ENAM BELAS

26 19 15
                                    


"Orang yang diam bukan berarti lemah, kadang dia hanya merasa tidak perlu mengeluarkan energi hanya untuk hal-hal yang tidak penting."

_Svarga Saan Samara_

Seorang laki-laki tinggi, memakai hoodie merah, berdiri didepan pagar, dia menatap datar pagar yang tertutup rapat, dia tidak menyangka hari ini adalah hari sialnya, ban motor kempes, sampe disekolah pagar ditutup. Tidak ada tanda-tanda dia akan masuk, karena dia tau saat dia masuk dia akan menerima hukuman. Dia mendecak berkali-kali.

Dia tersenyum saat ide cemerlang terlintas dipikirannya, seperti lewat dinding belakang sekolah, atau memanjat pohon jampu. Dia berjalan kearah belakang sekolah tanpa dia sadari dia telah diikuti.

"Kak!" panggil seseorang yang tadi mengikutinya.

Baru saja kakinya akan memanjat dahan pohon jambu tiba-tiba sudah berhenti saat suara itu masuk kedalam indra pendengarannya. Dia menoleh matanya sedikit terkejut saat melihat siapa yang berdiri disana.

"Kak, jangan ngelamun, nanti jadi kesurupan!"

Suara itu adalah suara milik Tiara Ozora, dia mengeratkan pegangannya pada sandangan tasnya, mehilangkan rasa gugupnya.

"Ngapain lo disini?" Dia kembali meluruskan kakinya, yang tadi sempat naik, dia menatap Tiara cukup lama, memperhatikan kaki Tiara yang masih diperban.

Tiara berdecak sebal, "mau belajar lah, gak mungkin mau belanja." Dia menatap Svarga dari bawah hingga atas, sedikit berantakan.

Svarga menghela nafas pelan, lalu kembali menatap Tiara, "Bukan gitu, lo kan masih sakit?"

"Oh, udah-udah baikan kok!" jawabannya cepat.

"Oh yaudah!" Dia kembali berbalik, menaikan kakinya pada pohon jambu itu.

"Kak ikut, kak, kak!" Tiara merengek seperti anak kecil yang ditinggal orang tua.

"Lo mana bisa manjat!" Sambil mendudukan bokongnya pada dahan pohon. Dia menatap Tiara yang berdiri pas di bawah pohon.

Tiara ingin menangis. Dia jarang terlambat, hari ini dia memaksakan Samuel untuk membolehkannya pulang dan langsung sekolah.

"Kak, gak boleh gitu dong! Kita sama-sama terambat jadi sama-sama dihukum dong." Tiara tidak mau malu sendiri jika nanti hukumannya adalah lari keliling lapangan.

"Sama-sama ke pelaminan mau?"

Dag!

Dia menatap Svarga kesal setengah mati, Svarga ini bisa dibilang Raja gombal, setelah dia mengatakan kalimat yang membuat hati Tiara terbang tinggi dia akan mengatakan kata-kata merusak suasana. Jadi kali ini Tiara Tidak akan mempercayai lagi

"Gak dijawab Ra?" tanya Svarga.

Svarga menaikan alisnya, dia seperti monyet sekarang, memakan jambu yang bergantungan. Bedanya monyet makan pisang kalau Svarga makan jambu

"Aku masih sekolah kak!" Katanya sambil melihat arah lain, dia sangat malu sekarang.

Svarga terkekeh, sambil memilih jambu yang merah.
"Banyak yang masih sekolah udah nikah, jadi lo gak mau nikah sama gue?"

Pipih Tiara kian memanas, ada rona merah di sana. Ia akan kehilangan akal sehat jika masih disini, Tiara berbalik meninggalkan Svarga yang masih tertawa kencang.

Tapi langkahnya kembali terhenti saat Svarga memanggilnya.

"Ra tunggu," panggil Svarga saat menyadari Tiara ingin meninggalkan dirinya. Svarga turun dari dahan pohon jambu, dia berjalan ke arah Tiara.
Dia mengubah jalan pikirnya memutuskan masuk ke sekolah lewat gerbang.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang