Seperti pagi hari biasanya, senja adalah orang pertama yang selalu sudah siap untuk me-ngampus. Padahal jadwal kampus senja itu tidak setiap hari, tapi entah kenapa cewek itu selalu sudah siap setiap harinya. Mungkin memang pembawaannya yang rajin, makanya walaupun kelas kosong ia tetap tampak cantik di pagi hari.Lain halnya dengan jeane, cewek galak itu saat ini sedang memasak di dapur seperti kebiasaanya setiap hari. Walaupun anak kosan lebih sering makan di luar tapi jeane tetap saja memasak—menyiapkan makanan untuk anak anak miskin kosan. Jessi contohnya.
"Udah rapi amat pagi pagi? Ada kelas?" Pertanyaan jeane menyapa indera pendengaran senja. Cewek itu baru saja masuk ke dalam dapur untuk membuat susu.
Cewek dengan pakaian hitam putih yang saat ini sedang menuangkan susu kaleng tampak mengangguk sekilas lalu berbalik arah guna melihat jeane yang sedang menggoreng tahu.
"Mbak jeane gak ada kelas pagi?" Senja bertanya balik.Jeanne tak menjawab, namun saat ia sudah mengangkat gorengannya ia tersenyum pada senja "ada sih, cuma santai aja lah" balasnya. Lalu tangannya dengan cekatan memotong cabai yang sudah ia siapkan sedari tadi.
"Kalo gitu biar gue aja mbak yang ngelanjutin masaknya, mbak siap siap aja" senja merasa tak enak hati juga melihat jeane jam segini belum bersiap siap. Padahal terlambat di jam kuliah apalagi jam pertama itu bukanlah hal yang baik.
Jeane menggeleng"tanggung, bentar lagi juga selesai"
"Tapi nanti gak keburu mbak, mending siap siap sekarang" tawar senja kembali. Melihat jeane tetap keras kepala, senja menjadi bingung harus mengatakan apa lagi.
"Eh iya juga ya, kelas pertama gue bu Atun! Waduh gawat" ucapnya panik saat mengingat kembali jadwal kuliahnya hari ini. Dengan cepat ia mematikan kompor dan melesat meninggalkan area dapur, tapi sebelum benar benar hilang jeane masih sempat berteriak "senja itu tinggal di goreng terongnya terus di sayur campur ikan asin"
Senja memberikan pertanda oke melalui tangannya. Cewek itu langsung meminum susu buatannya dalam sekali teguk. Lalu dengan cekatan ia juga menyalakan kompor untuk melaksanakan apa yang di perintah jeane barusan.
"Senja ada doni tuh di luar!"
Baru saja senja akan memasukan potongan terong kedalam penggorengan, suara melisa lebih dulu memasuki indera pendengarannya. Mau tak mau ia langsung mematikan kompor.
"Mel bisa gantiin gue masak? Gue udah di jemput nih" senja memasang wajah bertanya, namun langsung berubah lesu saat melisa menggeleng.
"Lo mau kosan kita ke bakaran?" Melisa menyilangkan kedua tangannya. Cewek itu memang tidak bisa memasak, sebenarnya bukan tidak bisa sih tapi lebih ke trauma, dulu sewaktu dirumahnya ia pernah kecipratan minyak di sekitar matanya saat sedang menggoreng telur. yang membuatnya matanya tidak bisa terbuka beberapa hari. Belum lagi dia dulu pernah kena ledakan gas. Sebenarnya salah dia juga sih. Kenapa gasnya malah dibanting?
Senja menggeleng sebagai jawaban. Kalau kosan kebakaran mereka semua mau tinggal dimana? Di apartemen? Yang benar saja? Bahkan biaya bulanannya di jamin mereka tidak akan sanggup membayar ."yaudah deh, resha aja kali ya?" Ucapnya lebih tepat tanya nya.
"Resha? Yang ada masakan nya abis duluan dicemilin dia, gue jamin bukannya masak dia pasti malah makanin makanan yang udah mateng" sambar melisa. Cewek itu langsung berjalan keluar dapur saat mengingat sesuatu "gue panggilin mbak jessi aja deh," imbuh cewek itu sebelum menghilang dari pandangan senja.
Senja segera mencuci kedua tanganya. Tak lupa ia juga dengan cepat menuju ke dalam kamarnya untuk mengambil tas. Pagi ini sebenarnya senja tidak ada kelas pagi, tapi karena doni memaksanya untuk berangkat bersama mau tak mau senja mengikuti keinginan doni yang memiliki kelas pagi hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan NYAI
RomanceKosan nyai, bukan kosan pada umumnya yang digunakan untuk sekedar singgah ketika lelah, namun sebuah rumah yang dibangun dan di peruntukan sebagai tempat pulang, tempat mengadu serta tempat berbagi suka maupun duka. ...