20. Delete

698 100 18
                                    


[Agak rate, tapi tergantung perspektif masing-masing. Menurutku sih ini masih 16++ lah, Cuma... ya gitu hehehe]

.

.

.

.

Aku berdiri termenung dibalkon kamarku. Angin malam yang dingin, seakan tidak mampu untuk mengusirku beranjak dari sana. Tatapanku kosong, sedangkan pikiranku kacau. Mark sudah menceritakan semuanya—entah, apakah itu udah semua atau masih ada lagi. Intinya, Mark bilang kalo aku memang bukan keturunan Ainsley. Aku... aku ternyata diadopsi oleh Mommy dan Daddy.

Mark bercerita, jika dulu aku tinggal di Canada. Mark mengenalku karena kami dulunya teman bermain pas waktu masih sekolah dasar. Lucu ya, aku jadi membayangkan, pasti Mark sangat gemoy pas kecil dulu, hihi.

Aku hanya tinggal bersama ayahku, Mark juga nggak tau kenapa ibuku tidak ada. Yang pasti, aku selalu dijemput oleh ayahku. Mark beberapa kali pergi kerumahku hanya untuk mengajak bermain atau sekedar melihat wajahku. Entah, aku nggak begitu yakin, dia bilang dia menyukaiku sejak kami masih kecil. Percaya nggak percaya, aku percaya saja.

Terus, pas kami udah lulus sekolah dasar, aku dijemput oleh mereka—Mommy dan Daddy. Mark bilang, aku nangis sesegukan waktu mereka misahin aku dari ayahku. Mark nggak tau kenapa ayahku tidak berusaha untuk menahan kepergianku.

Beberapa hari setelah aku pergi, Mark kecil mencoba menemui ayahku. Tetapi, rumah kami kosong, ayahku udah nggak disana. Mark minta tolong abangnya untuk nyari tau, tapi dia nggak mau. Abangnya bilang, jangan campuri urusan orang. Karena Mark masih kecil, jadi dia nggak bisa ngelakuin apa-apa.

Walau udah beberapa tahun, Mark bilang dia nggak bisa berhenti mikirin aku. Dia bilang, dia khawatir kalo aku bakal dijahatin. Terus, pas dia udah lulus SMA, dia liburan ke Chicago dan nggak sengaja ketemu aku disana. Karena Mark udah dewasa, dia mulai cari-cari tahu tentang aku sendiri, dan dibantu sama anak buahnya juga.

Awalnya, Mark nggak mau ngikut jejak keluarganya yang juga merupakan mafia. Dia pengen hidup normal, tapi karena dia nemuin aku lagi. Dia akhirnya milih buat ngikut keluarganya, supaya lebih mudah buat mata-matain aku, gitu katanya. How sweet, Mark Lee..

Walau aku sendiri juga nggak ingat apa-apa, dan memang agak janggal. Aku bingung, harus percaya dengan omongan Mark atau tidak. Ada secercah ketakutan dihatiku, aku takut fakta yang akan kuketahui menyakitiku. Aku takut... aku takut kalo memang semua yang sudah kulalui ternyata palsu.

Aku juga bingung, gimana caranya membuat keluarga Ainsley untuk jujur padaku. Gimana reaksi mereka kalo seandainya aku tahu, kalo mereka menyembunyikan ini dariku. Lalu, tentang orang tua kandungku, mereka kenapa dan dimana?

Aku menghela nafas berat, menangkup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Ada rasa belum siap untuk mengetahui fakta buruk yang sedang menantiku. Aku tersentak, saat sesuatu yang hangat menyentuh pipiku. Aku menjauhkan telapak tangan yang menutup wajahku, kulihat Mark berada disampingku, membawa dua cangkir coklat hangat ditangannya dan yang satunya ia tempel di pipiku.

"Kamu bikin kaget aja."- kataku mengambil alih cangkir berisi minuman hangat yang bisa membantu menghangatkan tubuhku.

"Ya lagian mau termenung kok nggak ngajak-ngajak."- timpalnya.

Kami berada dimansionku malam ini, aku nggak mau balik ke mansion Mark lagi. Karena ku pikir, itu udah nggak perlu lagi. Tujuanku tinggal ditempatnya kan dulu buat ngegali banyak informasi tentang Lucas dan menjatuhkan Lucas melalui Mark. Tetapi, semua rencanaku gagal total. Dan malah jatuh cinta sama lelaki ini. Namun, tidak apa! Walaupun aku gagal tentang itu, aku punya hal baru yang kutemui, yakni tentang kehidupan masa laluku.

Deep End ✔️ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang