32. Please, don't leave!

472 71 15
                                    

.

.

.

Mark keluar dari ruangan dokter sembari melangkah lesu kembali menuju kamar rawat inap Clara. Tangannya sudah menyentuh pintu kamar Clara, tetapi ia hanya diam berdiri diambang pintu dengan pikiran kacaunya.

Penjelasan dokter barusan membuat Mark menatap lantai dengan perasaan yang sulit ia jelaskan. Tapi yang pasti, hatinya sakit.

Dokter mengatakan jika Clara mengalami Major Depressive Disorder (MDD). Walau masih tahap awal, namun Dokter menyarankan untuk melakukan terapi pada Clara. Ia tidak boleh ditinggalkan sendiri, perasaannya tidak boleh kacau, dan tidak boleh kelelahan.

Mark bisa saja menyanggupi semua saran dokter. Namun, Mark tidak yakin Clara akan patuh dengan semuanya. Mengingat kejadian yang baru-baru ini terjadi padanya, gadis itu pasti tidak akan diam.

Mark menarik nafasnya sebelum akhirnya memilih masuk kedalam kamar rawat inap Clara. Gadis itu ternyata sedang lahap memakan cemilan diatas ranjang pasien yang tadi dibawa Hendery.

"Eh kamu udah balik? Oiya, tadi pas kamu keruangan dokter Hendery datang terus bawain aku ini."- ujar Clara menunjuk roti dan cokelat diatas pangkuannya. "Kamu mau?"-

Mark menggeleng sambil duduk disamping ranjang Clara, "Nggak. Kamu makan aja semuanya."- balas Mark membelai rambut panjang gadisnya.

"Yaudah!"- acuh Clara sambil lanjut melahap roti ditangannya dengan habis.

"Oiya, tadi dokter bilang apa?"- tanya Clara saat dirinya sudah beres mengunyah roti sambil tangannya bergerak ingin mengambil minum dimeja samping ranjangnya. Namun, Mark dengan cepat mendahului Clara untuk mengambil minum lalu membantu gadis itu untuk membasahi kerongkongannya yang kering setelah makan dua bungkus roti.

"Apa kata dokter?"- ulang Clara lagi karena Mark tidak menjawab saat ia bertanya tadi.

"Kamu disuruh banyak istirahat, dan nggak boleh banyak pikiran biar gak sakit."- ujar Mark sebiasa mungkin.

"Masa?"- Clara menatap Mark dengan sedikit rasa curiga, "Cuma itu doang?"-

Mark mengangguk, "Iya. Pokoknya kamu nggak boleh banyak gerak, nggak boleh banyak pikiran, harus tidur yang benar, makan yang sehat dan teratur. Pokoknya kamu gak boleh ngapa-ngapain."- celoteh Mark panjang lebar.

Clara mendengus sambil mengelengkan kepalanya pelan mendengar ocehan panjang Mark. Gadis itu bersedekap dada lalu berkata, "Kamu pikir aku bakal patuh?"-

Sudah Mark duga. Gadis itu pasti tidak akan mengindahkan segala ucapannya barusan.

"Kali ini aku nggak mau dengar bantahan kamu. Pokoknya, kamu harus istirahat total!"- tegas Mark.

"Kamu aja yang istirahat. Aku nggak mau!"- tolak Clara keras kepala. "Kamu pikir aku bisa dengan tenang tidur-tiduran kayak gini? Setelah semua yang terjadi?"-

"Masalah Jaehyun biar aku yang urus."- imbuh Mark.

Clara menatap lelakinya itu dengan kening yang sedikit berkerut, "Kamu mau bunuh dia?"-

"Kamu mau aku bunuh dia?"- Mark malah balik melontarkan pertanyaan pada Clara.

Perasaan Clara mendadak buruk lagi. Padahal barusan, suasana hatinya cukup membaik. Apalagi setelah Hendery datang dan membawanya banyak makanan. Clara menatap coklat batang yang tergeletak dipangkuannya. Coklat itu tidak lagi menggugah seleranya seperti sebelumnya.

Bibirnya tiba-tiba melengkung sedih. Ia benci Jaehyun, tapi dia tidak ingin membencinya. Ia ingin  membunuh Jaehyun, tapi ia tidak ingin Jaehyun mati.

Deep End ✔️ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang