga dirinya didepan gua, Kalau udah main curang!ingat ini cuma permainan! Kalau lo lupa!

__VitaKirana__

Tatapan mematikan, menatapnya tanpa ampun, dia hanya bisa memamerkan sederet gigi putihnya. Walaupun yang menatapnya ini adalah teman sendiri. Tetap saja mereka lebih-lebih dari harimau di hutan.

"Oskar ngapain sih bawak gituan?" Dia menggaruk tengkuk yang sebenarnya memang gatal.

Orang yang ditanya hanya mendecak sekilas, lalu menatap pasti ke Attaya, "lo gak bisa liat ini? Lo udah butah?"

"Cik! bukan, gue tau tapi..." ucap Attaya.

"Gk ada tapi-tapi." Attaya mendengus keras dia menatap sekeliling. Keadaan masih sepi kemana para pemainnya.

"Lo udah mirip sama pengutip sampah!" Mereka melihat sumbar arah suara. Hampir saja Oskar akan membalas ucapanya.

"Ngomong di saring dulu Svarga Saan Samara, keruh banget omongan lo." Orang yang dikatain hanya berlalu pergi tanpa mengucap sepatah katapun.

Attaya terkekeh kecil, dia menatap Oskar, benar yang dikatakan Svarga tadi oskar sudah mirip pengutip sampah, banyak sekali yang dibawanya.

"Tapi kalau dipikir-pikir ada benar nya lo Kar." Setelah itu dia berjalan cepat, malas mendengar balasan dari Oskar.

"Teman laknat." Dia menatap punggung Attaya pergi, dia hanya bisa mengikutinya dari belakang

Svarga berjalan, ketempat  suporter Rafita disana telah duduk Daffa dia duduk disampingnya segila-gilanya tiga temannya tapi masih ada sedikit kewarasan dengan Daffa. Daffa tersenyum kearahnya.

"Lama banget datang!" Daffa saat melihat svarga duduk disampingnya.

"Siapa?" Svarga pura-pura tidak tau atau memang tidak tau, pikir Daffa.

"Yah lo!" Svarga hanya ber'oh'ria, dia mengeluarkan ponselnya menghubungi Rafita, tapi tidak diangkat. Dia kembali memasukan ponselnya ke jeket hitamnya.

"Gue liat Tiara, tadi!" Jedanya membiarkan Svarga menunggu, Svarga sudah tau, tapi dia memilih diam dan mendengar,"dia pakai jersey dia ikut lomba, lawan Rafita!"

Svarga mengangkat bahunya, tidak perduli untuk saat ini, dia kembali menatap lapangan didepan mereka. "Kenapa lo kasih tau sama gue?" Suaranya terdengar dingin tidak seperti Svarga yang dia kenal.

Daffa mendecak sebal, dia tidak mengerti cara berpikir dari svarga kemaren dia menanyakan hubungan Tiara dan Ahmad, mendengar cerita dari Oskar bahwa Svarga membuat nama khusus untuk Tiara. Tapi sekarang?

Dia lebih baik diam tidak ikut serta dalam hal ini. Mengingat ketidak jelasan semuanya. Kini matanya menatap dua tim masuk bisa dia pastikan bahwa tim sekolah mereka yang memakai baju mereh dan tim lawan memakai baju biru.

Mereka berhadap-hadapan bersalaman Tiara merasa ada yang janggal dihadapanya ada sesuatu yang sepertinya jarang terjadi. Tapi dia mencoba baik-baik saja.

Kak Fatih memberi arahan agar mereka semangat dan memberi yang terbaik.

Rafita menatap setiap lawannya tak ada yang istimewa dari mereka berlima. Tapi salah satu dari mereka telah disukai oleh temannya entah dia memang cemburu atau tidak dia akan cari tau sekarang.

Wasit memasuki arena pertandingan. Dia memanggil perwakilan dari salah satu tim. Mereka  melihat Rafita maju, Izzy sedikit mendecak kesal, dia mendorong pelan tubuh Tiara, membuat Tiara terkejut dia berbalik menatap Izzy, "apa?"

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang