24. Not Ready

562 81 9
                                    

.

.

.

Aku...







Merasa ciut sekarang.

Padahal, aku sendiri yang ingin mengetahui segala kejanggalan yang ada dikehidupanku. Tetapi sekarang, mendadak aku jadi takut.

Bukan, lebih tepatnya sih—tidak sanggup atau mungkin belum siap.

Ya, aku belum siap dengan kenyataan yang akan segera menghampiriku.

Sejak pertengkaranku dengan Jaehyun waktu itu, hingga kini aku masih belum pulang ke Mansion. Kalian tau sendirikan kalo Jaehyun lebih banyak tinggal dimansionku daripada mansionnya orangtuanya. Jadi, untuk saat ini aku kabur dulu ke Mansion Mark.

Selama disini, aku sudah menyusun rencana kapan dan bagaimana cara aku harus membuat Daddy dan Mommy untuk jujur padaku. Tapi, tidak semulus yang kupikirkan.

Lagi-lagi, rencanaku gagal total. Bukan gagal sih, lebih tepatnya harus diundur.

Minggu depan, adik tiriku ulang tahun dan aku harus ikut sibuk untuk mengurus segala persiapan acara ulang tahunnya. Ini saja, aku baru selesai dengan salah satu persiapan untuk acara nanti. Dari pagi sampai sore, Mommy tidak pernah melepasku sedetikpun untuk pergi. Seharian aku pergi mengantarnya kesana kesini. Padahal ada banyak supir, tapi Mommy hanya ingin pergi bersamaku. Yasudahlah! Apa yang bisa kulakukan selain menurut?

"Lhoh, kok pulang?"- tanya Mark yang sedang bermain dengan singa peliharaannya, sadar akan kehadiranku.

Aku masih berdiri agak jauh dari tempat Mark berpijak, karena aku ngeri melihat peliharaan Mark yang katanya lucu. Dimana coba letak lucunya seekor Singa?

Perasaan waktu itu, aku melihat Singa ini masih kecil, tapi sekarang kenapa ukurannya sangat besar?

Mark mengangkat tangannya pada salah satu orangnya untuk mengambil alih Singa peliharaannya. Lalu ia berlari menghampiriku.

"Ew.. No!"- tolakku saat dia merentangkan tangan ingin memelukku.

"Lhoh, why??"- herannya dengan lengkungan bibir kebawah, "Kamu nggak kangen aku?"-

"Kamu bau Singa. Aku gak suka!"-

Mark bengong sebentar, lalu tertawa cukup kencang mendengar penuturanku.

"Ih lepas Mark"- rengekku saat ia memaksa diri memelukku. Mulutku sih berkata 'lepas' tapi tanganku malah berkhianat dan tetap bergerak untuk memeluk balik tubuh Mark.

"Semua berjalan lancar?"- tanyanya kemudian, masih dalam keadaan memelukku.

"Untuk saat ini masih. Tapi ada masalah lain."- kataku, Mark menarik kepalaku untuk mendongak menatapnya.

"Apa?"-

"Aku.."- menghela nafasku sambil mengerucutkan bibir.

"Why? Tell me right now!"- ujar Mark tak sabaran.

"Aku bingung..."- kataku menggantung.

"Bingung apanya? Kenapa Claraa??"-

"Bingung mau kasih kado apa untuk adikku."- kataku kemudian.

"Astaga!!"- Mark mencubit pipiku, "Aku pikir apaan tadi. Ternyata.."-

"Ih kok dicubit sih."- aku tak terima sambil memukul tangannya.

"Kamu gemesin soalnya."- Mark kembali mencubit pipiku yang lain.

"Markkk.."- seruku tak suka. "I'm not cute."

Deep End ✔️ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang