Target komen nya masih sama kok 15 komen, jangan males untuk vote yaa readers!
_____________________________Siapin hati, fikiran, jiwa dan raga, karna part ini mengandung kejutan.
Play musiknya yaa biar makin ngefeel, download aja dulu 🎶🌷
Calla membanting pintu dengan sangat keras, dada nya terasa sakit dan matanya semakin terasa panas.
Calla mendudukan diri di sofa sambil mengusak rambutnya, ia berusaha tenang meskipun itu tidak berhasil, butiran bening itu memaksa keluar dari dua indra penglihatan nya. Calla semakin tertunduk, hati nya terasa sangat sesak. Lisa berjalan ke arah nya lalu memeluk tubuhnya erat, mencoba untuk memberikan energi yg ia punya agar sahabatnya itu bisa sedikit lebih tenang. Jari jari lentik Lisa mengelus surai Calla yg tengah tertunduk di dada nya."Kau masih mencintainya?" Tanya Lisa.
Calla sama sekali tidak menjawab, alih alih bibirnya berucap, yg terdengar hanyalah nafasnya yg tersengal mencoba mencari oksigen disela sela tangis nya."Jangan membohongi dirimu sendiri Calla-yaa... mau sampai kapan kau bersikap acuh seperti itu pada Jimin oppa? Aku tau kau masih sangat mencintainya, belajarlah perlahan untuk bisa memaafkan kesalahan nya dimasa lalu"
Ucapan Lisa mampu membuat pertahanan Calla semakin roboh, ia harus mengakui bahwa rasa di dalam sana tak sedikitpun berkurang, cinta dan ketulusan itu memang mampu membuat Calla harus mengakui, bahwa ia masih sangat mencintai pria bermarga Park itu.
Meskipun pada kenyataan nya cinta dan benci itu terus bergelut jadi satu didalam relung hati nya, mencoba saling memenangkan diri satu sama lain.Jika harus mengingat bagaimana pesakitan tak berujung itu terus menyiksa nya dalam kurun waktu yg tidak sebentar, Calla sangat membenci Jimin. Namun jika ditanya bagaimana perasaannya saat harus jauh dari orang yg sangat ia cintai itu, seketika rasa benci itu perlahan mengikis. Calla tidak tau harus berbuat apa, dia tidak mau menerima orang yg dulu sudah jelas menghancurkan hidupnya berkeping keping. Bahkan kepingan itu sudah tidak mampu disusun untuk sekedar diperbaiki keadaannya.
Meskipun Calla harus merelakan jika suatu saat nanti hidupnya akan dipenuhi dengan kesepian dan kesakitan, Calla harus bisa menerima itu semua. Lebih tepatnya adalah takdir, takdir yg menuntunnya masuk kedalam cerita buruk tak berujung.Tuhan merubah keadaan nya jadi lebih rumit ketika mantan suaminya menyesali perbuatan nya diwaktu yg sudah sangat terlambat, disaat Calla sudah bisa hidup selama beberapa tahun tanpa sosok Jimin, pria yg sangat ia cintai itu.
Jimin datang seolah ia adalah pria yg hanya melakukan kesalahan kecil seperti merusak barang kesayangan Calla atau sekedar menumpahkan teh hangat saat sedang menonton film bersama. Calla bertanya mengapa semudah itu Jimin mengatakan maaf setelah segalanya ia renggut dari hidup Calla, gadis dari kalangan menengah kebawah yg harus dipaksa menikah dengan pria kaya raya yg tidak ia cintai, yg dengan kurang ajarnya membunuh tunangan nya di masa lalu."Dia menghancurkan hatiku Lisa-yaa, dia seperti membunuhku secara perlahan" Calla terisak, manik sembab nya menatap mata bulat Lisa yg tengah menenangkan nya, Lisa membelai pipi calla, dengan senyum getir, gadis itu tersenyum tipis.
"Untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan tidaklah mudah Calla-yaa, kau harus melalui masa sulit terlebih dahulu, ini semua adalah takdir dan jalan tuhan, percayalah-- setelah ini tuhan akan memberikan begitu banyak kebahagiaan untukmu" Lisa mengusap air mata Calla yg jatuh diatas pipi nya, Calla beruntung mendapatkan sahabat sebaik Lisa.
"Aku masih sangat mencintai nya Lisa-yaa... mengapa seperti ini? Mengapa perasaan ini tidak juga pergi dari hatiku?" Tanya Calla menuntut jawaban.
"Itulah cinta sejati Calla-yaa... ia akan selalu bisa menyembuhkan seberapapun besarnya rasa sakit itu, dan kau tau? Memaafkan Jimin adalah jalan untuk kau bisa terus melanjutkan hidup bersama Jangmi" Lisa tersenyum, dan Calla hanya tertunduk lalu memeluk tubuh Lisa.
Dilantai atas, terlihat Irene yg tengah menatap dua sahabat itu dari kejauhan sambil menggendong Jangmi, gadis itu pun turut menangis menyaksikan betapa menyedihkan nya hidup Calla.
•
•
•
•
Langkah kaki itu terus mengayun menyusuri rak rakan supermarket yg berjejer dengan berbagai produk yg dijual. Calla mengambil beberapa bahan keperluan dapur lalu memasukkan nya kedalam trolly belanjaan. Wanita cantik itu mau tidak mau harus belanja keperluan dapur sendiri dikarenakan Jangmi sedang sakit dan tidak bisa ikut dengannya berbelanja.
Setelah dirasa cukup dan trolly belanjaan nya penuh, Calla mendorong benda berbahan besi itu ke arah kasir, meletakkan nya satu persatu diatas meja untuk di scan.
Calla menunggu sambil memainkan ponselnya, namun tepukan dipundak nya membuatnya sedikit terjingkat kaget lalu menengok.
Air wajah nya berubah kala melihat siapa orang yg menepuk pundak nya.Calla buru buru memasukkan barang barang yg sudah ia beli ke dalam kantung belanjaan sebelum akhirnya membayar.
"Apa kau sendiri? Boleh ku bantu?" Tanya orang tersebut, Calla tidak menjawab dan memilih keluar dari supermarket tersebut.
Orang itu terus mengikuti langkah Calla dari belakang dan mengambil alih kantung belanjaan Calla.
"Ijinkan aku membantumu-- ini pasti berat" Ucapnya, wajah Calla sontak memerah menahan marah.
"Berhentilah sok perhatian padaku-- kembalikan belanjaanku" Ucapnya ketus.
"Aku hanya ingin membantu, apa itu salah?" Tanya nya.
"Tentu saja salah karna aku tidak menyukai nya" Jawab Calla cepat.
"Itu mobilku-- kajja ku antar" Ucapnya sambil menunjuk sebuah mobil yg terparkir tidak jauh dari mereka berdua, pria itu melenggang menuju mobil.
"Park Jimin!" Bentak Calla dengan amarah yg sudah diatas kepala.
Pria itu menghentikan langkahnya, seketika Calla berjalan cepat kearah jimin lalu menarik paksa belanjaan nya yg tengah dipegang Jimin."Dengarkan aku baik baik-- Berhentilah mengikutiku dan pergilah jauh dari hidupku! Sungguh aku tidak ingin melihat wajahmu lagi! Jadi ku mohon pergilah jauh dan jangan pernah kembali aratji?!"
Calla melangkah menyebrangi jalan raya, meninggalkan Jimin yg masih tertohok dengan ucapan mantan istri nya itu.
Calla berjalan sambil mengatur nafas akibat amarah nya tadi."Calla-ya awas!" Teriakan Jimin mampu membuat langkah Calla terhenti, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arah nya, mata gadis itu membola kala jarak mobil itu sudah sangat dekat dengan tubuhnya.
GREP!
BRUGH!
BRAKKK!!!
Tubuh Calla terpental, lengan gadis itu menghantam trotoar, Calla memegangi lengan nya yg terasa sangat sakit.
"Jimin!" Mata gadis itu membulat kala melihat tubuh Jimin terpental dengan jarak yg sangat jauh lalu jatuh diatas aspal. Darah mengalir sangat deras dari kepala pria itu, semua kendaraan terhenti hingga menyebabkan kemacetan, ditambah banyak nya warga sekitar yg melintas berkumpul ke tengah jalanan mengelilingi tubuh Jimin yg terkapar tak berdaya.
Calla berlari tergesa gesa memecah kerumunan orang. Gadis itu mematung kala melihat mata Jimin terpejam dengan lumuran darah kental membanjiri wajah nya.
"Jimin-ah ireona... Yak ireona jebal!" Calla mengangkat kepala Jimin untuk bertumpu pada pangkal paha nya, air mata gadis itu luruh dengan sangat deras diiringi deru nafas yg memburu.
"Jim ku mohon bangunlah..." Calla menepuk nepuk pipi Jimin, berharap pria yg sudah tak bergerak itu membuka matanya barang sedikit saja.
"Sepertinya dia sudah meninggal" Ucap seorang warga yg tengah menonton, Calla sontak makin membulatkan matanya, dengan rasa takut yg sudah bergelayut sedari tadi, gadis itu meminta tolong beberapa orang untuk mengangkat tubuh Jimin dan membawa nya ke rumah sakit.
🌷
Gimana? Udah bisa nebak ending nya seperti apa? Siapin banyak tisu untuk next chapter nya.
Vote+komen dulu dong, jangan lupa juga follow akun ini supaya author punya alasan kenapa bertahan untuk nulis.
🌷
Bentar lg cerita ini bakal tamat, siap baca next story nya? Kalian mau ttg member mana lagi nih klo gua buat cerita baru? Hyung line or maknae line? Komen aja.
🌷
Korea selatan, 22 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Park (Completed✔️)
Fanfiction(WAJIB FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA❗) Sekeras apapun aku mengungkapkan kejujuran padamu, hasil nya akan tetap sama, kau tetap menganggapku sebagai seorang pengkhianat, kau tak mempercayai ku barang sedikit saja.