14. I'm not a psychopath

830 120 6
                                    


Aku melempar berkas yang baru saja kubaca ke lantai dan membuat seisinya berhamburan disana. Aku menatap tajam lelaki yang berdiri dihadapanku sambil menundukkan pandangannya dariku.

"Apa kamu pikir saya disini untuk melihat kegagalan kamu?"- tanyaku padanya, namun lelaki itu hanya menundukkan kepalanya sambil mengucapkan 'maaf'.

Aku berdiri dari kursi kebesaranku sambil memukul meja dengan tanganku cukup kuat. Jika kalian bertanya apa yang membuatku sangat marah sekarang, tentu saja ini tentang Ainsley. Salah satu bisnis illegal kami tiba-tiba saja mengalami penurun saham cukup tinggi hingga membuat semua rencana penyelundupan senjata ke Uni Soviet minggu depan gagal begitu saja.

Aku menghela nafasku kasar sambil berdiri menompang kedua tanganku diatas meja.

"Dengar Rey, kamu saya beri uang bermiliyaran bukan untuk memberikan saya kabar buruk. You know i don't like bad news!"- marahku padanya.

Ya walau kutahu ini bukan sepenuhnya salahnya tetapi ya itu resiko seorang bawahan bukan?

"Maaf Nona, saya akan segera mencari tahu penyebab dan dalang dari semua ini."- ucap pria yang kupanggil 'Rey' itu.

"Seret dia kehadapan saya secepatnya. I want to make a hole in his head! Jika tidak, kepalamu sebagai gantinya."- tajamku. "Get out."- usirku. Rey membungkukkan tubuhnya sebelum pergi meninggalkan ruanganku.

Aku meraih jaket kulit hitam favoritku dan ikut pergi meninggalkan ruanganku. Aku tidak bisa berlama-lama disini dengan mood yang hancur seperti ini. Oke, mari kita menuju bar, tempat haram yang mengasikkan. Begitulah, katanya.!

Aku mengendarai Lykan Hypersport milikku dengan kecepatan setan alias tinggi. Untung saja aku masih bisa fokus ketika mengemudi walau moodku sangat hancur. Bukan, bukan berarti aku akan jatuh miskin jika penjualan senjata itu gagal. Tapi, aku hanya benci kegagalan!

Aku menghentikan mobilku dan keluar dari sana sambil melempar kunci mobilku kepada petugas bar untuk memarkirkan mobilku dengan benar. Aku masuk kedalam bar dengan kacamata hitam yang bertengger diwajahku.

"Vodka, please."- ucapku pada bartender sambil duduk dan melepas kacamataku. Suara bising ditempat ini sungguh menenangkan pikiranku. Tak lama kemudian, sebotol vodka diletakkan dihadapanku dan aku segera meraihnya lalu kuminum cairan bening itu langsung dari botolnya. Aku mengerang menikmati sensasi panas yang menjalar dikerongkonganku sambil memejamkan mataku.

"Clara?"- suara itu membuatku menoleh, kulihat pria yang sangat kukenali duduk disampingku sambil memamerkan senyuman dibibirnya.

"Jangan bilang kamu disini secara kebetulan?"- kataku padanya, tentu saja dia Mark Lee. Mark tidak menjawab pertanyaanku dan malah ikut memesan vodka kepada bartender.

"Kayaknya sih, ini takdir!"- Mark menatapku dengan senyuman tipis. Aku hanya tertawa miring sambil kembali meneguk vodkaku.

"Bad day?"-

Aku meletakkan botol vodka agak kencang diatas meja sambil tangan kiriku menyeka mulutku yang ketumpahan cairan bening itu disana. "Diam!"- tukasku tidak ingin mendengar penuturannya yang selalu benar menebak apa yang terjadi padaku.

Aku berdiri hendak menuju dancefloor, namun aku sedikit oleng dan untung saja Mark dengan sigap menahan tubuhku. Kuakui, reflek lelaki ini sangat bagus!

"Kamu mabuk?"- tanya Mark membantuku membenarkan posisiku untuk berdiri.

Aku meggelengkan kepalaku, "Seorang Clara mabuk hanya karena sebotol Vodka?"- aku terkekeh, "Yang benar aja?"- lanjutku sambil melepas diriku dari pegangan tangan Mark.

Deep End ✔️ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang