LIMA BELAS

34 17 17
                                    

"Kalau lo gak bisa buat dia  tersenyum, cukup jangan buat dia menangis."

__ArkanRevansyah__

Seperti ditusuk oleh duri, perkataan Izzy tadi masih berdenyut-denyut, dia terus memikirkannya merasa ada yang salah, dia memutuskan untuk mencari jawabannya tidak ingin hanya berdiam seperti sekarang.

Dia berdiri dari bangkunya, berjalan ke meja guru, Aldi permisi kepada guru yang mengajar, dengan alasan kepalanya pusing, dia baru pertama kali melakukan ini rasanya benar-benar aneh.

Dia menelfon Vita tapi tidak diangkat, dia merasa hukum Karman berlaku padanya. Karena tadi sempat tidak mengangkat telfon dari Izzy, Aldi menghela nafas pelan.

Aldi memutuskan mencari ke kelas, kakinya berhenti pada pintu kelas XI  IPS 1. Ia menatap kelas itu sekilas, terlihat keributan karena guru yang mengajar tidak masuk, kini pandangannya jatuh pada titik tempat duduk Vita tapi kosong tidak ada siapapun disitu. keningnya berkerut, terlebih saat tidak ada teman-teman Vita disana.

Arkan yang sedari tadi memperhatikan Aldi berdiri didepan pintu, jadi penasaran, dia melangkah menuju Aldi, Aldi menatapnya, Arkan mencoba biasa aja. Karena Aldi ini bisa dibilang rivalnya dari mulai mencalon ketua osis, dan ketua pers. Tapi sepertinya keberuntungan aldi banyak, dia selalu menang, termasuk soal Vita.

"Nyari Vita?" tanya Arkan.

Aldi menatap datar, lalu mengangguk cepat. Dia kembali menatap ponselnya, tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel mulutnya terbuka.

"Lo biarin mereka bolos?" tanyanya sedikit membentak.

Arkan tersenyum sinis saat mendengar perkataan konyol itu, dia tidak sebodoh itu membiarkan empat orang hilang dari kelasnya.

"Enggak!" jawab Arkan.

"Terus mereka dimana?" ucapnya dengan alis naik satu.

"Vita pingsan. Bella jagain di uks, Izzy sebentar lagi nyampe, dan Tiara sakit." jelaskan Arkan dengan senyum yang tidak berubah. Aldi alisnya telah sama seperti semula, perasaannya sekarang benar-benar hancur. Apakaah ini alasan tadi Izzy marah padanya. Kalau benar dia merasa bersalah sekarang.

Aldi berbalik, "oke, thanks."

Tapi langkahnya terhenti karena suara Arkan yang memasuki lubang telinganya.

"Kalau lo gak bisa buat dia  tersenyum, cukup jangan buat dia menangis."

Aldi melirik sekilas melihat Arkan, dia ingin sekali memukul wajah Arkan, tapi dia urungkan.

Dia meninggalkan Arkan, yang ditinggalkan hanya mendesis pelan

"Masih banyak yang mau sama dia lepas kalau gak sanggup jagain dia."

Arkan masuk kelas disambut oleh Putra dengan muka tengil, "muka lo,  lebih para dari ember mak gue." Alhasil dapat jitak dari Arkan.

"Ngomong tu, di teliti dulu puput." ucap Arkan, dia mendaratkan bokongnya pada kursi.

"Sejak kapan nama gue Puput?  Mikir Arkan, Vita udah milik Aldi." Putra mengingatkan karena dia tahu bahwa dulu Arkan pernah suka dengan Vita mungkin sekarang masih.

"Belum nikah." jawaban Arkan membuat Putra mengangakan mulutnya dia menghela nafas pelan sebelum melawan Arkan lagi.

"Terserah, tikung boleh tu,"  dia udah kehabisan kalimat hanya itu yang bisa dia sampaikan pada sosok ketua kelas yang satu ini.

_

Aldi berjalan cepat ke uks, dia merasa bersalah sekarang, karena tadi malam dia mendiamkan Vita,

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang