8. Berdebar

274 10 2
                                    

Firda mengerjap kan mata nya perlahan. Menetralkan penglihatan nya.

"lo udah sadar?" ucap Bagas duduk di samping Firda yang sedang berbaring. Firda mengangguk sebagai jawaban nya.

"kenapa pake pingsan segala? Cewek kalau datang bulan lebay" ucap Bagas

Firda yang mendengar nya merasa tak terima. Cowok ya mana tau rasa nya datang bulan.

"lebay lebay enak aja kalau ngomong" ucap Firda sewot.

Lagi sensitif kayak gini di bikin emosi, udah sakit nya bikin uring uringan, pengen pingsan lima kali dan ini baru satu kali.

"tiap bulan sakit gitu?" tanya Bagas. Dan Firda mengangguk.

"tiap bulan selalu datang?" tanya Bagas lagi. Dan Firda kembali mengangguk sedikit meringgis perut nya masih tidak bisa di ajak kompromi, belum lagi paha nya yang seperti pegel pegel gak jelas gini.

"kalau gak datang gimana?" Bagas kembali bertanya dan jawaban nya adalah cubitan di lengan nya.

"nanya nanya mulu lo ah ganti gender deh biar tau" ucap Firda kesal lalu bangkit dari baringan nya. Mengambil sepatu nya yang sempat di lepas karna pingsan tadi.

"ogah, nanti sakit sakitan tiap bulan, nanti gak bisa itu" ucap Bagas tersenyum.

"gak bisa apa?" tanya Firda tangan nya melanjutkan mengikat tali sepati nya.

"gak bisa jadi suami lo" jawab Bagas terkekeh. Firda menggeleng kan kepalanya.

"lo kalau gak kuat lebih baik pulang aja gapapa gue anter dengan senang hati" ucap Bagas melihat wajah Firda yang tampak kurang bertenaga.

"gak deh ke kelas aja" tolak Firda lalu berjalan meninggalkan Bagas.

Bagas sedikit berlari mensejajarkan langkah nya dengan Firda. Sampai akhirnya Bagas melihat bola mata Firda membulat. Lalu Firda menarik tangan Bagas dan menyuruh nya untuk berjalan di belakang nya.

"udah sepi kali gak usah malu gitu anak anak udah pada masuk juga" ucap Bagas.

"bodo, yang penting lo nutupin aja" Firda menjawab ketus lalu melanjutkan berjalan nya menuju kelas nya.

*******

Firda memegang pundak Bagas. Saat ini sedang dalam perjalanan pulang, Bagas memaksa ingin mengantar Firda pulang, dan dengan amat terpaksa Firda akhirnya mengiyakan.

Tidak ada percakapan selama dalam perjalanan, Firda menatap kosong ke arah jalan raya yang tidak terlalu ramai ini.

"udah sampai lo gak mau turun?"

Bagas membuka helm nya dan menoleh ke arah Firda yang datar tanpa ekspresi perlahan turun dari motor nya. Lalu meninggalkan begitu saja, tanpa sepatah kata.

Bagas menggeleng gelengkan kepala nya. Dengan cepat berlalu meninggalkan rumah Firda.

*******

"iya pa, yang penting papa bahagia Firda ijinkan"

Firda menjawab lembut dengan senyuman khas nya.

Jam 7 malam tadi papa Firda baru pulang dari kantor nya. Firda yang sejak pulang sekolah hanya berdiam diri di kamar, memutuskan untuk menemui papa nya. Ingin berbicara empat mata.

Papa Firda tersenyum lalu memeluk anak semata wayang nya.

"makasih sayang.."

Mata Firda berembun saat membalas pelukan papa nya. Tidak bisa marah lama lama. Jujur.

"kalau Firda boleh tau, kok papa kepengen Firda punya mama baru?"

Tanya Firda setelah melepas pelukan nya. Lalu menunggu papa nya menjawab.

"nanti juga kamu tau sendiri"

Jawaban yang tidak di harapkan Firda sebenarnya. Tapi oke lah pa Firda akan cari tau sendiri.

********

Firda menjewer telinga Bagas dengan sedikit tidak berperasaan.

"gila lo yaa hobby banget jewer kuping gue" protes Bagas setelah Firda melepaskan tangan nya di telinga Bagas.

Lagian gimana Firda gak kesel coba? Pagi pagi jam setengah 6 sudah nangkring di meja makan dengan papa nya. Sedangkan Firda belum mandi sama sekali, bahkan ia turun ke meja makan dengan rambut yang masih di ikat acak acakan. Mau di taruh di mana wajah nya? Kulkas sudah penuh.

"ya elo ngapain jam segini udah disini?" tanya Firda

"lo nanya gitu aja pake jewer telinga gue dulu jahat lo daa" ucap Bagas sembari mengelus elus telinga nya yang terasa panas.

Firda memutar bola matanya malas. Lalu duduk di samping Bagas.
Mengambil roti dan selai cokelat kesukaan nya.

"daa, lo belum mandi aja cantik" celetuk Bagas.

Papa Firda yang mendengar nya tersenyum. Sedangkan Firda hanya mendelik. Ia tidak terbang di puji seorang Bagas.

"bawaan dari lahir" ketus Firda. Dan Bagas terkekeh.

"Firda, buatin juga dong buat Bagas nya" sahut papa Firda.

Mata Bagas berbinar. Ooooow calon mertua yang pengertian. Terimakasih om.
Bagas tersenyum jahil menatap Firda yang sedang kesal. Namun tak urung tangan nya tetap mengambil Roti untuk sarapan Bagaskara yang terhormat ini tamu tak di undang datang pagi pagi bikin gak mood aja rasanya.

"makasih" Bagas menyengir. Firda melanjutkan sarapan nya.

"sayang, papa berangkat duluan ya. Kamu sama Bagas kan?" ucap papa nya sembari beranjak.

"pengen nya berangkat sama papa, usir dia dong pa" sahut Firda

Papa Firda terkekeh. Lalu mencium kening anak satu satu nya ini sebagai pamitan nya.

"Bagas, saya berangkat duluan. Kalian hati hati ya"
Ucap papa Firda lalu Bagas mencium punggung tangan Papa Firda.

"siap om, hati hati juga om" jawab Bagas.

Firda mengangguk setelah papa nya pamit untuk berangkat.

Firda meninggalkan Bagas sendirian di meja makan. Karna Firda butuh untuk membersihkan badan nya. Ia mulai naik tangga menuju kamar tidur yang terletak di lantai dua ini.

Baru saja ia menutup pintu kamar tidur nya. Seseorang mendorong pintunya dari luar. Siapa lagi pelakunya selain biang kerok yang pagi pagi sudah bikin tensi naik.

"lo ngapaiiinn?" pekik Firda panik. Lalu mendorong Bagas untuk keluar.

Gimana kalau papa nya balik lagi dan melihat Bagas ingin masuk kamarnya?

"gue tungguin disini" jawab Bagas santai memegang tangan Firda yang mendorong Bagas untuk keluar dari kamar nya.

"gak gak gak, lo tungguin di bawah aja. Enak aja main masuk kamar orang" ucap Firda lalu tangan nya mengarah ke telinga Bagas.

Belum sempat tangan lembut itu meraih target nya.  Dengan cepat Bagas meraih kedua tangan itu ke atas.

Membuat mata Firda dan Bagas saling menatap. Diam. Masih menatap. Karna terkejut, hidung mereka hampir bersentuhan.

Jantung kedua nya berdetak lebih cepat.

"Bagas, kok cakep?" ucap Firda dalam hati.

Hingga akhirnya mereka tersadar setelah Firda berujar dalam hati. Dengan cepat Firda masuk kamar dan menutup pintunya. Lalu memegang dada nya yang berdebar.

Bagas yang berada di depan pintu itu tersenyum sambil memegang dada nya.

"kok deg degan ya?" ucap Bagas. Lalu turun menuju ruang tengah. Untuk menunggu Firda mandi dan bersiap siap.

.
.
.
.

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang