#12

835 154 12
                                    

Semilir angin menerpa rambut pendek hitam. Kamu mendengar dengan seksama ucapan senpai mu. Setiap katanya begitu menohok jantungmu. Wajah syok kamu tampakkan, tubuhmu mematung. Otakmu tak dapat berpikir beberapa saat.

Getou menepuk pundakmu pelan, kemudian berjalan meninggalkanmu yang syok.

"A.. apa-apaan ini? Barusan Getou senpai bilang apa?"

Perasaanmu bercampur aduk, entah apa yang lebih mendominasi. Keheningan di taman ini, semakin membuatmu terhanyut dalam lamunan memikirkan perkataan Getou barusan.

"Ku kira.... Aku bahagia mengalah sebagai kakak....

Seharusnya aku tinggal dengan ibu saja....

Seharusnya Jira saja yang tinggal dengan ayah....

Tidak dia tidak pantas dipanggil ayah lagi....

Kenapa bisa dia berbuat begini kepada putrinya?"

Getou mengintip dibalik tembok, menatapmu yang menunduk dengan tatapan kosong itu. Sedikit rasa bersalah Getou rasakan,

"Apa timingnya gak pas ya? Yahh sudahlah. Toh ia harus tau karena dia ikut terlibat kan?"

Getou menghampirimu, membuatmu tersadar dari lamunan. Menatapnya dengan tatapan kosong dan wajah tanpa ekspresi mu.

"Ayo kita kembali... Nobara akan mengamuk jika kita tidak kembali bersama"

Kamu bungkam, mulutmu seperti di lem. Akhirnya Getou menggandeng mu menuju tempat latihan.

Di perjalanan, "Hei, apa kau sangat syok?"

Kamu masih bungkam. Getou melirikmu yang berada di sampingnya. Mulai merasa bersalah kepadamu.

"Aku minta maaf (kamu)-chan..."

Kamu menatapnya, masih dengan tatapan kosong itu. Kamu tidak tau harus membalas apa, perasaanmu juga sudah campur aduk saat ini.

"Aku akan memperlakukanmu dengan baik. Aku tidak akan melakukan pelecehan kepadamu. Jadi tenanglah..."

"Aku... Sudah tenang kok"

Kamu berjalan mendahului Getou. Tatapanmu masih kosong, namun kamu berusaha untuk berekspresi normal.

💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢

Rumah, bukan. Lebih tepatnya seperti kandang babi. Sangat berantakan. Noda makanan dan minuman yang menempel, ada beberapa yang mengering. Serta pakaian dan bungkus makanan dan minuman yang menumpuk di mana-mana.

Hal ini lebih parah dari yang lalu, rasanya ingin meledak setiap pulang disambut dengan pemandangan seperti ini. Dan yang paling membuatnya ingin meledak adalah....

Pria buncit yang kecanduan judi. Yang rela membayar hutang dengan anaknya sebagai bayaran. Pria itu tertidur di ruang tv, dengan tv yang menontonnya tertidur.

Kamu mendekatinya, terlintas pikiran ingin membunuhnya. Namun akal sehat masih kau miliki. Kamu melangkah memasuki kamar, kamu sudah tidak perduli dengan keadaan kandang babi yang kamu tinggali ini.

"...tuan Yoko. Memberikanmu sebagai pelunas hutangnya"

Kata-kata yang selalu berputar di kepalamu. Kamu sangat kecewa, bahkan air mata sedari tadi tidak turun karena perasaan kecewa yang begitu dalam dirasakan mu.

Twin Brother [ Itadori Yuuji × Reader × Sukuna ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang