37. Pulang

147 4 0
                                    

Firda sibuk membereskan baju baju nya yang tidak banyak itu untuk di masukan ke koper karna malam ini akan pulang , di bantu juga oleh Galang karna membawa baju sedikit jadi baju Galang dan Firda dimasukan satu koper.

Sedangkan Bagas duduk tidak jauh dari posisi Firda menontonnya.
Firda menoleh ke arah Bagas yang sedari tadi memperhatikan kakak adik ini.

Firda menghampiri lalu duduk di samping Bagas. Wajah Bagas masih berekspresi datar setelah perdebatan tadi menuju villa kediaman Firda. Bagas sedikit memaksa Firda untuk pulang bersama keluarganya, namun Firda tetap menolak tawaran Bagas.

"Nanti juga ketemu lagi, Bagas" Ucap Firda yang lelah melihat Bagas sepertinya masih marah.

Bagas mengangguk pelan, memang nanti pasti bertemu lagi di sekolah mungkin. tapi ia tidak tau apa bisa seperti ini lagi, maksudnya dekat seperti ini lagi? Mengingat Firda sudah memiliki laki laki lain.

"Ketemu juga belum tentu bisa gini lagi, Daa" Ucap Bagas. Firda terdiam.

Firda takut Alifa melakukan yang tidak tidak kalau misalnya Bagas dekat dengan Firda secara terang terangan lagi. Untuk saat ini lebih baik menjaga jarak lagi.

"Nanti cowok lo cemburu" Lanjut Bagas.

Firda menghela nafas sejenak. Yang Bagas pikirkan gimana perasaan Radit? Sedangkan yang Firda khawatirkan bukan itu. Karna Radit bukan siapa siapa bagi Firda. Bukan nya Bagas juga tau itu? Kenapa sekarang menganggap Radit sebagai pacar Firda?

"Biasanya juga langsung nonjok atau engga.. di sentil kepalanya, kenapa sama kak Radit gak berani?" Tanya Firda dengan meledek sengaja menjahili Bagas juga penasaran jawaban Bagas.

Baru Bagas akan menjawab, suara getaran ponsel di saku Firda menginterupsi, Firda melihat siapa penelpon, ketika jari jempolnya ingin menarik tombol hijau ke atas namun handpone Firda tiba tiba melayang beralih ke tangan Bagas.

Bagas sedikit mengintip tadi melihat siapa yang menelpon Firda, merasa kesal ternyata Radit yang menelpon Firda dengan cepat Bagas menarik hanpdhone Firda sebelum Firda menjawab teleponnya.

"Bagasss" Pekik Firda kaget karna handphone nya di tarik secara tiba tiba.

Bagas tidak menjawab juga tidak mematikan telepon dari Radit ia menunggu mati sendiri.
Bagas melirik ke arah Firda yang sedang menatapnya dengan tatapan tenang.

“Lo gak marah?” Tanya Bagas mengerutkan keningnya. Firda menggeleng lalu panik saat Bagas membuka layar kunci hanphone Firda. Bagas masih hafal betul password handhone Firda.

Mata Firda mengintip Bagas yang memainkan handphone Firda, jangan sampai buka chat di aplikasi whatsapp nya. Firda belum sempat mengganti walpaper chat nya, saat itu saking rindu nya sama jailnya Bagas jadi ia memasang walpaper chat foto berdua.

Sebuah notifikasi muncul ada pesan masuk dari Vina, Bagas berniat untuk membacanya namun dengan cepat Firda menarik handphone nya, sayang.. Gagal. Bagas berhasil mengamankan handphone Firda. Firda mencari cara jangan sampai Bagas membukanya, jujur saja ia jadi malu sendiri sama Bagas.

Firda mencoba merebut kembali handphone miliknya.

“kenapa sih? Gue cuma mau baca chat dari Vina aja” Ucap Bagas merasa heran melihat tingkah Firda yang sepertinya panik sekali saat Bagas memeriksa handphone nya.

“Jangaannn” Pekik Firda lalu kembali meraih tangan Bagas yang sedari tadi sulit dijangkau. Tak memperdulikan Firda yang berusaha mengambil handphone nya, Bagas memencet chat dari Vina. Firda yang melihat itu lalu menutup wajah nya dengan kedua tangan nya. Bagas tersenyum simpul ketika melihat ada foto dirinya di walpaper chat Firda, lalu melirik ke arah Firda.

Tangan Bagas mencolek pinggang Firda dengan jahil.

“Lo kangen gue kan? Ciee kangen gue cieee” ucap Bagas menahan tawanya. Firda mendelik kesal.

“Waktu itu ada tikus di rumah gue jadi pasang itu biar tikus pada kabur” Jawab Firda kesal lalu menarik handphone di genggaman Bagas.

“Ah masaaa” ucap Bagas wajah nya mendekat agar Firda melihat nya, Firda menjambak rambut Bagas gemas.

“awww sakit, Daa” Bagas mengaduh Firda nya tidak berubah sama sekali.

Lalu Firda menatap handhone nya ketika ada panggilan masuk, dengan cepat mengangkat nya sebelum Bagas menarik nya kembali.

Bagas yang melihat Firda mulai mengobrol dengan si penelepon terdiam menunggu Firda selesai. Berniat mengganggu nya tapi tidak jadi.

Bagas Bangkit meninggalkan Firda yang mulai asik mengobrol dengan Radit, Bagas menghampiri Galang yang sibuk bermain game di handphone nya.

“Gal.. kakak balik ya, salam buat kakak kamu” Ucap Bagas mengusap rambut Galang. Galang menoleh sekilas lalu melirik ke arah Firda yang asik tanpa memperdulikan Bagas.

“Iya kak.. hati hati” Balas Galang. Bagas tersenyum lalu mencari Silva juga Abi yang berada di ruang santai.

Firda masih tidak menyadari kalau Bagas sudah tidak ada di sisinya sejak ia asik berteleponan.

“Iya kak, bye” Ucap Firda mematikan telepon nya, lalu menoleh ke arah dimana Bagas duduk dahi nya berkerut kenapa tidak ada?

“Galang, Bagas kemana?” Tanya Firda menghampiri Galang.

“pulang kak” Jawab Galang tanpa menoleh ke arah Firda. Firda berlari keluar dari villa nya untuk mencari Bagas, apa Bagas marah?

“Maa, paa Bagas udah keluar dari tadi?” Tanya Firda dan di angguki oleh kedua orang tua Firda yang sedikit heran kok Firda tidak tau Bagas pulang? .

Firda menghela nafas nya. Ia mengobrol dengan Radit rasanya sebentar karna tidak banyak yang di bahas, Radit hanya bertanya jam berapa pulang, mau dijemput atau tidak. Tapi Bagas keluar dari Villa nya seperti kasat mata.

Firda masih bertanya tanya, kenapa Bagas mengira Firda berpacaran dengan Radit?

Tapi tidak apa lah, agar Bagas tidak terlalu dekat meski dirinya menginginkan Bagas sedekat dulu. Untuk berjaga jaga kalau Alifa melakukan yang tidak tidak.

Bukan nya berburuk sangka, tapi Firda sudah berfirasat tidak enak saat ia dan Bagas berbaikan seperti dulu.

Dan sekarang ia sedikit merasa bersalah juga sama Bagas. Ah rasanya hidup Firda dipenuhi rasa bersalah.

Bagaskara.. benar, semenyebalkan nya seorang Bagas, sejail jail nya seorang Bagas, di saat Bagas hilang di hadapan Firda, bukan hilang raganya, tapi hilang dari biasanya, Firda merindukannya.

Meski seseorang yang posisi nya selalu menemani Firda tergantikan, Bagaskara tetap orang yang ternyaman di sisinya.

“Bagas, lo cinta kan sama gue? Gue juga cinta sama lo, tahan sebentar Adnansyah Bagaskara” Ucap Firda lirih ketika sampai di luar Villa nya berharap masih ada punggung Bagas yang bisa ia tatap.

Firda tidak mau Bagas kenapa kenapa. Firda tidak mau Bagas terlibat masalah Alifa yang sepertinya sudah membenci Firda sekarang.

Lima hari lagi sekolah, semoga saja tidak terjadi apa apa. Tidak terjadi masalah apa apa.
.
.
.

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang