#22

548 99 11
                                    

Di kamar hotel mewah, cahaya mentari terhalang goreng berwarna putih itu. Pemilik kamar itu sedang bersandar santai di kepala ranjang hotel. Menatap layar tablet bisnis miliknya. Ia masih mengenakan pakaian tidurnya, enggan untuk beranjak dari ranjang empuk itu.

Pintu diketuk, orang di dalam mempersilahkan masuk. Mojiro berdiri di ujung ranjang, tangannya memegang tablet miliknya yang berfungsi membantu urusan majikannya itu.

"Agenda untuk hari ini terselesaikan lebih awal dari jadwal berkat kerja keras anda kemarin tuan. Apakah sekarang anda ingin langsung pulang?"

Geto menatap Mojiro, "Apa sudah ada kabar dari rumah?"

"(Name) terlihat lurus, tak melakukan hal aneh atau maupun pemberontakan selama kepergian anda. Dan... Sukuna juga masih berada di tempatnya"

Wajah Geto datar mendengar penjelasan membosankan Mojiro. Tapi penjelasan itu belum selesai.

"Tapi, belakangan ini (name) menghabiskan waktu lama saat melaksanakan tugasnya untuk memberi makan mereka tuan. Penjaga yang kebetulan berjaga di sekitar situ, melihatnya berlama-lama di dalam ruangan Sukuna"

Geto tersenyum tipis. Umpannya hanya dimakan sedikit ternyata, yah itu lumayan dibanding tak dimakan sama sekali.

"Menurutmu.. apa yang (name) lakukan berlama-lama di sana?"

"... Menurut saya dia merasa kasihan padanya tapi tak dapat berbuat lebih selain menemaninya lebih lama. Biar bagaimanapun juga, rasa simpati perempuan itu besar. Mungkin juga dia berharap agar tuan tak cepat-cepat kembali"

Senyuman mengembang di wajah Geto, "Baiklah sesuai perkataan mu... Kita berlibur lebih lama saja di sini. Sambil menunggu umpanku dimakan dengan utuh"

"Bagaimana dengan ujian tuan? Anda tidak lupa kan?"

"Ugh! Apa sebaiknya aku keluar saja ya? Toh aku sudah kaya raya begini kan?"

Mojiro menggeleng, "Pendidikan nomor satu tuan, anda ingat kan perkataan mendiang tuan dan nyonya?"

"Iyaa iyaa baiklah, kita pindah saja ke hotel dekat sekolah. Aku akan berangkat dari sana, puas kau?!"

Senyum Mojiro mengembang, ia suka bagian menjahili tuannya ini. Apalagi melihat ekspresi pasrahnya.

💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢

Sukuna menatap tak senang wanita bertubuh berisi di depannya. Ia tak suka ini, Sukuna menginginkan yang membawakan makan untuknya adalah wanita itu, wanita rambut pendek itu. Kemana dia?

"Mana (name)?"

Wanita itu acuh padanya, ia tak mau menjalin hubungan dengan pecundang macam Sukuna.

"Kau tuli ya? Jawab!!"

Bibi Yasori menghembuskan nafas berat, membalikkan tubuhnya. "Dia sekolah sekarang. Nanti malam dia akan datang tunggu saja. Ck menjijikan"

Sukuna bangkit dengan cepat menghampiri Bibi Yasori. Sukuna mengulurkan kedua tangannya yang di borgol itu, ingin mencekik Bibi Yasori. Namun dengan santai wanita itu menyalakan senjata listrik menghentikan niat jahatnya Sukuna.

Tubuh Sukuna tersetrum senjata listrik itu membuatnya terjatuh, ia menopang tubuhnya dengan kedua tangan dan lututnya. Nafasnya terengah karena setruman itu.

"Tau posisimu, dasar pecundang"



💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢





Twin Brother [ Itadori Yuuji × Reader × Sukuna ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang