TUJUH BELAS

23 17 5
                                    

Sekolah Harapan Bangsa sangat kacau, sangat tidak terkendali, semua orang hilir mudik. Beberapa orang melihat pertunjukan di lapangan,dan beberapa masih mempersiapkan alat peraga.

Tiara yang baru saja menaiki anak tangga, terpaksa mengalah agar yang membawa alat peraga itu bisa berjalan lebih dulu. Dia kembali menaiki anak tangga setelah mereka lewat. Tapi saat kakinya baru menaiki anak tangga, suara bisik-bisik terdengar jelas olehnya, mereka anak cheerleading Tampak dari baju yang mereka kenakan.

"Itu dia?" ucap seorang di antara mereka.
"Ch! gak tahu malu banget!" sambungnya sambil menunjuk Tiara.

"lo mau sekolah atau mau jual diri?" kali perkataan itu cukup membuat Tiara terdiam lama ditempa dia berdiri

"Harga Diri Lo Dimana Sih?" ucapnya, sambil melipat kedua tangannya di dada.

Kini mereka mendorong Tiara, sampai terhempas ke dinding. Jelas mereka menantang Tiara.

"Ck! pas pembagian sopan santun lo semua, dimana sih?" tanya Tiara sambil mencoba untuk kembali berjalan. Ia memutuskan kembali melanjutkan jalannya. Tapi siapa sangka, rambutnya dijambak. Membuat Tiara kesakitan, dia mencoba menahan rambutnya.

Tiara ingin membalas tapi kedua temannya sudah lebih dulu menahan tangan Tiara. Beberapa siswa hanya melewati mereka tanpa membantu, mereka tidak ingin ikut campur, Tiara mendengus kasar, masih berusaha menarik tangannya agar kembali dalam kuasanya.

"Hah! Lo harus tau diri, lo itu anak dari perusak hubungan orang, dan mungkin lo juga ngikutin hal yang sama kayak ibu lo!" sergahnya lagi. ucapan itu benar-benar menyakiti Tiara, Ibunya bukan perusak hubungan orang.

Tiara menendang perempuan itu sekuat mungkin, hal itu membuat dia terjatuh, tangan Tiara mungkin di pegang tapi kakinya masih bisa bergerak. Tapi sepertinya nasib sial itu sedang menimpanya hati ini Teman-teman dari mereka sedang berjalan menaiki anak tangga. Dengan cepat mereka mendekat.

Tiara ditampar oleh orang orang yang baru saja datang. Tiara kalah banyak dia hanya sendiri lagian tangannya dipegang. Tidak bisa berbuat banyak.

"LO SADAR GAK? LO ITU CUMA DEBU DI HADAPAN KAK SVARGA, JADI MENJAUH DARI DIA GOBLOK!" teriaknya membuat Tiara memejamkan matanya sebentar.

Tiara tersenyum sinis, rupanya ini masalah mereka pada Tiara, Svarga. Melihat itu perempuan yang meneriaki Tiara kembali menampar Tiara, sepercik darah segar keluar dari sudut bibir Tiara.

Tiara menatap nanar orang orang yang lalu lalang dimana simpati mereka sebagai manusia? Kenapa tidak ada yang ingin menolongnya? Sial.

"Udah Puas? Hah? Lo semua cuma bisa main keroyok, kenapa gak one bye one? Takut?" tanyanya.

Tiara menambah emosi beberapa perempuan didepannya ini tapi saat perempuan itu ingin menampar Tiara kembali, sesuatu menahan tangannya. Tiara melihat tangan kekar itu, Arkan Revansyah ketua kelas mereka.

Arkan menarik tubuh Tiara kedalam pelukanya, membuat Tiara terkaget, membuat dua orang itu melepas pegangan dari tangan Tiara. Mereka menatap tiara dengan tatapan jijik.

"Dasar pelacur, kemaren kak Ahmad, tadi kak Svarga lah sekarang Arkan!" Ucapan itu membuat Arkan menaikan alisnya. Dia melepaskan pelukannya, memindahkan Tiara ke belakang tubuhnya tubuhnya agar tidak ada yang bisa menyakiti Tiara.

"Lo Baby kan?" Arkan bertanya pada orang yang baru saja berbicara itu, pandangan Arkan menusuk tajam, dia tidak suka temannya di keroyok seperti ini.

Tidak ada jawaban, Arkan tau Baby tidak berani menjawab."lain kali kalau mau ngatain orang, pikir-pikir dulu, terus ngapain lo malam malam masih di club sama cowok-cowok?" Jedanya dia memegang tangan Tiara. "Lo tahu persis Baby, diri lo!" cibir Arkan.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang