-Penyelamat Dan Penenang-

2.3K 323 163
                                    

Part mengangandung kegajean luar biasa. Yang anti gaje-gaje dipersilahkan out dari part ini.

*****

"Dari mana aja lo,?"

Abin menyilangkan kedua tangannya didepan dada, menatap sean yang barusaja memasuki kosan dengan wajah kesal dan juga penuh amarah.

"Udah puas sekarang?"

Ia tak lagi mempedulikan sopan santun, katakan saja ia tidak sopan pada sean yang notabenya lebih tua daripada dirinya. Tak apa abin hanya ingin sekedar mendengarkan alasan bukan yang lainnya.

Laki-laki itu menatap sean yang tampak lesu, sebenarnya ia merasa kasian berada di posisi sean saat ini tapi semua orang sudah terlanjur salah faham kepadanya.

Siang tadi jesssi pulang bersama resha, resha menceritakan semuanya. Termasuk saat kehadiran sean yang malah membantu iren bukan membantu jessi.

Abin kesal, jelas saja. Ini bukan lagi soal perasaan tapi ini soal kekeluargaan.

"Jessi mana?" Sean tak berniat menjawab pertanyaan abin malahan laki-laki itu kembali bersuara.

"Jessi mana?!" Tanyanya dengan nada membentak.

Cih.

Apa-apaan, sedari tadi lo di mana? Saat jessi menangis? Saat jessi berusaha mati-matian menahan sakit juga perih ketika diobati?

Abin tak menghiraukan pertanyaan sean, malahan laki-laki itu lebih memilih berlalu keluar kosan dan setelahnya ia mulai melajukan motornya menjauhi area kosan.

Sedangkan sean, laki-laki itu langsung meringis sembari mengacak rambutnya kesal.

Ah, ayolah apa pebuatannya siang tadi benar-benar membuat jessi kecewa?

Laki-laki itu memilih melangkah kearah pintu kamar jessi. Berharap cewek itu berada disana. Tak apa ia akan di kata-katai, yang terpenting menurutnya saat ini melihat keadaan jessi juga meminta maaf.

Jangan salahkan sean atas kejadian ini, tapi salahkan saja chandra. Laki-laki itu yang menyuruhnya buru-buru menyelesaikan permasalahannya dengan iren dan mau tak mau ketika dua pilihan itu berada di depan matanya ia memutuskan untuk segera menyelesaikannya. Sudah cukup seminggu ini ia dibuat pusing dengan semua masalahnya.

"Jess?" Panggilnya pelan. "Lo didalem?"

Tidak ada sahutan. Kosan juga terlihat sepi entah pada berada dimana para penghuni yang lainnya

Laki-laki itu segera menarik ponselnya dari saku kemeja, mengetikan nama jessi dan berakhir menekan ikon telepon.

Maaf nomor yang anda hubungi tidak dapat menerima panggilan. Cobalah beberapa saat lagi.

Sean menghela nafas lelah, setelah pulang mengantar iren juga menunjukan kebenaran seperti yang di maksud chandra, sean belum sempat makan atau minum. Laki-laki itu buru-buru kembali ke kampus untuk menemui jessi, berharap cewek itu masih berada di poliklnik seperti yang dikatakan resha tadi.

Tapi harapan laki-laki itu sirna kala sosok jessi ataupun resha sudah tidak ada disana. Buru-buru sean kembali ke kosan untuk mencari jessi.

Tapi harapannya kembali sirna. Nyatanya jessi tidak menampakan batang hidungnya sama sekali di kosan.

Perlahan sean menaiki anak tangga, mungkin istirahat sejenak dapat membuat rasa penat di kepalanya sedikit menghilang.

Baru saja ia hendak membuka pintu kamarnya, suara lain yang tampak tidak asing terdengar ditelinganya.

"Iya, aku pulang kok. Aman mah jangan khawatir"

Sean menoleh, memperhatikan tubuh yang sedang duduk di soffa balkon lantai atas. Tubuhnya terlihat samar karena sedikit tertutup gorden. Tapi dari suaranya sean paham siapa tubuh di balik gorden itu.

Kosan NYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang