13. A Hug

898 133 6
                                    


Aku dan Mark telah kembali ke mansionnya setelah tadi ia membawaku ketempat yang indah dan mengajakku makan malam di dekat pantai yang terakhir kali kami datangi bersama. Mood-ku yang awalnya hancur, seketika kembali membaik dalam hitungan jam. Biasanya, jika mood-ku benar-benar hancur, aku pasti akan ke area balapan untuk meluapkan segalanya disana. Tapi, kali ini sedikit berbeda.

Kakiku berhenti melangkah ketika kami sampai diruang tamu dan melihat sosok pria duduk bersila di sofa.

"What are you doing in here?"- tanyaku dengan ketus padanya, ya pria itu adalah Jaehyun. Ia menolehkan kepalanya menghadap kearah aku berdiri bersama Mark.

"Dan gimana caranya kamu bisa masuk kesini?"- tanyaku lagi menatapnya tajam, secara ini bukanlah mansionku tetapi mansion Mark.

"Terus aku harus kemana kalau mau ketemu kamu hmm? Kamu kan tinggal disini sekarang, Clara."- ucapnya seraya bangkit dari sofa dan menghampiriku yang masih berdiri.

"Mark, bisa tinggalkan kami sebentar?"- pintaku pada Mark. Mark mengangguk kepalanya dan mengulas senyum tipis dibibirnya lalu kemudian pergi meninggalkanku bersama Jaehyun diruang tamu.

Aku menyenggol bahu Jaehyun dengan kasar yang berdiri dihadapanku dan aku bisa mendengar ia mengumpat kecil disana. Aku mendudukkan diriku di sofa single dan diikuti oleh Jaehyun yang duduk di sofa panjang.

Aku menyilangkan kaki kananku diatas kaki kiriku, "Langsung saja, apa maumu?"- tanyaku padanya sambil melipat kedua tanganku didada.

Jaehyun bersandar di punggung sofa sambil merentangkan kedua tangannya meletakkannya disana. "Aku Cuma mua mastiin kalau kamu baik-baik aja."-

"Oke! Kamu lihat sendiri kalau aku baik-baik aja, kan? Jadi sekarang, pergilah!"- usirku sambil bangun dari dudukku, namun Jaehyun meraih tanganku dan menarikku untuk duduk disampingnya.

"Hei, bukan gini maksud aku..."- gumam Jaehyun, ia merapikan rambutku dan mengelus pelipisku pelan. Matanya menatapku, "Aku tau kamu kesal sama paman tentang tad—"-

"Stop! Jangan bahas itu lagi."- potongku.

Jaehyun menggelengkan kepalanya, "Clara, kamu tau kita ini bukan hanya sebatas sepupu?"- ujarnya. Aku tidak menjawab pernyataan Jaehyun dan memilih diam menatapnya.

"Kamu bisa datang ke aku kalau kamu lagi sedih, marah, dan bahagia. Kamu harus ingat itu."- lanjutnya.

"Aku nggak sedih ataupun marah, ja-"

"Kamu kecewa sama paman!"- sela Jaehyun tajam.

Aku tak mengelak apa yang diucapkan Jaehyun, aku memang tidak sedih atau marah. Aku hanya kecewa dengan Daddy yang tidak pernah berubah. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, ia selalu melakukan segalanya tanpa bertanya terlebih dahulu padaku.

"Clara.."-

"Jaehyun please, don't make me—" - dan lagi-lagi Jaehyun memotong ucapanku.

"Aku nggak mau ada yang gantiin posisi aku, saat kamu marah, kamu sedih dan bahagia, aku adalah orang pertama yang harus kamu temui Clara. Remember that! "- tekannya.

Ya inilah Jaehyun, sepupu menjengkelkanku. Ia selalu datang padaku ketika aku bertengkar dengan orang tuaku. Karena Jaehyun tahu kelemahanku, aku paling tidak bisa jika berselisih dengan daddy atau mommy. Dan hanya Jaehyun satu-satunya orang yang kuizinkan untuk melihatku ketika menangis. Tak ada hal yang bisa membuatku menangis kecuali karena Daddy dan Mommy, sebegitu besarlah rasa cintaku pada kedua orang tuaku.

"Jae..."- lirihku tertahan karena tenggorakanku mulai terasa panas dan mataku mulai terasa perih. Jaehyun tersenyum tipis menatap mataku lalu mengusap pelan bagian bawah mataku yang masih kering dengan jempolnya.

Deep End ✔️ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang