SATU

172 51 29
                                    

Langit yang awalnya Cerah kini berubah menjadi awan gelap, agaknya Langit turut sedih, akan kabar yang baru dia dengar melalui telepon tadi.
Kabar yang semua anak tidak ingin dengar, bahwa Ayah dan ibunya tidak lagi bisa bersama. Langit juga Ikut menangis menemani perempuan berambut panjang itu menangis sesekali terdengar Isak tangisnya, ia menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi. Tidak ada tanda-tanda ada siswa yang berada di sekolah ini.

Dia melewati kelas 12 yang berada berdekatan dengan gerbang, terdengar suara tawa dari dalam sana, suara itu membuat rasa penasaran Tiara, dia menoleh pada kelas itu, terlihat 4 cowok yang sedang bercanda, salah seorang dari mereka sedang melihat kearahnya. Hal itu membuat Tiara segera melempar pandangannya kearah lain, dan kembali melangkah.

Kali ini, dia dan hujan sudah menyatu, tidak ada yang menghalangi mereka lagi. Dia tidak tahu harus kemana. Ketempat Ayah? Tidak mungkin dia tidak mungkin serumah dengan Ibu tirinya. Ketempat Ibu? Sama saja. Apakah dia pulang saja ke rumah Tuhan.

Pikiran tentang mengakhiri hidup akhir-akhir ini terlintas di benaknya.

"Gak kerasa hujannya?" suara bariton itu berasal dari arah belakangnya.

Tiara berbalik, melihat siapa yang baru saja berbicara.
Pria yang tadi menatapnya, sekarang berdiri dibelakang Tiara.

"Kenapa?" tanya Tiara balik.

"Hujan berarti berteduh dulu! nanti sakit," dia menarik tas Tiara seperti anak kucing yang di gendong ibunya. Mereka sekarang berteduh di halte. Beberapa orang memperhatikan mereka membuat Svarga menatap tajam mereka agar mereka tidak menatap lagi.

"Kok malah narik? L.E.P.A.S.I.N!" Tiara hampir saja berteriak lebih keras, kalau saja tangan pria itu tidak melepaskan tasnya.

"Udah."

"Kita gak kenal jadi jangan sok dekat!" Tegas Tiara pada Laki-laki yang berada tepat di depannya ini.

"Gak kenal?" gumamnya sambil melirik nametag Tiara. Hal itu membuat Tiara menutup namanya dengan cepat

"Dasar aneh!" umpat Tiara. Dia yang tadi ingin menangis kini tidak lagi rasa ingin menangis, rasa kesalnya sangat memenuhi kepalanya.

"Svarga Saan samara, dan nama Lo Tiara, selesai kita udah kenal."

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang