TIGA

49 35 8
                                    

Hal sederhana bisa jadi sumber kebahagian? Bisa. Asalkan lo mau melihatnya dengan cara buka mata lo lebah-lebar. Lihat sekeliling lo bagaimana mereka bisa bahagia hanya dengan hal sederhana.
__Oskar Valdis__

Kedua bola matanya ingin keluar saja dari sangkarnya. Terlalu malas melihat tiga temanya yang lagi berbaring di Brankar UKS. bagaimana tidak malas. Hari ini baru pertama masuk sekolah tapi mereka tidak baris, dengan sangat terpaksa dia harus ikut. Attaya mencoba duduk tegap lagi.

"At..."

"Tay..."

"Ya..."

Oskar mencoba memanggil temannya, dengan posisi telentang matanya tertutup, memangil nama Attaya menjadi tiga bagian, tapi yang dipanggil tidak ada sautan balik.

"Orang sombong beda tipis dengan orang pekak!" Jedanya, dia menegakan posisinya menjadi duduk sempurna. "Kenapa?... dipanggil gak dengar!" Dia terus berbicara membuat Attaya panas ditempat.

Attaya membuka Hoodie nya, melemparkannya kearah Oskar, tapi siapa sangka lemparan itu tidak sampai tujuan tapi malah mengenai Daffa. Daffa menepis karena risih dengan kain yang ada di atas mukanya. Tapi tepisan Daffa mengenai Svarga. 'Mampus' ucap Attaya dalam hati.

Mereka sekarang tidak dalam posisi rebahan lagi, mereka duduk dan saling menukar pandangan. Bisa dipastikan Svarga kesel dengan Daffa, karena tidurnya terganggu. Tapi Daffa sudah menjelaskan dengan jelas, kalau Attaya yang melakukan pertama. Dia hanya korban tapi Svarga tidak percaya.

"Lo ganggu? Gak liat orang lagi tidur? lo taukan kalau tidur itu gak enak banget dibangunin kayak gitu." Tatapanya tajam kearah Daffa, Svarga benar-benar marah.

"Svar, lo tau gue juga tidurkan, ini Attaya yang lempar, ini hoodie siapa?" Svarga menatap hoodie merah itu, kemudian tatapanya kearah Attaya.

Attaya memamerkan gigi gingsungnya. Tapi cepat dia menggeleng tidak semua kesalahanya.

"Svar ... tadi tuh rencana ke Oscar tapi kena Daffa terus Daffa deh yang lempar ke lo," Attaya harus buat pertahanan diri. Kalau tidak dia akan terkena amukan Svarga.

"Iya tapi ... " Daffa terpojokan.

"Gak ada tapi-tapi kalau lo diposisi gue lo juga kesel." Ucap Svarga, matanya masih menatap ke arah Daffa.

"Iya, gue juga di posisi lo! Gue dilempar
Sama Attaya!" jelaskan Daffa, mencoba meyakinkan.

"Iya tapi bukan berarti lo juga lempar gak jelaskan Daffa." Ucap Svarga serius.

Hening semua diam, Attaya merasa bersalah karena dirinya, Daffa menjadi terkena tatapan tak bersahabat dari Svarga.

"Sorry ... " Mereka terkaget mendengar ucapan itu, bukan Daffa atau Attaya tapi Oskar. Tiga temannya juga menatap lurus kearahnya. Dia menunduk, dia yang paling bersalah, karena tadi dia juga yang memulai amarah Attaya. Entah dia lagi main drama atau mamang dari hati.

"Lo kenapa?" Daffa dan Svarga serentak bertanya. Suara Svarga tidak seperti tadi kemarahan sudah berkurang. Dia sedikit melunakan suaranya.

"Gue yang mancing Att..."

"Dapat apa? Tuna? Hiu?putri duyung gitu?" Mereka kaget bukan main, tiba-tiba suara itu keluar entah dari mana.

"Os..keknya ada hantu cowok yang naksir lo!" Daffa menatap serius kearah Oskar, dari mereka bertiga yang paling takut dengan hantu hanya Daffa, tanggannya mulai dingin.

"Masak sih, cowok naksir cowok? Hantu pula? lo sakit apa gila dadakan?" Oskar menggelengkan kepalanya tak habis pikir melihat sikap Daffa kalau sudah ketakutan.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang