Kicauan burung di pagi hari seolah menyadarkan dirinya. Perlahan saat dia membuka mata cahaya itu masuk merambat ke retina matanya. Perlahan dia memandang kearah bawah. Di sana sudah ada Ayah ibunya dan Salsa.
Desiran darahnya terasa begitu cepat. Padahal tadi malam mereka tidak ada disini. Lalu bagaimana bisa sekarang. Kedua mata itu menyorot sudut ruangan lain tapi tetap dia tidak menemukan satupun temannya. Dari tempat dia duduk, dia bisa melihat wajah orang tuanya yang sembab.
"Maafin Arga Ma, Pa, Salsa." gumamnya pelan. Dia tidak ingin menambah beban pada orang tuanya.
"Ga? Kamu udah bangun nak?" tanya ibunya, dia bangun dari tidurnya.
Mata mereka bertemu, Svarga tidak mampu menatap dua mata indah itu.
"Kamu sejak kapan rasain sakit ini nak? Svarga pasti capek ya? Svarga harus bertahan dikit lagi. Dikit lagi, Arga gak boleh kalah sama sakitnya." tuturnya sambil memeluk erat tubuh Svarga.
"Bunda maafin Svarga, Svarga banyak salah selama ini." tuturnya sambil mengeratkan pelukannya.
Bunda menggeleng, dia melepaskan pelukannya, kini mendekap kedua pipi anak sulung itu.
"Arga, gak pernah buat salah yang melebihi batas. Arga anak baik,"
"Bunda, mereka bilang Arga udah gak lama lagi," ucap Svarga dia melihat kedua mata bunda yang sudah kembali meneteskan air matanya.
"Gak! Mereka bukan tuhan sayang. Bunda sama Ayah akan bawa Arga berobat bahkan sampai ke negeri China kalau perlu, Kamu akan sembuh sayang."
"Ayah akan cariin dokter yang bisa menangani penyakit ini." Bunda dan Svarga menoleh ke sumber suara itu, terlihat Ayahnya, Saan berjalan keluar, setelah mengambil tasnya.
"Ayah gak percaya awalnya saat Oksar bilang kamu sakit, tapi setelah melihat foto kalian bersama, dia orang pertama yang berlari paling depan." tuturnya.
Mendengar itu Svarga tertegun."Bunda mau nanya, kenapa kamu tutupin sakit kamu? Kamu tahu gimana hancurnya bunda, saat tau itu?" Matanya kembali berlinang air mata.
"Arga gak mau nyusahin siapapun."
"Arga itu tanggung jawabnya bunda sama Ayah apapun yang terjadi sama Arga kami gak pernah merasa terbebani nak-"
"Abang!" teriak Salsa, dia langsung terduduk. Mimpi buruk yang dia alami membuatnya meneteskan air matanya, menangis sesenggukan.
"Mama Abang?"
"Abang ini sayang." Selvia memeluk Salsa, Selvia membawanya pada Svarga yang masih tampak mencari topik.
"Gimana masih ada yang bully?" tanyanya sambil tersenyum kaku.
"Gak, mereka mana bisa bully Adek dari Svarga!" jawabannya lantang, tapi di matanya tidak bisa berbohong.
Svarga menarik tubuh Salsa dalam dekapannya.
"Sal, jaga diri baik-baik mulai sekarang ya, jangan terlalu dekat sama cowok. Gak ada cowok yang baik, sebelum dia berjabat tangan dengan Ayah didepan penghulu. Salsa mungkin belum ngerti, tapi Abang tahu gimana cowok itu. Abang minta maaf gak bisa jagain Salsa lebih lama lagi-"
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen Fiction_ Tiara adalah Anak perempuan yang baik tapi tidak sebaik jalan kehidupan rumah tangga Ayah dan ibunya, benar broken home. Siapapun tidak ada yang ingin orang tuanya berpisah. Saat sepeti ini dia tidak mudah percaya pada hubungan dia ragu pada jala...