Fajar berjalan menapak pada trotoar yang mulai terasa dingin dikakinya yang mulai mati rasa.
Wajahnya datar tanpa ekspresi apapun bahkan tidak ada yang bisa menebak apa yang dia pikirkan dari matanya sekalipun.
"Fairy akhiri..."
"Fairy kembalikan..."
Hanya racauan yang terus dia ucapkan sejak tadi.
Langit bahkan sudah terlihat menghitam dengan angin yang menghembus agak kencang.
Fajar bahkan bisa merasakan rintik hujan yang mulai turun membasahi bumi.
Dia tetap berjalan dengan tenang walau orang-orang disekitarnya mulai berlarian untuk mencari tempat berteduh.
Fajar menarik lepas tudung hoodie yang dia gunakan membiarkan tetes hujan membasahi tubuhnya.
Menghela napas dalam berulang kali Fajar meneguk ludahnya kasar, dia ingin menangis tapi dia tidak mau terlihat begitu menyedihkan, dia tidak mau orang terus menganggapnya lemah.
Menatap tempat yang dia tuju itu, lalu dengan wajah datarnya Fajar perlahan masuk kesana.
Fajar tidak bereaksi apapun saat banyak orang yang memperhatikannya ketika masuk, tidak hanya memperhatikan tapi mereka juga menyentuh tubuhnya dengan kurang ajarnya, namun Fajar hanya terus berjalan lurus menuju satu ruangan.
Dengan tenang dia membuka pintu ruangan itu yang mana disitu terdapat beberapa orang yang menatapnya seolah memang menunggu kehadirannya.
"Oh manisku! Kemarilah" seorang lelaki berucap dan menggerakan tangannya memanggil tapi Fajar hanya diam menatapnya.
"Hapus" ucap Fajar dingin menatap kearah seorang laki-laki yang begitu dia hormati dan sayangi selama ini.
"Kau memerintahku?" Lelaki itu kemudian tertawa nyaring seolah mengejek Fajar dan ucapannya.
"Jangan seperti ini" Fajar berucap pelan.
"Aku sudah memberi peringatan anak manisku" lelaki itu yang merupakan ayah Fajar bersandar dengan santai dikursinya menatap kearah Fajar yang mengepalkan tangannya kuat.
"Aku sudah melakukan semuanya, apapun yang kalian inginkan selalu aku lakukan tidak peduli betapa terlukanya diriku, tapi aku hanya meminta sekali saja tolong biarkan aku mencari obatku sendiri" ucap Fajar.
"Kamu ingat siapa dirimu?" Ayahnya bertanya dengan tatapan merendahkan.
"Tanpa kamu ingatkan pun aku juga tau siapa diriku..."
"Hanya anak yang terlalu mengharapkan kasih sayang dari keluarganya tapi malah kesakitan yang selalu dia dapatkan, miris sekali" Fajar berucap dingin dengan seringainya apalagi melihat ayahnya yang mulai terpancing emosi.
"Aku tidak pernah meminta apapun padamu seumur hidupku, tapi kali ini saja aku mohon tolong hapus" ucap Fajar.
"Kamu akan membayarku dengan apa?" Tantang ayahnya.
"Aku tidak akan memberimu apapun lagi, terlalu banyak selama ini yang ku beri" ucap Fajar santai.
"Kamu semakin tidak tau diri ya?!" Kakaknya yang dari tadi diam saja akhirnya bersuara.
"Kenapa? Kamu marah karena tidak bisa menjual tubuhku lagi?" Fajar berucap meremehkan.
Mereka bertukar tatapan tajam dan dingin membuat atmosfer ruangan menjadi terasa mencekam.
"Kalian boleh keluar dulu, kurasa anak manisku ini butuh didisiplinkan" ayah Fajar berucap dengan senyumnya membuat beberapa orang beserta anak buahnya keluar ruangan itu meninggalkan Fajar, ayah dan kakaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Sore || Renmin
Aléatoire"Sejak dimana aku mengenal dia, aku baru bisa mengerti apa yang dinamakan dengan kehangatan itu walau hanya dengan melihatnya tersenyum" Hasta Leksana Pradigta. Renmin Area⚠️ Top: Renjun Bot: Jaemin Ini ceritanya bertema lokal jadi harap disesuaikan...