DUA PULUH EMPAT

6 8 1
                                    


Izzy menatap layar ponsel yang dari tadi menampilkan pesan dari grup keluarnya, yang di dalamnya hanya ada mereka bertiga, Ayah Ibu dan dirinya. Pesan yang mengatakan kalau Ayahnya ingin membicarakan sesuatu.

Tiara yang baru saja datang dari kantin tersenyum melihat Izzy.
"Kenapa cemberut?"

"Papa pengen bicarain sesuatu.. " Dia meluruskan badannya kini matanya menatap Tiara dengan leluasa.

"Kalau lo gak nyaman, gak perlu dipaksain buat datang!" Jawaban itu datang dari Bella yang juga baru  bangun dari tidur siangnya.

"Tapi dia Ayah gue Bell," Izzy kembali membenamkan mukanya di tangannya.

"Keputusan apapun itu nanti yang akan di pilih sama Ayah lo zy, semoga itu yang terbaik." ucapan itu di anggukan oleh Izzy.

"Apapun yang terjadi biarlah terjadi. Kita hanya perlu menjalaninya " Ujar Tiara, dia memeluk Izzy diikuti dua temannya.

"Kenapa kita ditakdirkan untuk bersama tapi tidak bisa menyatu?" Gumam Izzy. Matanya menatap langit sebisa mungkin. Dia telah gagal. Gagal mendapatkan cinta. Entahlah. Izzy pergi dari sana dari cafe Dengan perasaan Gundam. Ucapan Ayah-nya, tentang keputusan untuk bercerai dengan ibunya adalah keputusan yang tidak bisa lagi di tunda.

Pikiran Izzy tidak bisa di definisikan saat dia suka maka dia akan berusaha mendapatkan apapun yang dia suka itu. Tapi saat dia tahu kalau dia tidak bisa mendapatkan maka dia akan mundur dengan sendirinya. Cinta keluarga yang selama ini dia harapkan untuk kembali bersatu kini sudah berakhir.

Tangan kanan memainkan ponselnya sambil berjalan menjauh dari cafe, matanya memerah menahan air mata yang ingin keluar. Satu panggilan masuk dengan cepat Izzy angkat

"Hello? Kenapa Zy?" Tanya seseorang dari suara ponsel.

Izzy tidak menjawab pertanyaan tersebut dia hanya diam, sambil kembali berjalan tidak tahu langkahnya kemana tapi dia benar benar ingin berjalan saja.

"Zy? Lo dimana? Ini udah malam cepat kasih tahu posisi Lo dimana?" Suara dari ponsel itu mengisi keheningan jalan yang sunyi.

"Zy... Cepat kasih tahu Lo dimana? Bego ini udah malam cepat kasih tahu Lo dimana?!!!"

"Gue emang bego Tia..kenapa gue masih berharap sama keluarga yang jelas jelas gak bisa bersatu lagi. Tapi Kenapa mereka seolah ngasih harapan, harusnya mereka nampar gue aja dengan kata kata yang buat gue gak akan berharap lagi. Gue capek pengen pulang aja gak tahan lagi."

"Tunggu gue di sana!"
Tidak ada suara panggilan terputus kini hanya terdengar suara berlari, nafas yang sesak dan panggilan itu berakhir. Tiara mematikan sepihak.

Izzy duduk di trotoar jalan sambil memeluk lututnya kuat, tidak perduli pada tatapan aneh para pengendara yang melewatinya. Kedua bola mata adalah bagian tubuh yang sangat jujur tidak pernah berbohong. Kini semua gumpalan air itu membasahi pipinya.

"Payah, gak ada gunanya lama lama hidup."

"Kenapa, kenapa harus gue?" Izzy menenggelamkan wajahnya. Tidak ingin orang lain melihat dia sedang menangis.

Dari sebelah barat seorang gadis mengendari motor Yamaha warna putih, memakai baju  panjang tangan dan celana hitam. Rambut di kucing kuda. Berhenti didepan Seorang yang sedang menangis ini. Dia turun dari motor langsung duduk di hadapan gadis yang memakai bando merah ini, dia mengelus pucuk kepala itu sambil tersenyum lebar.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang