24. Galau

165 4 0
                                    

Firda duduk di kantor pos sekolah seperti biasa menunggu jemputan. Amel sudah duluan, Vina dan Romi juga. Tiba tiba Firda melihat Bagas dan Alifa keluar dari gerbang sekolah. Firda jadi teringat dimana kebiasaan Bagas saat mengganggunya, menjahilinya.

Sebenarnya apa yang terjadi ketika Firda tidak masuk sekolah? Alifa dan Bagas berpacaran kah?. Ingin bertanya ke Amel dan Vina, tapi selalu ada Alifa.

Dan juga tangan Bagas kenapa? Terluka kenapa?

"Firdaa.. " Panggil pak Yaya, Satpam sekolah.

"Kenapa pak?" Tanya Firda. Firda bangkit dari posisi duduknya. lalu menghampiri mobil berwarna putih itu ketika di beri tahu sama pak Yaya sudah ada yang menjemputnya.

"Haii.. ayo masuk" ucap seorang gadis yang ternyata itu Fera. terakhir ketemu kapan ya sama Firda. ini bukan pertama kali nya Fera menjemput Firda. terkadang juga Fera mengajak nya untuk bermain main sebentar. Namun masih saja tidak ada jawaban yang di harapkan Firda tentang siapa Ferdy.

"eh.. kak Fee" Firda tersenyum lalu masuk ke dalam mobil Fera. 

"Udah sembuh? Katanya sakit ya?" Tanya Fera yang sedang mengemudikan mobilnya itu .

Firda mengerutkan kening nya, lalu mengangguk setelah sadar mungkin Fera tahu dari Aldo. Aldo masih saja belum bisa menjelaskan apa yang ia ketahui, Dan Amel juga masih menjaga rahasianya. Dalam perjalanan tidak banyak bicara, hanya sesekali mengobrol karna Fera yang bertanya.

"Bentar kak" Ucap Firda ketika Fera sudah selesai memarkirkan mobilnya. Firda memakai sweater nya terlebih dahulu. Lalu merapikan rambut panjang tanpa di ikat itu. Fera tersenyum kini sudah sampai di Caffe karna Fera mengajak Firda untuk makan terlebih dahulu sebelum mengantarkan nya pulang.

"Udah cantik, yuk" Firda tertawa pelan lalu keluar dari mobil nya begitu pun Fera. 

Firda dan Fera berjalan dengan santai nya masuk caffe. Firda sudah memberi tahu papa nya kalau ia di jemput oleh Fera. Padahal papa nya sudah tahu bahkan dengan senang hati .

"Aduuh" Fera meringgis hampir saja ia terjatuh kalau Firda tidak menahannya.

"Eh.. maaf maaf gak sengaja" ucap seorang lelaki tidak sengaja menabrak Fera. 

"gak kenapa kenapa kan ka?" Tanya Firda. Fera menggeleng .

"Maaf ya ka.." Ucap lelaki yang menabrak Fera.

"it's okay, gak apa apa. yuk Daa" Ucap Fera lalu menarik pelan lengan Firda meninggalkan lelaki itu.

"Kak Fee" Panggil Firda. Fera hanya berdeham pelan lalu menyuapkan nasi goreng nya lalu menatap Firda yang sedang makan juga. 

"Kenal sama cowok tadi ?" Tanya Firda. Fera mengerut sebentar yang tadi yang mana? Ohh yang menabraknya? Fera menggeleng, memang tidak mengenalnya. 

"Kenapa? kamu suka?" Tanya Fera dengan nada jahilnya. Firda menggelengkan kepalanya dengan cepat. 

"enak aja" ketus Firda. Fera tertawa. lucu juga mengusili adiknya ini. eh adiknya?

"Jarang ketemu sama Ferdy ya?" Tanya Fera. Firda menggeleng pelan, lalu meminum es teh nya. seger kan..

"Kak Fee, ayo dong kasih tau apa yang gak aku tau" Firda memohon. Fera tertawa pelan. memang Firda sedari dulu sudah penasaran.

"Apa yang belum kamu tau?" Tanya Fera. 

"Semuanya" 

"Masa sih?"

Firda mengangguk. Memang iya kan Firda belum mengetahui siapa Ferdy ini. Hanya lewat cocokologi saja ia tau dan entah benar atau tidak.

"Gantungan mobil Ferdy di kamu kan?" Fera tersenyum tipis. 

"Iya.. kok tau?" 

"kamu tau itu siapa?" Tanya Fera balik. Fera bertanya soal foto yang ada di gantungan itu

"Aku gak yakin itu aku sama ka Ferdy sih, tapi yang aku yakin itu beneran foto aku waktu kecil kan?" Ucap Firda seraya mengingat foto yang ada di gantungan itu. Fera berdeham mengangguk.

"ohiya ka.. waktu papa nikah, aku liat kak Fee sama ka Ferdy. trus ngobrol juga sama om Hendra. iya kan?" Fera kembali mengangguk. iya kok memang benar.

"Sebelum nya, aku ketemu om Hendra, trus om Hendra bilang kalau aku udah ketemu kakak nya. waktu aku mau tanya keburu papa datang. abis itu pernah aku liat buku namanya Ferdyansyah Alfa R, dan aku ingat caffe nya om Hendra namanya Cafferdian. ada hubungan nya kan?" Ucap Firda. ia berharap ada jawaban nya.

"Kalau aku bilang, Ferdy itu kakak kamu. gimana?" Firda terkejut. menggeleng pelan, kalau pun iya memang benar adanya Ferdy adalah kakanya, Firda tidak mengapa. hanya saja satu yang masih belum terjawab. kenapa Firda bisa tidak tau kalau Ferdy itu kakaknya?.

"itu aja dulu udah cukup, sisa nya biar nanti Ferdy jelasin oke adik ipar?" Fera mengangkat alisnya tersenyum. Firda cemberut. 

"Kak Fee.. kalau nanti malam aku gak bisa tidur gimana?" Fera tertawa. lalu menarik lengan Firda mengajaknya untuk pulang karna sudah mulai petang. 

🍃 🍃

Bagas memainkan gitarnya asal di atas kasurnya itu matanya menatap foto Firda yang terpajang di temboknya itu. jujur saja Bagas merindukan Firda, ia khawatir ketika Firda tidak masuk sekolah selama tiga hari. 

Sesekali mengecek ponsel nya, ia menahan diri agar tidak berkirim pesan kepada Firda. padahal tangannya sudah gatal ingin mengetik untuk berkirim pesan ke Firda, atau mungkin menelepon nya. 

Bukan kemauan Bagas melakukan semua ini. Firda sendiri kan yang meminta? Jangan salahkan Bagas kalau Firda ternyata sakit karna Bagas. Firda yang menginginkan nya bukan?.

Bagas masih menatap foto Firda, tidak hanya satu yang terpajang di temboknya itu. Matanya bergantian menatap foto yang lain. 

"Firda, lo berpengaruh banget di hidup gue" Ucap Bagas bibirnya tersenyum miring. 

"lo baik banget ke sahabat lo, tapi lo jahat banget ke gue" 

Bagas menggeleng mengusap air mata nya yang tiba tiba menetes. Ia juga benci menangis, terlebih lagi dirinya lelaki. tapi katanya kalau laki laki menangis karna cewek itu tandanya tulus bukan?. 

"Gue gak pernah terlihat di mata lo ya, Da?" 

Bagas bermonolog, tangan nya mengepal. Rasa sesak itu masih ada, rasa sakit itu masih ada. ia kecewa. ingin melampiaskan marah tapi pada siapa?. 

'Braaakk'

Bagas membanting gitar yang sedari tadi di pegangnya. nafasnya tersenggal. Mengambil jaket nya dengan kasar, lalu meraih kunci motor. 

Bagas mengendarai motor mencari untuk mencari ketenangan sementara. Matanya fokus menyetir tapi tidak dengan pikirannya. Bagas menambah kecepatannya saat rasa emosi itu muncul. 

ia tersenyum kecut saat mengingat Firda yang tiba tiba menghindarinya, ternyata ini alasan nya. Meski sudah lewat tiga hari dimana Firda menolak Bagas dan memilih merelakan demi sahabatnya.

Namun, Bagas tetap masih tidak bisa mengontrol emosi nya. Masih tidak terima dengan keputusan Firda. Masih tidak terima dengan kenyataan juga keadaannya. 

.

.

.

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang