Sudah hampir satu minggu kejadian Tiara dibully, dan selalu itu juga dia tidak masuk sekolah. Hari ini hari senin, masih ada waktu lima belas menit sebelum lonceng berbunyi, tapi siswa dan siswi sudah memenuhi lapangan sekolah.
Tiara baru saja memasuki area lapangan berjalan pelan, memasuki lorong kelasnya yang terletak di lantai dua. Dari jauh matanya berpapasan dengan Svarga yang berdiri tepat di depan kelasnya.
"Ngapain di depan kelas kak?" tanya Tiara, dia melihat kakak kelasnya itu dengan teliti.
"Pengen liat kamu Ra!" Empat kata itu membuat perut Tiara seperti ada kupu-kupu terbang.
"Kak kalau gombal, liat liat tempat!" setelah itu dia pergi ke dalam kelas, pipinya sudah merah padam, banyak siswa yang memperhatikan mereka tadi.
Svarga melihat sekeliling, memang banyak yang melihat mereka lalu saat Svarga melihat kembali mereka mengalihkan pandangan mereka dan berlalu kembali menuju tujuan mereka.
Svarga tidak acuh dengan itu semua, dia pergi mengikuti Tiara.
Walupun tahu nanti Tiara akan kabur lagi."Jadi kalau gombalnya di tempat romantis boleh dong Ra?" tanya Svarga dia duduk di bangku tepat di depan meja Tiara. Tiara menatap tajam Svarga.
"Kak sekali lag-" Belum sempat Tiara menyelesaikan kalimatnya, suara Lonceng sudah memenuhi menyuruh sekolah.
Dengan sigap Svarga menarik lengan Tiara. Tidak terlalu kuat pegangannya pada Tiara, tapi mampu membuat mereka berlari beriringan.
"Kalau telat kita bisa di marahin!" Ucapan Svarga membuat Tiara menganggukkan kepala. Dia juga setuju, akan sangat bahaya kalau masih di lantai atas dan kita belum sampai lapangan tepat waktu.
Tapi baru setengah perjalanan tubuh Svarga sudah terengah-engah nafasnya, badannya berkeringat. Tiara tahu ini tidak mungkin terjadi kalau si pemilik tubuh sehat, pasti ada yang salah apakah kakak kelasnya ini sakit?
Tiara menarik Svarga, menyuruh Svarga memperlambat larinya.
"Kita jalan aja kak!" Suruh Tiara.Svarga masih ngos-ngosan, dia menatap Tiara dengan senyum kecil. "Aku lemah banget ya?" Ucapannya itu seperti jarum yang menusuk hati Tiara.
"Kakak kuat banget kok!" Sambil menepuk-nepuk bahu Svarga dan kali ini dia yang menarik Svarga berjalan kelapangan.
Walupun lambat tapi setidaknya ini tidak akan membuat Svarga kelelahan lagi.
Svarga pasrah ditarik oleh orang yang dia sukai. Sepanjang jalan dia tersenyum lebar, selebar lapangan sekolah.
Dari kejauhan Oskar dan Attaya menertawakan Satu temannya ini. Mereka tidak pernah melihat Svarga tersenyum seperti itu.
"Ngapain ketawa?" tanya Svarga dengan muka datar diatas rata-rata. Dia memasuki barisan mereka dengan santai.
"Tadi habis liat Truk yang jalannya lama baaaanget!" jawab Oskar dia sengaja membuat kata terakhir menjadi sangat panjang.
"Terus nih ya, Truk yang di belakang senyum-senyum! Gitu ceritanya!" tambahkan Attaya. Setelah itu mereka tertawa kembali.
Svarga merangkul dua orang yang di depannya ini, lalu mengeratkan kepalan tangannya.
"Lo berdua ketawain gue?" tanya Svarga. "Mau di pukul sebelah mana?"
"Ampun Ga! Bercanda doang!" ucap Oskar.
"Lagian lo sih, lucu banget kita jadi ketawa deh!"
"Dari segi mana lucu?"
"Ya muka lo luc-"
Belum sempat menyelesaikan kalimat itu, Oskar sudah di bekap oleh Daffa yang datang dari belakang.
"Lepassin" Dengan suara kecil dia minta di lepaskan. Tapi Daffa tidak melepaskan dengan mudah.
"Ini untuk kesalahan kalian yang udah datang ke club itu!" Ucapan Daffa itu di setujui oleh Svarga.
Mereka mengetahui kabar kalau dua sahabatnya itu ikut ke club tadi pagi. Tersebar gambar Attaya dan Oskar di sana sedang duduk sambil minum. Oskar dan Attaya terdiam lalu berusaha kabur dari dua manusia itu, tapi usaha mereka sia-sia.
"Jangan harap kalian dapat Pr dari Daffa!" ucap Svarga.
"Dan jangan harap dapat jajan dari Svarga!"
Sontak membuat mereka berusaha untuk membujuk lagi tapi usaha itu tidak akan berhasil.
"Daffa UKS yok?" Ajak kan itu berasal dari Svarga. Daffa melepaskan Oskar dan Svarga melepaskan rangkulan tangannya dari Attaya.
Svarga berjalan dari belakang melewati teman sekelasnya,di ikutin tiga temannya.
Teman sekelas mereka tidak akan heran akan hal itu, mereka sudah biasa setiap ada upacara akan kabur ke UKS, untuk istirahat. Sampai acara upacara selesai baru mereka kembali ke kelas.
Sampai di depan pintu UKS mereka bertemu dengan Ahmad yang sedang duduk di dalam, dia sudah seperti dokter dengan segala kesibukannya.
"Sakit apa?" tanpa menoleh ke orang yang sudah masuk ke ruangan dia berbicara.
"Sakit hati pak!" jawab Oskar, sabil memegang hatinya.
Reflek Ahmad menoleh pada mereka. Yang sudah berbaring di posisi masing-masing."Kalian lagi?"
"Ya emang siapa lagi mad?" Tanya Daffa, dengan mimik wajahnya yang memelas.
"Keluar! Cepat! Sana baris!"
"Gak mau! Capek tahu!" Balas Oskar tegas.
Ahmad meremas rambutnya, geram pada empat orang di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen Fiction_ Tiara adalah Anak perempuan yang baik tapi tidak sebaik jalan kehidupan rumah tangga Ayah dan ibunya, benar broken home. Siapapun tidak ada yang ingin orang tuanya berpisah. Saat sepeti ini dia tidak mudah percaya pada hubungan dia ragu pada jala...