-Tentang Rasa-

2.3K 289 153
                                    

Empat jam berlalu. Kini anak kosan sebagian sudah terlelap di alam mimpi. Seperti senja contohnya, cewek itu tertidur lelap sekali di ruang tengah dengan memeluk bocah cilik yang menurut penjelasan jefri tadi adalah adik yerina.

Tadi saat jefri menjelaskan semuanya panik. Kenapa adik teman satu jurusannya ikut jefri ke kosan?. Tapi saat laki-laki itu tersenyum sembari memberikan pengertian mereka hanya meng-angguk angguk saja seolah mengerti tak terkecuali nyai.

Wanita yang sudah genap berusia setengah abad itu tampak tidak memprotes maupun mempersalahkan masalah ini. Lagian jefri juga mengatakan besok yerina akan datang kesini untuk menjemput adiknya. Dan malam ini, nyai sudah kembali kerumahnya dengan menyeret sean juga abin dan theo.

Tadi sewaktu nyai tiba di kosan dengan awut-awutan, ia merasa ada yang janggal dirumahnya lalu berniat memanggil anak laki-laki kosan yang tentu saja pemberani tidak penakut seperti yanu. Lalu setelah tiba dirumah nyai, abin mengatakan kalau ia mencium aroma-aroma mistis dirumah itu. Entah itu asli atau hanya karangan semata abin supaya nyai mau memberikan diskon pada biaya kosan.

Tapi setelahnya mereka tampak santai-santai saja, tidak ada yang janggal seperti ucapan nyai. Hanya saja abin terus menerus mengatakan ada sesosok makhluk yang mengikuti nyai. Jelas saja itu hanya pembodohan, abin punya seribu satu cara untuk menakuti orang-orang. Dan berakhirlah malam ini mereka dirumah nyai—menjaga nyai tidur.

Sebenarnya bisa saja mereka meninggalkan nyai, tapi mereka bertiga terlalu tidak tega melakukannya. Hingga sekarang ketiganya sibuk mengobrol ringan diruang tengah nyai. Ketiganya sama-sama terjaga, enggan untuk memasuki alam mimpi.

Sedangkan di kosan, anak anak cewek kosan semuanya tertidur diruang tengah menemani senja yang mengeloni adik yerina. Tadi senja ingin tidur di kamar tapi bocah itu hendak ikut membuat jeane menghela nafas lalu menyuruh senja tidur diruang tengah ditemani anak-anak yang lainnya.

Walaupun senja sudah memasuki alam mimpinya, nyatanya sebagian anak-anak kosan tidak dapat memejamkan matanya. Seperti ada yang mengganggu?. Ah, tidak. Memang siapa yang mengganggu.

Melisa dengan wajah kesalnya segera berbalik badan yang semula bermain ponsel membelakangi jeane kini menghadap ke cewek yang saat ini masih membuka matanya itu sembari menghadap ke atas.

"Mbak belum tidur?" Cicitnya pelan, nyaris tak terdengar.

Jeane hanya menggeleng sebagai jawaban. Tak lama kemudian ia juga bersuara pelan. "Lo ngapa belum tidur?"

"Blm ngantuk. Gak tau kenapa" balasnya yang kemudian sibuk memijati ponselnya untuk bermain game.

"Hawanya beda engga sih?"

Melisa melongokan kepala, melihat jessi yang berada disebelah jeane masih terjaga sesekali menguap membuat melisa menyahut. "Iya hawa-hawa yang udah jadian mah beda".

Jeane terkikik, tanpa sadar tangannya mengelus rambut jessi pelan saat cewek itu melotot galak kearah melisa, hendak memprotes.

"Minta disembelih emang melisa" kata jessi yang kemudian meraup wajahnya pelan. Ini yang dia tidak suka ketika mengumbar hubungan. Selalu di jadikan bahan buly-an, ah bukan buly-an sebenarnya hanya saja jessi merasa terbuly apa lagi pelakunya adalah melisa.

Melisa mengabaikan ucapan terakhir jessi kemudian meletakan ponselnya diakhiri dengan tubuhnya yang terduduk.

"Itu yanu sama bang jefri " tunjuknya pada dua sofa ruang tengah yang dihuni oleh jefri dan yanu.

"Iya" jeane mengangguk dalam. "Kasian ya, harus tidur di sofa. Padahalkan mereka bisa tidur di kamar"

Jessi berdehem pelan, lalu ikut mendudukan diri diikuti oleh jeane. "Emang anak kosan tuh paling the best kalo soal ginian" ujarnya.

Kosan NYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang