#33

443 75 12
                                    

Saraf di otak mu tersambung dengan baik menanggapi keinginan mu. Ingatan tentang teknik beladiri yang kamu pelajari di ekskul terlintas di kepalamu. Jantungmu berdegup sangat cepat, merasa cemas keberhasilan dari kombinasi teknik yang ada di kepalamu.

Mojiro melingkari lengannya di lehermu. Pisau berada tepat di depan lehermu. Kamu terus melirik Mojiro, mencari timing yang pas walau masih ada keraguan dengan keberhasilan rencanamu.

Tiba-tiba Mojiro berhenti, pisau itu ditempatkan di lehermu. Ia menengok ke belakang, seperti mencari-cari sesuatu. "Ada orang ya?"

Ini dia timingnya!!

Tanganmu masuk dengan cepat diantara rangkulan Mojiro menjauhkan pisau itu dari lehermu sekuat tenaga. Tangan satunya mengikut kepala Mojiro.

Hal itu berhasil membuat jarak. Mojiro merintih memegang telinga yang terkena sikutan mu, tak pikir panjang kamu langsung melarikan diri darinya.

Nafas terengah. Kakimu masih sedikit sakit dibawa berlari. Namun ada kepuasan dalam hatimu, menyadari bahwa kamu masih bisa melindungi diri dengan teknik jujutsu yang sudah lama tak kamu asah.

"Silaan!"

Jleb

"Hakk.."

Kamu terjatuh. Pisau kecil yang tajam itu mengenai betis kanan mu. Kedua lutut mu berdarah karena terjatuh. Kamu menatap merinding pisau yang menancap cukup dalam itu. Tubuhmu lemas melihatnya.

Mojiro mendekat, ia menarik kasar pisau itu. "Aaakhh..."

Ia menatapmu datar sambil memainkan pisau di satu tangannya. Memutarnya dengan lihai. "Apa kau tidak berpikir? Aku dapat lolos dari dua kelompok mafia hanya karena kesetiaan?"

"..Walau sudah tua tapi keahlian ku masih ada"

Pisaunya berhenti dimainkan, mata pisau mengarah tepat ke kamu. "Kalau kau tidak berulah kau mungkin akan masih hidup sekarang. Tapi kalau sudah begini ... Bersetubuh dengan mayat juga gak masalah!"

Pisau diayunkan Mojiro. Sangking takutnya kamu tidak bisa bereaksi.




















































Mata Sukuna mengerjap, kesadaran mulai terkumpul. Ia ketiduran di sofa. Tubuhnya terduduk, ia menggaruk tengkuk sambil mengusap perut ciri khas orang bangun tidur.

"Wah aku bakal begadang lagi malam ini"

Sukuna berjalan ke dapur. Ia melirik isi rumah yang sepi. Yuuji belum kembali padahal sudah mulai malam.

"Huh! Dia kan ekskul di sekolah"

Sukuna menyalakan kompor, membuka bungkus mie. Ia dikejutkan dengan teriakan dari luar. Teriakan seorang wanita.

"Lingkungan disini sangat buruk! Setiap hari ada saja kdrt. Kenapa bocah itu betah tinggal disini sih?!"

Sura teriakan kesakitan itu terus terdengar di telinga Sukuna. Membuatnya terganggu. "Apa tidak ada orang yang melerai mereka?! Kemana orang-orang membiarkan kekerasan terjadi sih?!"

Jika didengarkan dengan seksama, itu suara yang dikenalnya. Sukuna menghentikan kegiatannya mengaduk mie di air mendidih. Jantungnya berdegup lebih cepat. Perasaanya tidak enak jika mendengar teriakan itu.

"Seperti suara.. (name).."

Pikirannya melayang, hingga tak sadar suara teriakan itu tidak terdengar lagi. Ia makin panik. Keringat dingin membanjirinya. Sukuna mengambil jaket bergegas keluar, meninggalkan mie yang masih di rebusnya.

Twin Brother [ Itadori Yuuji × Reader × Sukuna ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang