-Pasar Malam-

2.5K 341 205
                                    

"jessica!"

"Apaan sih, anjing"

Jessi menegakan tubuhnya yang semula terlentang tak berdaya di atas kasur kamarnya. Seharian menjadi babu di kosan, jessi merasa seluruh tulangnya remuk. Dan Sedari tadi suara jeane menggelegar memanggil namanya. Entah apa yang di permasalahkan oleh cewek dengan ciri khas wajah galak itu.

"Lo anjingnya!" Balas jeane dari luar kamar jessi. Tentu saja jessi langsung berdiri menghampiri jeane yang tengah menggedor-gedor pintunya.

"Apaan sih?" Tanyanya sewot saat pintu terbuka menampilkan jeane yang melipat tangannya di depan dada.

Bukannya menjawab, jeane malah memperhatikan wajah jessi. Sepertinya ada yang berubah dari cewek itu. Tapi jeane tak menemukan apapun. Ia mengernyit, sekali lagi memperhatikan jessi yang sedang menatapnya dengan wajah bingung juga malas.

 Ia mengernyit, sekali lagi memperhatikan jessi yang sedang menatapnya dengan wajah bingung juga malas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Heh! Lo ngapain sih?" jessi berteriak membuat jeane langsung menggerutu sebal. Terganggu dengan suara jessi? Tentu saja, cewek itu berteriak didepan wajahnya yang membuat jantungnya berdegup kencang karena terkejut. "Gak penting gue masuk lagi nih"

Jeane segera menarik jessi hingga cewek itu tidak jadi masuk kedalam kamar melainkan tubuhnya membentur tembok didepan kamarnya. "Anjing lo ya, jeane!" Makinya.

Sedangkan jeane hanya memasang wajah acuh tak acuh mendengar umpatan jessi. Sudah terbiasa mendengar anak-anak kosan memaki dirinya, jadi tidak masalah menurutnya baru saja jessi melakukanya.

"Bentar!"

"Apaan?!"

Jessi langsung menepiskan tangan jeane yang masih menggenggam tangannya. Jeane ini sangat mengganggu acara rebahan nya malam ini. Padahal menurutnya ini merupakan malam yang menyenangkan, esok hari weekend jadi malam ini jessi ingin menghabiskan waktunya untuk rebahan. Tidak seperti cewek lainnya atau paling tidak seperti senja-bahkan cewek itu sudah pergi sedari maghrib tadi bersama doni. Biasalah kalau bucin stadium akhir, memang tidak mengenal waktu.

"Lo potong poni?" Jeane berucap ragu, apa memang benar poni yang membuat jessi tampak berbeda malam ini? Atau memang hanya mata jeane saja yang bermasalah?.

Jessi menyengir bodoh, menampilkan deretan giginya yang rapi "iya, kenapa tambah cantik kan gue?" Ujarnya pede, walau tak lama kemudian ia langsung menjerit kala kuku panjang jeane bersilahturahmi di lengannya.

"Lo bisa gak sih gak usah pake kekerasan? Badan gue yang mempesona ini bisa lecet sana-sini gara-gara lo" cerocosnya yang hanya ditanggapi jeane dengan putaran mata jengah.

"Udah?"

"Udah apaan?"

"Bacot anjing!" Sahut jeane setengah berteriak membuat resha yang akan keluar kosan langsung menghampiri keduanya.

"Mbak jeane, mbak jessi kok belum siap-siap?" Tanyanya polos.

Jeane menolehkan wajah, dilihatnya resha sudah rapi menggunakan dress selutut. Ia menghela nafas guna untuk meredam emosi. Entahlah setiap ia melihat resha tuh bawaannya langsung emosi. Sepertinya memang benar, dendam masalalu itu belum bisa terlupakan oleh jeane.

Kosan NYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang