22. Canada Room

638 104 10
                                    

[Part ini aku labeli kategori rate 18++, yang dibawah umur.. skip dulu yaa HAHAHHA]

.

.

.

.

Mark mengajakku untuk naik kelantai atas menuju kamarnya. Acara belum selesai, tapi Mark bosan dengan acara anak-anak. Jadi, ia mengajakku menghilang sebentar dari sana.

"Kenapa sih, padahalkan seru dibawah liatin keponakan kamu yang lucu."- kataku yang duduk di sofa putih yang ada dikamarnya.

Mark melepas jas yang ia pakai, melemparnya ke atas ranjang. Ia menyusulku duduk disofa sambil memelukku dari samping, meletakkan kepalanya dibahuku.

"Kamu nggak tau rasanya kangen ya?"-

Aku tertawa pelan, "Kenapa kamu lebay banget sih, perasaan aku daritadi sama kamu terus deh."- kataku mengelus tangannya yang memelukku.

"Cuma bisa diliat, nggak bisa dipeluk."- Mark menggosok-gosokknya kepalanya dibahuku. Aku menepuk-nepuk kepalanya sambil tersenyum lebar, gemes banget dia kalo manja gini.

Tiba-tiba, aku teringat tentang ibu tiri Mark. Dilihat dari cara pandang Mark, dia pasti tidak menyukai perempuan itu.

"Can i ask you something?"- tanyaku.

"Sure. What do you want to ask? about my family?"- katanya. Sudah kuduga, tebakan Mark tidak pernah meleset sedikitpun.

Aku mengangguk, "Apa keterlaluan kalo aku penasaran tentang itu?"-

Mark tertawa pelan, "Katakan, kamu mau tau bagian yang mana dulu?"-

Aku menarik diriku supaya Mark melepas pelukannya dan aku bisa melihat wajahnya.

"Ibu tirimu,"- kataku, jujur aku sangat penasaran dengan wanita itu. "Kenapa ayahmu menikahinya?"-

"Apa terlalu kasar, kalo aku bilang dia jalang ayahku?"- ujar Mark pelan. Aku mengerjap, sepertinya kehadiran ibu tiri Mark benar-benar bukan dengan cara yang baik.

"Waktu itu, ibuku sakit, dan harus dirawat berbulan-bulan di rumah sakit. Ternyata, dibelakang itu ayah malah main sama perempuan itu. Kata Ayah, ia terpaksa karena ibu sakit dan nggak bisa melayaninya. Jadi, ayah menyewa perempuan itu."- cerita Mark panjang lebar.

"Sayangnya, perempuan itu malah hamil."- lanjut Mark tertawa sarkas. "Ibuku terlalu baik, dia malah menyuruh ayahku untuk menikahi perempuan itu karena dia memiliki anak dari ayahku."-

"Lalu, dimana anaknya?"- tanyaku.

"Udah meninggal."- sahut Mark, "Ayah ingin menceraikannya, tapi ibu melarang. Terlalu beresiko karena kondisi keluarga kami. Ibu takut, perempuan itu malah jadi ancaman untuk bisnis kami."-

"Ibumu... sangat hebat."- aku tersenyum, membayangkan kembali wajah ibu Mark tadi yang tersenyum hangat menyambutku. Benar-benar hebat, kalo aku diposisi ibunya Mark, mungkin aku sudah membunuh ayahnya Mark. Bagaimana bisa ia begitu lapang dada membiarkan suaminya dimiliki oleh wanita lain?

"Aku bingung, entah ibuku memang terlalu baik atau dia bodoh."- celetuk Mark.

Aku reflek memukul lengannya, "Bisa-bisanya kamu ngatain ibu kamu bodoh?"- aku memelototinya.

"Becanda becanda hehehe.."- Mark cengengesan.

"Ibu tirimu jahat nggak? Kayak difilm-film?"- tanyaku lagi.

Mark diam beberapa detik, "Mau sebaik apapun sifatnya, dia tetap akan terlihat tidak baik dimataku."-

Jika diposisi Mark, mungkin aku juga merasakan hal yang sama. Tapi, bukankah itu bukan sepenuhnya kesalahan wanita itu?

Deep End ✔️ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang