18. I'm Lose, You Win!

805 122 20
                                    



Aku menarik rambut Mark dan menyeretnya menuju kobaran api yang membara di depan kami. Kulemparkan tubuhnya yang ringkih tepat ditepian api. Mark terbatuk-batuk seraya memegangi perutnya. Wajahnya sudah tak berbentuk sekarang, aku merendahkan tubuhku menyamakan posisiku dengannya.

"Bukannya aku udah bilang, jangan main-main denganku?"- aku mencengkram rahangnya, menatap mata cantiknya yang telah membiru dan robek. Mark hanya bisa menatapku dengan tatapan lemahnya,

"Kamu mungkin lupa, dengan siapa kamu berurusan.."- aku menarik senyum miring, sebelum kembali menjambak rambutnya dan menarik Mark menuju kobaran api.

"AAAAAAAARGHHHHH...!!!!"-



Aku tersentak, kaget setengah mati. Nafasku tersengal-sengal dengan wajahku penuh dengan peluh. Aku menatap sekelilingku, ternyata aku berada dikamarku sendiri. Fiuh~

Ternyata aku mimpi, mimpi yang sangat mengerikan. Aku memegang dadaku, rasanya jantungku akan meledak saking shocknya. Aku shock dengan mimpiku sendiri!

Aku meraih air putih yang selalu kuletakkan di nakas yang ada disamping ranjangku. Kuteguk cairan bening itu dengan terburu-buru sampai habis. Aku menyeka mulutku yang basah karena beberapa tetesan air yang kuminum meleber ke luar rongga mulutku.

Aku bersandar pada headbord ranjang, kupejam mataku sebentar untuk menetralkan kembali detak jantungku. Kenapa bisa aku malah mimpi begitu, membunuh Mark?

Omaigat! Kau gila Clara, gila!!!

Aku tidak bisa membayangkan jika.... itu benar-benar terjadi. Aku pasti sudah gila! Ya, aku pasti benar-benar gila jika membunuhnya, membunuh dia—lelaki yang berhasil membuat hatiku kacau.

Tanganku bergerak untuk mengambil ponselku yang ada tak jauh dariku. Ada puluhan panggilan masuk dan pesan singkat dari Mark. Dadaku kembali terasa sesak didalam sana, aku nggak tau, aku nggak tau kenapa rasanya ada yang hilang dariku.

Bibirku bergetar, okey, aku kalah! Aku terisak sekarang. Jangan Tanya aku kenapa, aku juga tidak punya jawabannya. Aku menangkup wajahku dengan kedua telapak tanganku, menangis tanpa suara. Padahal, aku hanya sendiri dikamar ini, jika aku menangis meraung-raungpun sebenarnya tidak ada yang mendengar. Tapi, egoku tinggi, aku merasa malu dengan diriku sendiri. Jika ada makhluk tak kasat mata disini, mereka pasti menertawaiku. Seorang Clara menangisi lelaki? Sungguh sebuah keajaiban dunia!


__________


Aku nggak tau sekarang bentukku gimana, yang jelas Jaehyun benar, aku pasti mirip zombie sekarang. Moodku benar-benar dalam level hancur sehancurnya. Aku duduk termenung dibalkon kamar memeluk pinggiran besi dan menompang wajahku diatas punggung tanganku, memandang kosong hamparan depan mansionku. Ragaku disini, tapi hati dan pikiranku pergi entah kemana.

"Haruskah aku memotong rambutku.."- gumamku entah pada siapa, karena hanya ada aku sendirian disini.

Mataku menangkap sebuah mobil asing berhenti tepat didepan mansionku. Aku menegakkan wajahku, melihat siapa yang tiba-tiba datang kesini.

Dunia seakan berhenti, saat aku melihat seseorang yang benar-benar aku rindukan. Aku nggak mau munafik, aku benar-benar merindukannya, aku merindukan lelaki itu—Mark. Walau aku mati-matian untuk menahan diri untuk itu.

Mark melihatku yang berada di balkon atas, ia melambaikan tangannya padaku sambil tersenyum manis seperti biasanya. Aku berdiri, berpegangan pada tiang balkon. Rasanya aku ingin melompat ke bawah saja biar bisa cepat-cepat menemui Mark.

Deep End ✔️ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang