Jika seseorang berubah menjadi lebih baik itu bagus, tapi jika seseorang berubah menjadi buruk, lebih baik berhentikan karena sifat seperti itu tidak bagus untuk hidup di dunia yang kejam ini.
Ania hendak berdiri, dia sadar Tiara sudah terbangun. Tapi tangan Tiara cepat menahan lengan sang Mama.
"Jangan pergi Ma ..." lirihnya dengan suara serak khas orang bangun tidur, matanya memanas, ingatannya kembali mengingat masa-masa kelam di keluarganya. Mama_Ania berbalik melihat Tiara, tapi tatapan itu luntur, dia menundukkan kepala dia benar-benar malu, karena pernah meninggalkan anaknya hanya karena pekerjaan."Ma...ma gak rindu sa...ma aku?"
Suaranya bergetar, dia benar-benar rindu sosok di depan matanya ini, tapi yang dia pandang tidak melihatnya, apakah mamanya membencinya? Atau mamanya tidak sudi menatapnya atau semua pikiran aneh terlintas dibenaknya.
"Mama rindu..." dia memeluk Tiara erat, dia menangis sejadi-jadinya hari ini adalah hari pertama mereka berjumpa setelah tiga tahun perceraian dia dan suaminya.
Tiara membalas pelukan itu, dia juga rindu. Sebesar apapun rasa sakit yang diberi ibunya padanya, dia akan tetap sayang. Bagaimanapun ceritanya dia sudah cinta pada orang yang melahirkannya tidak akan bisa berubah.
"Mama ... jangan nangis... nanti Tia ikut nangis," larang Tiara, dia tidak suka melihat orang yang dia sayangi menangis.
"Kamu gak benci sama mama? Mama pantas di benci!" ucapnya air matanya sudah tidak tertahan lagi.
Tiara menggeleng cepat, dia tidak berhak membenci orang yang telah melahirkannya.
Mamanya melonggarkan pelukannya, dia menatap wajah putrinya, matanya sudah sembab. Ania terkekeh kecil, "bagaimana sekolah kamu?"
"Yah gitu!"
"Kok gitu?"
"Sekolah Tia, gak bisa dandan ma, gak bisa di ajak ngobrol!"
Ania tambah terkekeh, mendengar jawaban yang terbilang tidak masuk akal keluar dari mulut Putri kecilnya.
"Mama, Tia gak lagi becanda, serius jangan ketawa dong!" Saat melihat Ania hanya terkekeh.
"Oke, yang tadi itu, pacar kamu?" tanyakan Ania, mendengar itu Tiara terdiam beberapa detik, tapi cepat dia menggeleng.
"Enggak Ma! udah jadi mantan," terkekeh pelan.
"Sekarang gak ada?" dengan begitu penasaran dia menatap mata Tiara.
"Gak ada, Ma!" ungkap Tiara pelan.
"Mau mama cariin?" Tiara menggeleng. Dia tidak suka di jodoh-jodohkan.
"Enggak MAAAA," refleks Tiara membulatkan matanya.
"Sekarang Tia tidur lagi oke?!" titah Ania
Tiara hanya mengangguk, dia baru terbangun, tapi mamanya sudah menyuruhnya tidur kembali.
"Tunggu.. teman Tiara yang tadi mana?" Saat melihat Ahmad tidak muncul muncul."Oouh, mama suruh mandi," ucapnya sambil mengelus rambut Tiara.
"Mama disini kan? Temani Tiara? Enggak pergi?" tanyakan Tiada, dia tidak terbiasa tinggal sendiri di tempat yang baru dia datangi.
Tania yang baru saja ingin melepaskan tas sandangnya kembali menoleh keputrinya, cepat dia menggeleng.
"Mama, jagain kamu malam ini, gak papa kan?"Kini Tiara hanya dapat mengangguk anggukkan kepalanya, sambil memikirkan ucapan sang mama malam ini. Dan kembali meluruskannya tubuh ke kasur, dia mencoba meluruskan kakinya yang terkilir, sudah baikkan hanya saja ada yang dibalut karena ada yang tergores, mungkin kakinya tidak butuh alat bantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen Fiction_ Tiara adalah Anak perempuan yang baik tapi tidak sebaik jalan kehidupan rumah tangga Ayah dan ibunya, benar broken home. Siapapun tidak ada yang ingin orang tuanya berpisah. Saat sepeti ini dia tidak mudah percaya pada hubungan dia ragu pada jala...