"Nja, udah ya. Doni bakal baik-baik aja kok" hibur jeane pelan. Cewek itu mengelus rambut panjang senja yang tergerai, sedangkan senja saat ini ia tengah tersedu-sedu di dalam pelukan resha.
Gelengan di dapatkan mereka semua, senja masih saja menangis walaupun tidak bersuara tetapi anak-anak kosan dapat merasakan apa yang tersirat didalam tangisan cewek itu.
"Nja, jangan kaya gini deh. Mandi dulu yuk" bujuk melisa. Ia langsung meringis saat senja langsung melepaskan pelukannya pada resha dan menyembunyikan wajah sembabnya dibalik telapak tangan mungilnya.
Diam.
Semuanya hanya diam menyaksikan senja yang masih terus menangis. Bingung harus membujuk apa pada sosok gadis dengan tubuh mungil itu. Tadi sewaktu anak-anak kosan hendak merayakan ultah nyai mereka dibuat terkejut dengan ucapan theo.
Walau anak-anak kosan terutama nyai-tidak dekat dengan sosok doni, tapi beberapa diantara mereka tetap saja mengunjungi dan menunggui kabar doni yang barusaja dibawa kerumah sakit.
Bukan senja takut atau apa sejenisnya. Hanya saja cewek itu dilarang menampakan diri di rumah sakit oleh keluarga doni, Entah apa penyebabnya. Dan saat ini ia tengah menangis dengan isakan pelan di ruang tamu kosan.
"Nja, laper gak?" Tanya resha pelan. Ia menatap senja dari samping tapi ia tak mendapatkan respon atas ucapannya barusan.
Tuk
"Sempet-sempetnya lo nanya kaya gitu!" Komentar jessi pelan. Cewek itu saat ini berdiri di tembok pembatas antara ruang tamu dengan ruang tengah sembari bersedekap dada.
"Apasih?!" Resha menyahut dengan nada membentak, memberikan tatapan sinis pada jessi dan berakhir memalingkan wajahnya saat jessi menatapnya tidak percaya. "Ya memang kenapa, mbak?" Ulanganya dengan nada pelan.
Jessi hanya menggeleng sebagai jawaban karena malas meladeni mulut sampah resha setelahnya, ia kembali memperhatikan senja yang masih saja terus menangis. Ia lelah, se-sorean ini hanya memperhatikan senja yang menangis tanpa berniat menghentikan aktifitasnya kali ini.
"Mbak.." lirih senja. Matanya tetap mengeluarkan cariran-cairan bening yang berlomba-lomba untuk menggenangi kedua pipinya. Ia menatap jeane dengan wajah sembabnya sembari menghela nafas pelan. "Doni gak bakal kenapa-napa kan?" Ujarnya diakhiri tarikan nafas panjang.
Jeane mengangguk, semakin mendekat kearah senja dan berakhir memeluk cewek itu. "Iya, doni bakal baik-baik aja" hiburnya kembali. Ia melepaskan pelukannya pelan, memegang kedua bahu senja dan mengarahkan cewek itu menghadapnya. "Kalo lo gak percaya, gue yang bakal bikin jaminan itu buat lo. Nja."
Senja semakin menangis kencang, menghirup nafas dalam-dalam sesekali mengelap kedua matanya pelan. Ia mengangguk dan kembali memeluk sosok jeane disampingnya.
"Gue takut..."lirihnya pelan. Tangisannya semakin menjadi kala mengingat kejadian siang tadi. Belum lagi hatinya terasa teriris saat keluarga doni tak menginjinkan dirinya untuk sekedar melihat keaadaan doni saat ini.
"Gue takut doni kenapa-napa.." sambungnya dengan nafas tersenggal.
"HUSTT! jangan berpikir yang engga-engga deh nja, doni baik-baik aja kok"
Suara itu milik jefri, laki-laki itu baru saja masuk kedalam kosan dengan pakaian setengah basah, dibelakangnya ada sean, abin dan yanu yang membantu theo berjalan memasuki kosan.
Anak-anak cewek kosan seketika langsung menoleh tak terkecuali senja, tangisan cewek itu semakin kencang menahan perih yang entah menjalar dibagian mana. Dan seolah tak mau bekerja sama, matanya turut terasa perih mengeluarkan air mata sedari tadi. Ia menutup mulutnya dengan telapak tangan, bermaksud meredam suara tangisannya. Namun sia-sia karena pada kenyataannya bibirnya terbuka dengan suara kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan NYAI
RomanceKosan nyai, bukan kosan pada umumnya yang digunakan untuk sekedar singgah ketika lelah, namun sebuah rumah yang dibangun dan di peruntukan sebagai tempat pulang, tempat mengadu serta tempat berbagi suka maupun duka. ...