36. Happy In Bali

160 5 0
                                    

Bagas dan Firda berjalan santai setelah mengisi perutnya di siang hari ini. Dan hari ini hari terakhir Firda di Bali karna pekerjaan papa nya sudah siap.

Bagas memutuskan untuk menghabisakan waktu bersama Firda di hari terakhir ini. Karna setelah pulang dan memulai kembali sekolah belum tentu bisa berdua seperti ini dengan Firda.

Walaupun jujur saja Bagas ingin seperti dulu, seperti ini dan selalu ingin terus bersama Firda.

"Lo pulang nya bareng gue aja, gimana?" Usul Bagas. Tangan nya menyapu anak rambut Firda di pipi akibat angin.

"lo masih lama disini?" Firda bertanya balik tidak menjawab usulan Bagas.

"tiga hari lagi mungkin" Jawab Bagas sembari membetulkan kaca mata hitam yang di pakainya. Di Bali banyak pemandangan yang enak di lihat makanya harus pakai kaca mata.

"Masih kangen ya sama gue?" Ucap Firda dengan nada jahilnya, Bagas menatap Firda dengan menyipitkan matanya juga menahan senyum.

Tangan Bagas mencolek pinggang Firda membuat Firda terkejut karna geli.

"Bagass Hahaha"

Firda berusaha menahan tangan Bagas yang semakin gencar menggelitiki pinggangnya.

"Stop.. Bagass haha capek gue" Tangan Firda mencubit lengan Bagas membuat Bagas berhenti menggelitiki pinggang nya, namun tangan Bagas masih memeluk Firda dari belakang.

Bagas menyimpan dagunya di atas bahu Firda, Firda sedikit menoleh ke arah samping melihat batang hidung mancung Bagas, tidak terlihat matanya menyiratkan apa karna terhalang kaca mata hitam nya.

Bagas sedikit mengeratkan pelukannya, ia jadi teringat ketika akan menembak Firda dan Firda menolaknya .

"Bagas?" panggil Firda karna Bagas tidak bergeming masih setia memeluknya.

"lo jadi musuhan ya sama Alifa?" Tanya Bagas. Firda memutar bola mata nya malas ketika mendengar nama Alifa.

"Gue minta maaf, gara gara gue persahabatan lo jadi hancur" Lanjut Bagas.

Firda sedikit mendelik kesal. tangan nya meminta Bagas untuk melepaskan pelukannya, namun bukan Bagas namanya kalau sudah memeluk pasti tidak ingin di lepaskan sebelum ia sendiri yang melepaskan.

"Bukan salah lo, lo gak perlu minta maaf. Dan jangan bahas itu oke" Ucap Firda.

Lagi lagi Firda meminta Bagas untuk melepaskan tangan nya yang setia melingkar di pinggang Firda, ia ingin menatap wajah Bagas.

"bibir lo manis" bisik Bagas membuat Firda sedikit terkejut. Ia jadi mengingat kejadian di rooftop sekolah setelah memeluk seperti ini apa yang terjadi.

Firda menyikut perut Bagas.

"Aww aduh" Bagas reflek melepaskan tangan nya di pinggang Firda dan mengaduh kesakitan namun bibir nya masih tersenyum jahil menatap Firda yang jadi salah tingkah.

"Kemarin gagal gara gara ada pengganggu" Ucap Bagas kesal. Firda menatap Bagas.

"Bagas.. gak usah bahas itu, bisa?" Ucap Firda menahan malu karna kemarin hampir saja ia menerima ciuman dari Bagas yang terciduk oleh kaka Bagas. Bagas tertawa melihat reaksi Firda.

"gak lucu" ketus Firda kesal mencubit lengan Bagas yang masih tertawa.

"lo tetep disini" ucap Bagas menirukan suara Firda tangan Bagas melingkar di leher Firda.
Firda yang menyadari bahwa itu meledeknya dengan cepat menjauhkan tangan Bagas di lehernya. Dan Bagas kembali tertawa.

"Lo kehilangan gue yaa? Kesepian yaaa?" Ucap Bagas dengan nada jahil.

"gak juga"

"Masa?"

"hemm"

"yakin?"

"Kan ada Ka Radit"

Bagas langsung terdiam ketika mendengar jawaban Firda yang entah di sengaja atau tidak. Iya juga setelah Bagas menjauhinya ada Radit yang menemani Firda. Yang menggantikan posisinya.

Seketika Bagas jadi tidak mood.

Firda menatap Bagas dengan hati hati setelah menjawab seperti itu Bagas jadi terdiam tanpa mau menatap ke arah Firda.

"Bagas?" panggil Firda. Bagas menoleh dan tersenyum. Entah apa arti dari senyum itu tiba tiba membuat hati Firda mencelos.

"Lo bahagia sama cowok kuliahan itu?" Tanya Bagas setelah beberapa saat terdiam.

Bagas tidak mau memabahas hal ini sebenarnya, tapi ia penasaran.
Apa Firda sudah bahagia meski tanpa dirinya?

Jika jawabannya memang iya, Bagas juga tidak akan memaksa keadaan untuk kembali berjuang mendapatkan Firda.

Bagas mengira Firda membutuhkan dirinya karna Firda mulai kehilangan Bagas, kehilangan Bagas yang selalu ada buat Firda, yang selalu menganggu Firda, yang selalu mengerti akan Firda Itu ada artinya.

Tapi ternyata salah.. tetap seorang Bagas tidak ada artinya di mata Firda.

"Gue deket sama lo, tapi kenapa hati lo semakin jauh buat gue?" lanjut Bagas membuat Firda menunduk tidak berani menatap Bagas.

Bagas.. apa perlu alasan bahwa Firda melakukan ini karna apa?

Firda hanya takut, takut kejadian sejak SMP terulang kembali setelah pertengkaran dengan Alifa waktu itu.

Firda takut, gimana kalau Alifa menyebarkan informasi yang tidak tidak soal Firda atau Bagas?

Gimana kalau nanti teman teman sekolah percaya dengan apa yang di bicarakan Alifa?

Firda berani seperti ini, berani berdua dengan Bagas seperti ini karna memang kesempatan. Kesempatan tidak ada Alifa yang melihatnya.

Firda merasa masih butuh jarak dengan Bagas sampai lulus sekolah nanti mungkin.

Firda dan Alifa sudah bermusuhan, Firda takut Alifa melakukan hal yang sama dengan kejadian SMP nya.

Air mata Firda menetes, Firda tidak bisa menjawab apa yang di ucapkan Bagas.

"it's oke Daa.. lupakan" Ucap Bagas ketika Firda tak kunjung menjawab pertanyaan nya.

Bagas mengusap air mata Firda, menarik ke dalam pelukannya. Di ciumnya pucuk kepala Firda.

"kita senang senang disini, sebelum lo pulang" ucap Bagas setelah melepaskan pelukannya. Firda mengangguk tersenyum.

Namun air matanya malah semakin gencar ingin keluar deras.

"udah dongg" Ucap Bagas terkekeh mengusap air mata Firda berkali kali.

"Lo sihh" Ucap Firda ikutan terkekeh lalu menarik kaos lengan pendek Bagas untuk mengusap sesuatu di hidung nya dan tentu saja Bagas protes, Firda tertawa berlari menuju air laut di ikuti Bagas yang mulai menyipratkan air ke arah Firda.

Bagas.. kalau seandainya waktu bisa berhenti berputar, mungkin Firda akan jawab, kalau Firda jauh lebih bahagia bersama Bagas. Jadi tetap lah seperti ini sebelum keadaan berubah.

Firda.. kalau seandainya semua lelaki bisa membaca pikiran cewek, mungkin Bagas akan selalu siap siaga menemani Firda sampai kapanpun, di masalah apa pun. Jadi apapun yang terjadi jangan takut kalau Bagas akan meninggalkan Firda.

Bagas.. kalau memang perasaan cinta itu tidak perlu kata kata, harusnya Bagas tau gimana perasaan Firda ke Bagas.

Firda.. kata orang cinta pertama itu susah di lupakan, dan memang iya Bagas merasakannya. Bagas tidak bisa melupakan Firda sedikitpun.

"Bagas.." Panggil Firda. Bagas mengangkat alisnya bertanya, tanganya merapikan rambut milik Firda.

"udah yuk balik ke villa" Ajak Firda yang mulai lelah kepanasan. Bagas mengangguk mencubit pipi Firda pelan lalu di genggam nya tangan Firda.

Seketika Firda ingin menghentikan waktu saat ini lebih lama.
.
.
.
.

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang