19 | Tae tae

719 117 4
                                    

Yuk vote dulu baru baca supaya next chapter nya cepet di up!
=============================

Calla masih terus mengingat bagaimana ibu nya pergi jauh meninggalkan nya, meskipun Calla tidak sendirian ia merasa tetap butuh orang yg memang menyayangi nya setulus hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Calla masih terus mengingat bagaimana ibu nya pergi jauh meninggalkan nya, meskipun Calla tidak sendirian ia merasa tetap butuh orang yg memang menyayangi nya setulus hati.
Tak ada sosok itu lagi sekarang, sosok yg hanya bisa tersenyum, mengangguk atau menggeleng, menyampaikan apa yg ibu nya suka dengan bahasa isyarat dan gerak tubuh.
Hal itu selalu dirindukan oleh Calla.

Siapa lagi orang yg akan menjaga nya? Jimin? Calla rasa tidak seharusnya dia berharap pada suami yg jelas jelas mencintai wanita lain.
Jika harus jujur Calla lelah dengan semua yg terjadi dalam hidup nya, dipukul telak oleh kenyataan yg terasa sangat getir.

Andaikan diberi pilihan tetap hidup atau pulang bersama orang orang yg dia cintai menuju neraka.
Calla merasa pilihan kedua adalah yg lebih baik.
Haruskah ia mengatakan bahwa jiwa nya kini telah kosong? Mati rasa akan sebuah kebahagiaan, bagaikan kaki yg di anestesi oleh jarum suntik, bahkan dipukul sekuat tenaga pun Calla tidak akan menampakkan ekspresi apapun.

Di kamar yg hening dengan jarum jam yg terus berdenting, wanita itu menatap kosong ke arah luar jendela, bisa Calla rasakan bagaimana angin sore itu menerpa kulit putih nya, sesekali Calla menyingkirkan helaian rambut yg menutupi wajah nya.

Ditatap nya barisan gedung dengan berbagai ukuran seperti potongan kayu berdiri.
Rasa bosan terus bergelayut di dalam kepala nya, terlebih sekarang ia tidak melakukan kegiatan apapun dirumah, masak dan bersih bersih dilakukan oleh bibi Hwang yg baru bekerja sekitar 1 minggu yg lalu.
Tidak terasa memang, sudah seminggu ibu nya meninggal dunia dengan cara tragis, bukan karna Leukimia yg di derita nya selama hampir 1 tahun, namun dikarenakan pendarahan di kepala yg sampai sekarang tidak di ketahui penyebab nya.

Calla mencoba berfikir positive, mungkin saja ibu nya terpeleset lalu terbentur lantai, bisa saja bukan? Terlebih ibu nya memang sudah tua dan sangat lemah jika berjalan, siapa yg harus ia salahkan? Pun Coline tidak mungkin melakukan hal itu, ibu nya tidak pernah merepotkan nya selama ini, jadi kecil kemungkinan untuk gadis bule itu melakukan hal bodoh seperti itu.

Calla menghela nafas berat, ia memutar balik tubuh nya lalu berjalan ke arah pintu, di putar nya gagang pintu tersebut hingga daun pintu itu terbuka.
Calla berjalan menuruni tangga, dilihat nya Coline yg sedang bercanda dengan Jimin di ruang tv, mereka berdua menengok saat Calla sampai di anak tangga terakhir.

Calla merasa tidak peduli apapun yg dilakukan dua sejoli itu, ia berjalan menuju dapur lalu mengambil minum karna tenggorokan nya terasa sangat kering.
Sesekali manik coklat itu menoleh ke arah Jimin dan coline, tangan mungil Jimin terlihat membelai surai gadis bule itu.

Entahlah Calla merasa tidak suka dengan itu, rasa nya ia ingin melempar dua orang itu dengan gelas ditangan nya, masih teringat jelas bagaimana Jimin bersikap manis pada nya, sejujur nya hati Calla menghangat mengingat bagaimana Jimin melarang nya melakukan sesuatu, memeluk nya saat ia terpuruk pasca kepergian ibu nya, dan bagaimana Jimin menghisap jari nya saat ia teriris, terlalu naif jika Calla mengatakan bahwa dia tidak menyukai nya.

Mr. Park (Completed✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang