37. back and lost

379 68 14
                                    


.

.

.

Jemari-jemari dengan darah yang mengering itu terlihat bergerak-gerak diatas lantai dingin. Begitu juga kepala dan anggota tubuhnya yang lain juga terlihat bergerak—pertanda jika ia sudah sadar. Perlahan, kelopak matanya terbuka dan pandangan pertama yang ia lihat adalah lantai keramik yang dingin.

Dengan rasa nyeri yang menyerang hampir seluruh tubuhnya, gadis itu terlihat bangun mengubah posisinya dari telungkup menjadi duduk. Ia menatap sekeliling ruangan yang tak berjendela itu dan hanya ada sebuah kursi dan cermin panjang dibagian kirinya.

Ia menatap refleksi dirinya yang terpantul dicermin panjang itu. Begitu berantakan.

Rambut yang acak-acakan, wajah yang lebam, dan banyak noda darah yang terdapat dibeberapa area tubuhnya yang sudah mengering. Dia benar-benar terlihat seperti zombie, bukan lagi seorang princess yang anggun atau ratu yang punya kuasa. Kacau!

Ya, dia kacau. Bukan hanya penampilannya, tetapi juga hidupnya.

Clara.

Gadis yang malang.

"Hendery?"- ia berlirih dengan suara yang nyaris tak terdengar saat melihat pantulan wajah temannya dicermin itu—tersenyum dengan lengkungan bibir penuh padanya.

"Daddy?"-

Pantulan sang ayah juga kerap hadir disamping Hendery. Menepuk sekilas pundak pemuda disampingnya lalu merangkulnya. Hendery tampak menatap kearah ayah dari teman perempuannya itu, tersenyum lagi.

"Mommy?"-

Bayangan lain kerap muncul, berdiri memeluk lengan sang suami—juga terlihat tersenyum kearah Clara.

Setetes air bening itu seketika lolos dari mata Clara. bibirnya bergetar—ingin berteriak memanggil mereka tetapi rasanya ia tak punya tenaga. Lidahnya terasa kelu saat ia memaksa diri untuk berbicara.

Dan satu lagi, bayangan lain datang saat ketiga bayangan tadi lenyap. Lelaki dengan senyuman indah itu kini datang mendekat pada Clara. Ia berjalan keluar dari cermin itu—mendekat pada Clara yang terduduk lemah dilantai dingin.

Suara Clara semakin tercekat, saat tangan lelaki itu menyentuh pipinya. Merapikan rambut panjangnya yang berantakan tak karuan, serta menyeka air matanya.

"Ma—mark,"- akhirnya, suara Clara keluar setelah ia dengan susah payah untuk mengucapkannya.

Lelaki itu hanya tersenyum tanpa menjawab. Lalu memeluk tubuh ringkih itu dengan erat. Disitu pula, isakan tangis seketika pecah. Ia juga membalas pelukan dari lelaki yang dicintainya itu. Memeluknya dengan sepenuh tenaga yang ia punya.

Clara hanya bisa menangis sesegukan tanpa bisa berbicara. Lidahnya benar-benar terasa seperti dikunci dan tidak diizinkan untuk digunakan sebagaimana mestinya.


~Brak!


Suara pintu yang dibuka dengan tak ada kelembutan itu membuat Clara tersentak—bersamaan dengan hilangnya Mark dihadapannya. Clara celingukan seperti orang kebingungan saat melihat tidak ada siapa-siapa lagi disana. Lelaki yang barusaja memeluknya hilang begitu saja.

Clara mengubah arah pandangannya. Ia melihat Jaehyun berdiri diambang pintu yang terbuka bersama dua orang laki-laki lain. Jaehyun masih berdiri diambang pintu sambil menikmati rokoknya yang hampir habis. Sedangkan kedua pria tadi masuk mendekati Clara yang masih bergeming dari posisinya. Mereka menarik paksa Clara, mendudukkan gadis itu diatas kursi tanpa sandaran itu.

Deep End ✔️ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang