#29

461 84 6
                                    

Perlahan kelopak mata kamu terbuka, meneliti ruangan putih berbau obat. Kamu dapat merasakan wajahmu yang kaku serta badan yang sangat lemah.

"Oh? Kau sudah sadar?! Tunggu.. a-aku panggil dokter dulu!!"

Sawa yang baru masuk ruangan kembali berlari keluar. Padahal bisa saja dia memencet tombol yang ada di atas ranjang pasien untuk memanggil dokter. Ia sangat panik dan terkejut jadi refleks berlari memanggil dokter.

Tak lama Sawa datang bersama ibu dan adikmu disusul dokter dibelakang. Ibumu tak bisa mengeluarkan sepatah kata, air mata mengalir dengan deras tak lama ibumu memasuki ruangan.

Dokter memeriksa kondisimu. Setelahnya dokter berbincang dengan ibumu lalu keluar.

"Kaaak..." Jiro memelukmu dengan suaranya yang bergetar.

Kamu tak bisa tersenyum, wajahmu bengkak. Membalas pelukan adikmu. Ibumu ikut bergabung dalam pelukan hangat itu. Sawa hanya menahan tangisnya agar tak mengganggu momen haru tersebut.






.

.

.

.









Sukuna tiarap mengintip keadaan rumahnya yang dikepung kumpulan polisi. Ia mengintip dari bukit dibelakang rumahnya.

"Ck sialan!"

Dari dalam rumah Ryomen keluar ayah Sukuna beserta para pekerja di rumah besar itu, mereka digiring memasuki mobil untuk dibawa ke kantor polisi.









Flash back

Penjara anak_

Sukuna duduk di kursi itu sudah lebih dari sepuluh menit. Matanya terus menatap tajam Geto melalui pembatas transparan ini. Geto mulai merasa bosan hanya ditatap tajam oleh Sukuna tanpa mendengarkan sepatah kata pun darinya.

Geto bangkit, "Kalau ingin adu mata pergi saja sana.. aku disini juga sibuk tahu!"

"Oi brengsek!"

Getol melirik Sukuna yang mulai mengeluarkan sepatah katanya setelah sekian lama menatap tajam. Geto kembali duduk, menatap Sukuna kembali.

Sukuna terlihat sedang menahan diri dihadapan Geto. Berulang kali menarik dan menghembuskan nafas dalam dengan teratur untuk membuat dirinya tenang.

"Kenapa kau menyuruh orang itu untuk melukainya? Bukankah masalah ini hanya antara kita berdua saja?!"

Geto menatap bingung, "Bicara yang jelas bodoh! Aku tak mengerti ucapan setengah-setengah mu itu"

Dahi Sukuna berkerut, susah payah ia menahan diri di tempat sensitif begini. "Kau.. menyuruh Mojiro melukai (name) kan?"

"Oi bocah. Dia saja mengirim ku ke sini. Bagaimana bisa aku memberi perintah padanya"

Sukuna terdiam, "Dia mengkhianati kita?"

Geto mengangguk, "Aku tak memiliki informasi tentangnya. Dia menutupi keberadaan keluarganya dan kampung halamannya, jadi aku tak bisa membantumu"

"Apa hanya itu yang ingin kau sampaikan padaku? Kau tak ingin mengumpat ku seperti di ruangan itu?" Geto tersenyum mengejek sambil menopang dagunya dengan tangan kanan.

Sukuna tak menanggapinya, ia segera bangkit dari tempat yang tak memberikannya keuntungan itu. Namun baru beberapa meninggalkan kursinya, langkah Sukuna terhenti akibat teriakan Geto yang tak pernah di duga itu.

"TEMANKU YANG DISANA JUGA PEBISNIS BARANG ILEGAL PAK! DIA MENGEJEKKU KARENA BISNISNYA TAK ADA SAINGAN KATANYA HAHA SIALAN KAU!!"

Polisi yang berjaga di ruangan Sukuna tak bisa mendengar teriakan tersebut, namun polisi penjaga di ruangan Geto dapat mendengar teriakan itu. Mereka melirik Sukuna yang ekspresi wajahnya mulai berubah perlahan.

Polisi penjaga di ruangan Geto menghubungi rekannya dengan handy talky. Berbicara dengan rekannya melalui alat tersebut. Sukuna menatap Geto yang tersenyum kemenangan dengan tajam. Ia menunjukkan jari tengahnya lalu tanpa pikir panjang berlari keluar penjara anak itu sekencang mungkin.

Flash back end






Untuk saat ini Sukuna tak tau mau pergi kemana, pasalnya ia juga tak mengenal siapapun karena tak mau bersosialisasi selama ini. Kenalan-kenalannya yang lain merupakan mafia dan rekan bisnis ayahnya, jika Sukuna pergi ke mereka sudah pasti ia akan diserahkan dengan mudah ke polisi. Terlintas di pikirannya untuk pergi ke saudara kembarnya, Yuuji. Namun Sukuna menepis pikiran aneh itu.

"Sampai kapanpun tidak. Tidak akan pernah!"

"(Name), ke sana saja..."






💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢





Sukuna mengenakan tudung Hoodie hitamnya menunggu didepan pintu pasien inap VIP. Ia ragu untuk membuka pintunya karena dapat terdengar dari dalam ruangan sedang ramai orang di dalam sana. Sukuna memilih menunggu diluar, bersandar di dinding putih rumah sakit. Mengeluarkan ponselnya, mendapati berita tentang keluarganya yang sudah tersebar di internet dengan cepat bahkan sebelum 24 jam kejadian. Membuatnya semakin gelisah.

Sukuna membaca artikel tentang penangkapan keluarganya itu. Disana hanya tertulis bahwa kepolisian sedang melakukan interogasi kepada ayahnya dan para pekerja di rumah tersebut. Mereka juga menggeledah ruangan pribadi ayahnya dan mendapat dokumen bisnis ilegal tersebut. Di akhir artikel tertulis bahwa kini Sukuna menjadi buronan polisi. Foto dirinya di cctv penjara anak tadi pagi menjadi penutup artikel. Walau fotonya hanya menunjukkan punggung dan rambutnya yang terangkat. Mereka juga menyertakan ciri-ciri Sukuna yang bertatto.


Cklek


Pintu inap dibuka. Ibu mu dan Sukuna saling memandang. Senyuman ibumu mengembang, "Temannya (name) yang kemarin ya?"

Sukuna mengangguk kaku. Ia sangat canggun, entah mengapa.

"Kau ingin bertemu dengan (name) kan? Ah- tunggu sebentar ya"

Ibumu kembali masuk, tak lama banyak orang yang keluar dari ruangan itu. "Nah selagi kami makan malam, kau jaga anakku ya nak"

"Dia siapa tante?" Tanya anak kecil di rombongan mereka

"Entahlah, yang pasti dia anak yang baik. Sekarang mari kita cari makan malam mumpung kak (name) ada yang menjaga"

Sukuna tersenyum tipis, ia merasa tak bisa menerima gelar 'anak baik' dari ibumu. Bahkan statusnya saja sudah menjadi buronan sekarang.

Sukuna memasuki ruangan, ruangan itu sunyi. Ia melangkah lebih dalam, ini kunjugan pertama kalinya Sukuna setelah pencariannya hari itu. Jantungnya berdetak kencang, tak sanggup melihat mu yang penuh perban dan alat bantu yang mengerikan.

Pandanganmu dan Sukuna bertemu. Berusaha keras kamu mengulas senyuman, namun tetap saja tak terlihat seperti tersenyum dimata Sukuna. Wajahmu bengkak dan lebam. Serta kedua kaki yang diperban untuk menghentikan pendarahan.

Sukuna menghampirimu, duduk di pinggir ranjang. "Maaf.."

Tanganmu menepuk pundaknya yang bergetar. Kamu bahkan tak bisa membantah perkataan maaf nya. Jadi hanya usapan di pundak sebagai penenang untuk Sukuna.































TBC.






Kpn tamat ya?? Lama bgt 🤔

Twin Brother [ Itadori Yuuji × Reader × Sukuna ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang