Jangan perna mempersulit dirimu sendiri, kalau ada jalan pintas maka pilih itu.
Ruangan bercat putih itu, seolah tidak ada oksigen. Sulit bernafas bagi Tiara, laki-laki berwajah tampan itu masih berdiri diambang pintu, tangannya menjinjing keranjang yang berisi buah-buahan. Tiara sedikit memaksakan tersenyum ke arah laki-laki itu."Hay!"
Dua huruf itu yang keluar dari bibirnya. Ahmad yang masih bingung mencoba untuk terlihat biasa saja. Dia menetralkan kembali wajahnya, mengangkat tangannya dan melambaikanya.
"Lo ngapain disini? Salah masuk ruangan?" Ahmad bertanya, tapi pertanyaan itu membuat Tiara kesal setengah mati mendengarnya, dia memutar arah matanya jengah, melihat Ahmad yang berbicara seperti itu.
Mendengar itu Svarga tersenyum kecil, dia melangkah ke arah mereka, meletakan barang bawaannya, diatas meja.
"Enggak, gue emang mau liat si Ra." Jujur dia katakan. Dia menatap kaki Tiara yang dibalut dengan perban. Rasa kesalnya kembali muncul pada teman-teman Rafita.
"Ra?"
Ahmad dibuat tak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya. Bagaimana seorang yang tidak perna dekat kini datang mengunjungi, dan sebutan nama tadi.
"Ya, Ra, Tiara sama kan?" Kini tatapannya beralih ke Ahmad.
"Ooh iya-iya sama,"
Tiara terdiam cukup lama, apa apaan ini. Tapi dia mencoba menepis semua hayalan gila yang terlintas dipikirannya, karena dia sudah tau persis apa yang akan diucapkan Svarga selanjutnya.
"Yudah, gue kayaknya ganggu! Gue duluan, lagian ini titipan Salsa."
Deg! Baru saja dia pikirkan memang semua ini karena Salsa, bukan karena keinginannya pikir Tiara, tapi setidaknya berbohong ajah lebih bagus jangan terlalu jujur. Tiara mendecak sebal, dalam hati dia menjerit, 'bohong sikit aja, kalau itu buat hati lebih tenang sedikit.'
"Duluan!" Dia berjalan mundur, lalu berbalik melangkah meninggalkan orang yang masih bingung dengan sikapnya.
"Kamu ada hubungan apa sama Svarga?" Pancingnya, tidak biasa Svarga mau terlibat, atau sekedar mengantarkan, menurutnya kata Salsa tadi adalah tipuan.
"Gk, gak tahu" Dia menggelengkan kepalanya cepat, bagaimana dia tau, dibilang pdkt, tidak, teman juga tidak. Tiara pusing memikirkan sikap Svarga yang masih susah ditebak. Dia menyandarkan kepalanya memicingkan matanya. Berusaha tidak terjadi masalah sekarang, dia tertidur.
Setelah menyadari Tiara tidur, Ahmad langsung berdiri dari duduknya untuk merapikan selimut Tiara, kemudian kembali duduk ketempat semula, dia juga lelah ingin tidur, tapi badannya penuh keringat jadi risih dia tidak akan tidur kalau begini.
Seseorang mengetuk pintu, membuat Ahmad menoleh ke arah pintu, dia tidak kenal siapa yang baru saja masuk, dia hanya bisa memastikan perempuan ini adalah wanita yang sudah menginjak kepala empat.
Dia tersenyum kearah Ahmad, membuat Ahmad juga tersenyum canggung, dia tidak tau harus bagaimana. Ahmad berdiri saat melihat wanita yang tidak dikenalinya mendekat kearah Tiara.
"Buk... anda siapa?"
Ahmad harus waswas, bagaimana pun ini menjadi tanggung jawabnya, bagaimana jika wanita didepannya ini adalah penculik anak? Atau penculik ginjal? Kan mahal.
Wanita itu, menoleh kearah laki-laki itu, dia tersenyum, "saya ibunya Tiara!" Suaranya tegas. Bisa dipastikan dia adalah orang yang berwibawa. Tatapannya kembali melihat gadis remaja yang tengah tertidur. Dia tidak berani hanya untuk mengelus helai rambut gadis itu dia tau Tiara masih benci padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen Fiction_ Tiara adalah Anak perempuan yang baik tapi tidak sebaik jalan kehidupan rumah tangga Ayah dan ibunya, benar broken home. Siapapun tidak ada yang ingin orang tuanya berpisah. Saat sepeti ini dia tidak mudah percaya pada hubungan dia ragu pada jala...