12. Firda Dan Ferdy

199 10 0
                                    

Firda dan Bagas berjalan berdampingan menuju kelasnya. Sedari tadi dalam perjalanan Firda diam, apalagi mengingat apa yang di ucapkan Bagas tadi pagi.

"awwww" pekik Firda tiba tiba saat merasa rambut hitam nya tertarik ke belakang. Lalu mendelik kesal melihat siapa pelaku nya yang sedang terkekeh.

"lo dari tadi diem mulu sih gue kan takut gimana kalo lo kerasukan" ucap Bagas tertawa.

"lo yang kerasukan, dari tadi ketawa gak jelas" balas Firda. Dan Bagas bukan nya kesal malah terkekeh.

"daa.." panggil Bagas lembut. Dan Firda jijik mendengarnya.

"apaan sih lo" ketus Firda saat melihat Bagas dengan senyum senyum merayu.
Dan saat melihat tas yang sedang di gendong resleting nya sudah mulai terbuka. Firda menghembuskan nafas nya dalam dalam, menahan emosi. Lalu tersenyum greget. Ia tau apa keinginan Bagas saat ini, mengambil buku nya dan di jadikan nya alas untuk berkarya.

Belum sempat Firda mengeluarkan kata katanya, mulutnya sudah ditutup dengan tangan Bagas dan dibawa nya ke dalam kelas dengan terkekeh karna Firda yang memukul mukul tanggan Bagas meminta untuk melepaskan nya.

"makanya jangan marah marah nanti cepet tua" Bagas semakin tertawa. Lalu mendudukan Firda di bangku nya, namun tangan nya tak kunjung melepaskan nya.

Mata Firda mengisyaratkan tangan Bagas minta di lepaskan.

"ya elah ni anak dua makin hari makin lengket lebih lebih dari yang pacaran" sahut Amel.

Bagas melirik ke arah Amel. Lalu melepaskan tangan nya dari mulut Firda. Firda terengah engah menghirup oksigen sebanyak banyak nya.

"maksud lo apa mel?" tanya Bagas. Amel mengerutkan keningnya.

"apaan?" Amel kembali bertanya.

"gue butuh penjelasan soal kemarin" ujar Bagas. Lalu mengambil bangku dan duduk di samping Firda.

"gue gak punya hutang penjelasan apa apa sama lo" padahal Amel sedang merangkai kata apa yang harus di bicarakan. Tidak mungkin kan soal kemarin di jelaskan apa adanya. Maksudnya, ini belum tepat waktunya.

Dan ini berurusan dengan soal pribadinya. Tidak ada yang tahu soal kedekatan Amel dengan Guru mereka. Ya Aldo.

"lo punya rahasia apa?" tanya Bagas. Ia melihat gelagat Amel yang terlihat berbeda dari biasanya. Seperti menyembunyikan sesuatu. Firda melirik ke arah Amel.

"kagak ada" Amel kembali mengelak. Bagas menyipitkan matanya. Lalu tersenyum mengangguk.

********

"kok lo gak nanya maksud mereka apa nyulik lo sembarangan?" Vina bertanya.

Saat ini mereka sedang di kantin dan Firda menceritakan apa yang terjadi saat pulang sekolah kemarin. Amel yang sudah mengetahui pun pura pura tidak tahu.

"boro boro itu, gue nanya mereka siapa aja gak di jawab jawab malah mengalihkan pembicaraan" balas Firda lalu melanjutkan memakan cilok nya.

"tadi siapa namanya? Ferdy ya?" tanya Vina memastikan. Dan Firda mengangguk.

"jangan jangan.. Kaka lo, kok namanya mirip Firda Ferdy" tebak Vina. Firda menyatukan alis nya dan berpikir. Iya juga ya. Namanya mirip. Dan ia langsung teringat soal gantungan mobil itu.

"nah iya bisa jadi" Lanjut Alifa. Amel hanya mengangguk angguk.

"gue harus cari tau ini" bukan Firda yang berbicara melainkan Bagas yang sedari tadi diam mendengarkan di samping Firda. Tidak akan berpindah tempat, tempat Bagas ya di samping Firda. Dan kali ini sedang di ancam sama Firda yang biasa menganggu saat makan. Kini tidak.

"Firda yang harus cari tau, lo siapa?" Romi angkat bicara melemparnya dengan tissue.

"iya gue bantu, maksudnya. Boleh kan?" Bagas tersenyum. Firda memutar bola matanya malas.

"terserah" ucap Firda.

Bagas tidak bisa di bantah.

*********

"terus gimana yang?" ucap seorang gadis bertanya dan mencoba menenangkan nya. Ya Fera gadis nya Ferdy.

"tapi beneran kan itu adik kamu, kamu gak salah?" tanya nya kembali. Ferdy menghembuskan nafas nya lalu mengangguk sebagai jawaban. Menyandarkan tubuh nya di kursi mobil ini.

"dari mata sama hidung nya keliatan mirip sama kamu" Fera tersenyum. Begitupun Ferdy.

"udah gede makin cantik dia" mata Ferdy terlihat menerawang ke atas. Ia merindukan sosok adiknya.

"dia marah gak ya?" Fera mengelus lengan Ferdy dengan lembut.

"gak bakal, jadi hari ini mau jemput dia lagi gak? Kebetulan aku juga gak ada kelas kok" tanya Fera.

"kayaknya gak usah deh, takut dia makin bertanya tanya. Aku belum siap jelasin" jawab Ferdy. Dan Fera mengangguk mengerti.

"usahain dia udah tau sebelum kita nikah" ucap Fera. Ferdy terkekeh lalu merangkul gadisnya.

"iya iya.." sahut Ferdy. Dilanjut mencium kening gadisnya ini.

"kita makan di caffe aku ya, sekalian aku mau ngecek keadaan disana" ajak Ferdy dan di angguki Fera.

"iyaa boleh" ucap nya lembut.

Ferdy melepaskan rangkulan nya. Dan mulai melajukan mobil nya dengan kecepatan rata rata.

"besok Aldo nikah sama murid nya sendiri, kalau gak salah temen Firda juga loh yang" ujar Fera. Ferdy yang sedang fokus menyetir itu menoleh sekilas.

"kalau iya, berarti semakin gampang dapat info tentang adik aku" balas Ferdy semangat. Dan Fera tertawa.

"iya bisa, tapi jangan memaksakan mereka ya.. Sebisa mungkin kita yang harus berusaha. Kasihan jadi merepotkan mereka" Fera berujar bijak dengan nada yang lembut. Ferdy mengangguk mengerti dan tersenyum. Ia beruntung memiliki gadis seperti Fera.

Tak lama kemudian mereka sudah sampai di tempat yang mereka tuju, Cafferdian nama Caffe nya. Sebenarnya ini milik Om nya. Namun, krna masih banyak cabang di mana mana. Tempat disini di pegang oleh Ferdy. Dan Ferdy ingin menamakan Caffe ini membawa namanya. Beruntung nya Om nya ini sangat baik alhasil mengiyakan keinginan seoarang Ferdy.

"kamu tunggu disini bentar ya" Ucap Ferdy setelah memasuki caffe ini. Dan duduk di meja no 6. Fera mengangguk. Lalu Ferdy meninggalkan Fera sendirian.

"loh Fee, sama siapa? Ferdy dimana?" Fera tersentak lalu menoleh ke arah sumber suara bass itu.

"Aldo, parah gue kaget nya betulan ini" Fera mengelus dada nya. Sedangkan Aldo tertawa.

"maaf Fee" ucap Aldo lalu duduk di meja yang sama.

"lo gak ngajar?" tanya Fera. Aldo menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"gak ada jadwal, mau nenangin pikiran ini gue deg degan besok ijab qobul" jawab Aldo. Fera terkekeh.

"besok ijab qobul dan lo masih berkeliaran gini santai tau namanya" Ucap Fera. Aldo mendengus.

Tiba tiba seseorang datang merangkul Fera, siapa lagi kalau bukan pacarnya ya Ferdy. Ferdy lalu menyipitkan matanya.

"sialan, Aldo. Gue kira cowok lain makanya gue dateng langsung rangkul cewek gue" ucap Ferdy setelah mengetahui ternyata Aldo yang sedang mengobrol dengan kekasihnya ini. Merasa berbeda, karna seorang Aldo yang biasanya memakai setelan kemeja. Kini hanya celana jeans dan sweater biasa.

"posessif dasar" ucap Aldo lalu dibalas dengusan oleh Ferdy. Dan Fera hanya tertawa.
.
.
.

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang