45. Dugaan

180 4 0
                                    

'dada lo beneran sakit?'

'hmm'

'bukan ngeprank?'

'hmm'

'kenapa?'

'di tendang Radit'

'serius?'

'Hoohh Radit pembunuh'

Firda masih tidak mengeluarkan sepatah kata setelah Romi berhasil meninggalkan mereka berdua di ruang UKS ini. Firda hanya menatap ke arah Bagas yang sedang mengompres dadanya .
ia pikir memang benar Bagas mengerjainya, tapi ternyata itu hanya sandiwara Bagas agar Firda tidak mengetahuinya.

"Kenapa gak jujur sama gue?"

Tanya Firda akhirnya membuka suara lalu menarik kain basah yang berada di tangan Bagas. Bagas menatap Firda sekilas, Bagas sudah menebak Firda pasti mendengar percakapan dirinya dengan Romi tadi.
Ia beneran terkejut Firda datang di saat Bagas bilang bahwa Radit pembunuh.
Firda menyimpan kain itu ke dada Bagas . jujur saja, jantung Firda berisik sekali ketika menatap dada Bagas yang terlihat kekar itu. Padahal ini bukan pertama kalinya Firda melihat Bagas tidak memakai baju.

"Lagian sok jago banget tiba tiba nyerang ka Radit gitu aja"

Firda mengalihkan pandangan nya ke arah lain, saat menempelkan kain itu ke dada Bagas ia dapat merasakan debaran di dadanya. Bagas tak kuasa menahan senyumnya sedari tadi, namun mencoba untuk bersikap seperti biasa.

"Gue nyerang Radit bukan tanpa alasan, Daa"

Bagas meraih tangan Firda sebelumnya Bagas menyimpan kain yang sempat menempel di dadanya itu, lalu mendekatkan diri ke arah Firda, dan Firda yang melihat itu reflek memundurkan tubuhnya sedikit, bisa bisa ia terbaring. Sial Bagas, mau ngapain? Teriak Firda dalam hati. Jantung nya kembali bermarathon.

Bagas tersenyum, bibirnya mendekat ke telinga Firda, tangannya memegang dada Firda yang berdetak tujuh kali lipat dan itu membuat bunga di hati Bagas langsung mekar sebanyak tujuh rupa.

"Lo makin cantik kalau lagi blushing gitu"

Jantung Firda semakin tidak aman saja, belum lagi tangan Bagas yang memegang dada Firda dan Bagas pasti bisa merasakannya. Kenapa Firda jadi lemah gini?

Damn! Bagas- gue jatuh banget sama lo.

Namun, Tiba tiba bayangan Bagas yang melakukan ini hampir sama dengan yang ia liat tadi di dalam kelas. Mengingatnya saja membuat Firda kesal setengah mati.

Firda memejamkan matanya sejenak, lalu dengan cepat mendorong Bagas untuk menjauh juga menjauhkan tangan Bagas yang memegang dada Firda, untung tangan Bagas tidak nakal.

"Bagas gila, gimana kalau bu Mae tiba tiba masuk?"

Firda berusaha menetralkan jantungnya, Bagas terkekeh lalu mengambil kaos polos putih dan memakainya di lanjut dengan kemeja seragamnya.

"Jadi alasan lo ngajak berantem ka Radit karna apa?"

Firda berdiri membereskan air kompresan. Bagas mengancingkan kemeja satu persatu mata Bagas menatap Firda sekilas.

"Lo mau tau?"

"hmm"

"beneran mau tau?"

"karna cemburu?"

"Karna Radit pembunuh"

Firda menatap Bagas dengan tatapan tanda Tanya. Merasa tidak terima juga kalau Radit di bilang pembunuh, apa maksudnya?

"Siapa yang dibunuh ka Radit? Lo jangan asal nuduh gitu, Bagas.. alasan lo gak suka ka Radit karna gue deket sama dia. Jangan hanya karna lo gak suka lo jadi nuduh dia yang engga engga"

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang