17. Heartbreak? No!

747 125 8
                                    





Sejak kejadian kemarin, Sungchan menghilang bak ditelan bumi. Ia pergi begitu saja meninggalkanku tanpa memberiku waktu untuk menjelaskan apapun padanya. Aku memijat pelipisku, bersandar dikursi yang ada diruangan Mark. Mark yang melihatku mengulurkan tangannya menepuk-nepuk pundakku pelan.

"Dia pasti masih ada disini, tenang aja."- ucap Mark, ia menarik kembali tangannya sebelum kembali fokus ke layar computer besar dihadapan kami.

Aku lumayan kaget pas tau kalo Mark jago IT, sekarang Mark lagi mencoba ngelacak beberapa CCTV ditempat-tempat yang terakhir kali Sungchan terdeteksi. Telinga Mark terpasang earpeace untuk berbicara dengan bawahannya yang berada diluar tempat mereka mengirimi berbagai potretan CCTV agar bisa dengan mudah untuk melakukan hacking.

Aku juga udah nyuruh para bawahan Ainsley untuk nyari Sungchan. Hal yang paling membuatku kaget selain fakta ibunya dibunuh, ternyata rumah yang ditinggali Sungchan juga dibakar. Bukan mansion Zippo, tapi rumah Sungchan yang ia tinggali terpisah dari ibu dan ayah tirinya tersebut.

Handphoneku bergetar diatas mejaku, aku segera meraihnya dan mengangkatnya begitu melihat nama Hendery yang tertera disana.

"Gimana Der?"- tanyaku saat aku sudah tersambung dengannya.

"...."- tak ada jawaban dari Dery, hanya terdengar helaan nafas dari sana.

"Der?"- panggilku, "Gimana?"- tanyaku lagi, entah kenapa perasaanku rasanya campur aduk sekarang.

"He's dead."

-DEG!!

Jantungku serasa jatuh dari tempatnya merosot menuju lambungku. Mulutku terkunci rapat dan kepalaku menggeleng tak percaya mendengar perkataan Hendery.

"Jangan bercanda Dery. Ini nggak lucu!"- murkaku sambil berdiri dari kursi. "it's not funny!"- ulangku lagi.

"We lost him."-

Aku berteriak dan ingin melempar ponselku sekarang, tapi Mark lebih dulu menahannya. Mataku berkaca-kaca sekaligus emosi menatap Mark yang berusaha merebut ponselku.

"We lost him.."- ulangku pada Mark dengan nada bergetar. Tak ada respon yang diutarakan Mark selain menarik tubuhku mendekat kearahnya.

"Dia..."- aku tak sanggup untuk mengatakan kata 'mati', sungguh rasanya dadaku sesak mengingat wajah Sungchan sekarang. Mark menenggelamkan wajahku didadanya memelukku dengan erat. Semuanya tumpah sekarang, aku menangis histeris sambil memukul tubuh Mark melampiaskan kemarahanku.

"Dia nggak mati.."- raungku dengan isak tangis, Mark tak merespondku, ia hanya memelukku dengan begitu erat.

Aku melepas diriku dari kungkungan Mark dan mendorong tubuhnya menjauh dariku.

"DIA NGGAK MATI!"- teriakku lagi.

"Clara, Hei... tenang."- kata Mark kembali meraihku untuk mendekat padanya. Jemari-jemari Mark menyeka air mataku yang telah terjun bebas membasahi wajahku.

"He's not..."- gumamku terisak, Mark menganggukkan kepalanya menatapku. Tangannya sibuk menyeka wajahku dan merapikan rambutku.

"I know... Aku ngerti."- imbuh Mark pelan sebelum kemudian kembali memelukku dan mengusap punggungku lembut.

Aku kembali menangis memeluk erat tubuh Mark, tak pernah kubayangkan aku akan kehilangan Sungchan secepat ini dengan kondisi ia sedang salah paham denganku. Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri jika Sungchan benar-benar pergi karenaku. Aku tidak bisa, sungguh!

Deep End ✔️ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang