33. mission

471 71 13
                                    

.

.

.

Mark memeriksa pistol berjenis FN-57 miliknya. Ia memasukkan anak peluru kedalam senjata api itu lalu mengambil topinya. Mark berdiri didepan cermin, memakai topi hitamnya dengan benar. Tidak ingin membuang banyak waktu, Mark segera mengambil pistol tadi dan juga tas berbentuk koper itu lalu pergi meninggalkan kamarnya.

Mark segera menuju mobilnya dan langsung tancap gas menuju tujuannya. Ditengah perjalanannya, handphone kecilnya tiba-tiba berbunyi.

"Berhasil?"- tanya Mark saat ia mengangkat panggilan tersebut.

"..."-

"Bagus. Jaga dia dengan baik. Saya harus kesuatu tempat sebentar, setelah itu saya akan kesana."-

Sambungan langsung diputus begitu saja oleh Mark. Ia menyungging senyum, sepertinya ia baru saja mendapat kabar baik. Ia menginjak pedal gas mobilnya agar melaju lebih cepat dan segera sampai ditujuan pertamanya.

Mark keluar dari mobilnya saat tiba disebuah bangunan usang bertingkat itu. Matanya menangkap seorang lelaki yang sangat ia kenali sedang menikmati rokoknya sambil menikmati langit malam yang tak berbintang.

"Padahal sudah pernah kuperingati, Rokok itu membunuhmu!"- seru Mark menatap temannya itu tanpa ekspresi.

"Oh udah sampai?"- kaget sang teman, Haechan. Lelaki berdarah korea itu membuang puntung rokoknya yang memang sudah saatnya dibuang lalu diinjaknya.

"Mau langsung gas sekarang?"- tanya Haechan.

"Kamu yakin bisa?"- tanya Mark balik.

Haechan mengerutkan keningnya, "Kenapa pula aku nggak bisa?"- tanya heran.

"Karena dia temanmu!"- jawab Mark. Haechan menyungging senyum dengan setengah bibirnya. Ia menatap tanah sambil mengangguk kecil, kemudian menghela nafasnya.

"Ya, dulu. Tapi kami tidak begitu dekat. Jadi, yaa... i can do it."- Ujar Haechan yakin. Ia melangkah mendekati Mark lalu menepuk bahunya, "Ayo, sebelum aku berubah pikiran."-

Haechan jalan mendahului Mark menaiki bangunan usang bertingkat tersebut. Mereka berjalan menuju lantai 3 dan langsung membuka ruangan berdebu itu. Seseorang terlihat tengah terbatuk-batuk didalam sana dalam kondisi diikat. Pelipisnya yang robek masih mengeluarkan darah segar sehingga mengotori wajah tampannya.

Mark melangkah mendekati sosok yang terikat dikursi kayu itu. Sedangkan Haechan, berdiri agak jauh dari mereka. Ia membuang wajahnya saat seseorang itu menatapnya. Haechan tidak ingin menyesali perbuatannya tadi.

"Lama tidak bertemu..."- tegur Mark sambil mengangkat kepala seseorang tersebut agar berhenti menatap Haechan dan beralih menatapnya,



















"...Sungchan!"-



Seseorang yang dipanggil Sungchan oleh Mark langsung menyungging senyum setengahnya. Ia menatap Mark tajam dengan deruan nafasnya yang masih belum teratur.

"Hello juga, Mark Lee!"- balas Sungchan dengan nada meledek. Wajahnya langsung berpaling keras karena mendapat tamparan dari Mark.

"Jangan pernah menyebut namaku dengan mulut menjijikkanmu itu."- peringat Mark dingin. Sungchan tertawa, masih meremehkan keadaannya yang berbahaya itu. Ia memutar kembali kepalanya agar bisa menatap Mark yang berdiri dengan tampang datar dihadapannya.

"Apakah sang pengecut sedang berusaha menjadi hero?"- tanya Sungchan dengan kekehannya.

"Jangan mengatakan orang lain pengecut, kecuali kamu tidak punya cermin!"- balas Mark sambil mengeluarkan pistol yang tadi ia bawa.

Deep End ✔️ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang