21. Mark Family

698 97 15
                                    




Aku menatap pantulan diriku yang sudah rapi dengan balutan dress panjang cantik dan mewah berwarna merah maroon, permintaan Mark. Wajahku juga sudah dipolesi make-up dan rambut panjang hitamku juga sudah ditata dengan rapi. Bagian kiri rambutku diselipkan dengan rapi dibelakang telinga dengan accessories jepitan, dan sebagian sisi kanannya dibiarkan terjuntai rapi kedepan bahuku. Aku berada di Kanada sekarang untuk menghadiri acara ulang tahun keponakan Mark. Jadi, aku ingin menampilkan sedikit sisi feminimku pada keluarga Mark, Hahaha.

"Ada lagi yang harus saya perbaiki, nona?"- Tanya perempuan dengan nametag Somi itu padaku, ia yang membantuku untuk tampil cantik hari ini. Ya, walau biasanya juga aku tak kalah cantik dari ini kok.

Aku menggeleng seraya mengulas senyum padanya, "Makasih. Kamu bisa pergi."- kataku. Ia menundukkan kepalanya, mengambil peralatannya lalu pamit keluar dari kamar yang aku tempati.

Tidak. Aku tidak langsung berada di mansion Mark, aku tinggal di Hotel tak jauh dari mansion keluarga besar Mark. Memang Mark awalnya memaksaku untuk langsung menuju mansion keluarganya, tapi aku menolak. Agak aneh rasanya langsung kesana sebelum acara, ditambah aku deg-degan karena Mark bilang ia akan mengenaliku pada keluarga besarnya.

"Kenapa aku deg-degan sih."- monologku, memegangi kedua pipiku.

"Clara please, jangan lebay."- aku mengomeli diriku sendiri didepan cermin.

"Keluarga Mark pasti bingung nanti pas tau Mark datang sama perempuan, jadi Mark ngenalin kamu biar mereka gak bingung. Bukan untuk hal lain!"- Aku kembali memarahi diriku sendiri untuk tidak berekspetasi berlebihan.

Ya, kurasa aku mulai agak aneh belakangan ini. Entah kenapa rasanya aku terlalu punya banyak ekspetasi-ekspetasi yang aneh perihal hubunganku dengan Mark. Padahal hubungan kami masih singkat, tapi pemikiranku sudah pergi jauh mendahului diriku sendiri. Menyebalkan!

Sebuah ketukan berhasil menarik kembali diriku kedalam realita yang ada, aku bangkit dari kursi, mengambil tasku lalu menuju pintu.

Aku tersenyum saat membuka pintu, karena yang kulihat adalah pria yang kucintai berada disana. Dia sudah tampak tampan dan manis dengan balutan jas hitam dengan dalaman kemeja yang ia biarkan terbuka disisi bagian atasnya, berwarna merah maroon senada dengan warna dress yang kupakai.

"Udah selesai?"- kata Mark memelukku sebentar.

"Udah. Gimana? Cantik ngga?"- tanyaku saat ia melepas pelukannya lalu aku berputar dengan centil didepannya, menunjukkan keanggunan diriku.

Mark tertawa melihat tingkahku, ia menarik kembali tubuhku untuk dipeluk.

"Kamu kenapa gemesin banget sih..."- katanya gemas sambil mencium-cium puncak kepalaku.

"Eits, rambut aku bisa rusak ih."- omelku mendorongnya. "Plis, skinship-nya tolong lebih hati-hati, jangan sampe aku udah lusuh duluan sebelum keacara gara-gara kamu ya."-

"Iya deh iya, Maap."- sahut Mark mencubit pelan daguku dengan nada bicaranya yang masih terlihat gemas kepadaku.

"Padahal pengen cium, tapi aku takut ngerusak lipstick kamu."-

"Nggak ada! Awas aja kalo kamu nekat, aku langsung pulang ke Chicago."- ancamku.

"Ck! Padahal barusan udah gemes banget, malah jadi galak lagi."- Mark berdecak malas menatapku.

Aku juga ikut menatap malas dirinya, "Udah ah. Mau berangkat sekarang nggak nih?"- tanyaku.

Mark menganggukkan kepalanya kembali tersenyum, "Ayo!"- katanya menarik tanganku dan ia melingkarkannya dilengannya.

Deep End ✔️ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang