#21

591 105 5
                                    


Rembulan bersinar terang malam ini. Cahayanya masuk melewati jendela yang terbuka di kamar Yuuji. Rambutnya setengah kering, handuk kecil masih menempel di lehernya. Ia berjalan menuju futonnya. Menghela nafas berat, merenggangkan otot-otot tubuh yang tegang karena berdiri lama di  depan mesin kasir.

"Ah, tugas!! Hampir saja.."

Yuuji bangkit menuju meja kecil, ia mengerjakan tugas nya dengan meja kecil itu. Penerangannya dibantu oleh lampu belajar hadiah kakeknya sebelum meninggal.

Yuuji menatap lampu belajar yang sudah mulai usang itu, teringat sosok sang kakek. Yuuji kembali fokus menatap buku tugasnya. Ia hanya menatap.  Tubuhnya pegal-pegal, namun tugas menggentayanginya. Ia menghela nafas.

"Lihat punya (kamu) saja deh, dia pasti akan memberikannya. Dia kan baik padaku, nah sekarang istirahat saja~"

Yuuji kembali ke futonnya sambil membawa buku diary mendiang kakeknya. Ia belum menyelesaikan buku itu, dia mencicilnya tiap malam. Namun karena belangan ini Yuuji kerja part time, ia tidak sempat membacanya.

Ia membacanya pelan, mencerna maksud tulisan tangan kakek tercinta. Hingga matanya berhenti pada kalimat yang tak pernah terpikirkan olehnya. Kalimat yang mungkin akan menjadi beban untuknya.

"Haish! Kakek tua itu..."





💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢






Minggu pagi, udara dingin diluar. Hujan turun sedari pagi membuat hawa malas menyelimutimu. Kamu bergelut dengan selimut yang sudah berantakan.

Brakk

Pintu dibuka kasar, temanmu yang seorang pelayan juga memasuki kamar kecil itu. Dahinya mengernyit melihatmu masih bergumul dengan selimut.

"OI (KAMU) BANGUN!!! APA KAU BEGADANG SEMALAM?! AYO BANGUN!!"

Kamu mengucek mata dengan malas, hanya gumaman kecil yang kamu balas. Temanmu semakin kesal, ia menarik selimut mu kemudian mengguncang tubuhmu kasar. Kamu terbangun, kemudian dengan langkah gontai mulai mempersiapkan diri bekerja di rumah ini.

.

.

Kepala koki rumah ini nampak mengernyitkan dahi, "Kenapa kau bangun telat sekali? Cepat! Nanti sup ini dingin. Huh! Pagi-pagi begini sudah hujan deras, buat orang jadi malas saja!"

Tanpa merespon kamu mengambil tas berisi bekal makan untuk dua orang yang menjadi tanggung jawab mu selama Geto pergi.

Kamu sedikit kesulitan saat menuju tempat kakek Ryuu. Jalan menuju tempatnya yang sebagian besar tanah yang ditumbuhi rumput, membuatmu sesekali hampir tergelincir karena licin.

Dengan susah payah kamu sampai di tempat kakek Ryuu, menutup payung lalu disandarkannya di depan pintu. Kamu masuk ke dalam, disana kakek Ryuu nampak tersenyum cerah. Ia menantikan kedatangan mu.

"Kenapa kau lama sekali? Aku sudah lapar"

Kamu menaruh kotak makan di meja serta botol minum yang diisi penuh. Mengganti tempat yang kosong dengan kotak makan bekas semalam dan botol minum bekas semalam juga.

"Maaf, saya bangun terlambat. Udara dingin buat saya terlena dalam selimut"

"Tak apa aku mengerti, pantas diluar berisik sekali, ternyata hujan ya?"

Twin Brother [ Itadori Yuuji × Reader × Sukuna ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang