-Sepenggal Kisah-

2K 305 134
                                    

Dua jam berlalu, tapi mata cantik milik cewek dengan bahu ringkih itu tetap terbuka. Bahkan tak menandakan kalau ia mengantuk. Padahal jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. yang mana anak-anak kosan lainnya sudah mengarungi alam mimpinya masing masing.

Jalanan juga sudah tidak terdengar bising karena memang sudah tidak terlalu banyak kendaraan yang melintas. Tidak ada yang istimewa sebenarnya, hanya saja entah kenapa cewek itu masih betah duduk berlama-lama di kursi yang berada di belakang kosan, ah lebih tepatnya di belakang dapur. Tepat persis disamping pintu belakang.

Lampu-lampu kosan sudah dimatikan membuat suasana kali ini sedikit tenang. Ia hanya diam sembari menatap besi-besi jemuran yang berada didekatnya. Hatinya tenang untuk sesaat tapi saat bayangan-bayangan masalalu kembali muncul, perasaan tenangnya seketika sirna.

Katakan saja ia terlalu kekanakan, tapi berada di posisi ia saat ini bukanlah kemauannya. Diri yang dipenuhi dendam, cemburu, iri. Semuanya membuat ia merasa menjadi manusia paling buruk didunia ini.

Ia mencoba menetralkan perasaannya kemudian menghela nafas pelan sembari memejamkan kedua matanya.

Detik demi detik berlalu, semuanya tampak tak berubah, ia masih setia memejamkan matanya. Hingga-

"Hikss.."

Satu isakan berhasil keluar dari bibirnya, terlebih saat ia membuka kedua matanya. Butiran air mata itu berjatuhan membasahi kedua pipinya.

Boleh kalian menganggapnya cengeng, karena pada dasarnya ia memang manusia cengeng yang bersembunyi dibalik kata cuek.

Hal seperti ini sudah tidak terasa aneh menurutnya, karena memang hampir setiap malam ia menangis sesenggukan ketika perasaannya campur aduk. Dan untuk alasan ini juga ia kembali menagis malam ini.

Meratapi nasib yang tidak pernah beruntung, jeane rasanya ingin musnah dari dunia sekarang juga. Tapi mengingat ia belum sukses ia memilih untuk bertahan.

Berlebihan memang tapi percayalah, Sosok jeane merupakan sosok terlemah di kosan. Hanya saja caranya menutupi berhasil membuatnya tampak angkuh, judes, galak maupun jutek.

Bearasal dari latar belakang yang dibilang kurang baik, jeane mampu mengartikan arti kehidupan dengan baik. Hidup itu tidak melulu soal cinta, hidup itu perlu imajinasi dan hidup itu perlu semangat yang luar biasa tinggi.

Kriiet

Jeane buru-buru menghapus air matanya. Memperbaiki posisi duduknya lalu perlahan menoleh kearah sumber suara.

Disana terlihat sosok laki-laki walaupun remang-remang jeane dapat menebak laki-laki itu adalah jefri. Sejauh ini memang hanya jefri yang mengetahui kalau ia sering begadang ditempat ini.

"Mbak"

"Ngapain?" Tanyanya dengan wajah galak walaupun ia yakin jefri tidak akan melihat ekspresinya saat ini.

"Gak papa sih" balasnya diakhiri kekehan. " Gak masuk? Dingin loh! Juga udah malem. Apa belum ngantuk?"

Jeane tak menjawab, lalu cewek itu menggeser duduknya agar jefri bisa duduk disebelahnnya.

"Kenapa? Kepikiran lagi?" Tanya jefri kembali, kali ini sembari menatap jeane serius.

Ah, kenapa walau dalam kegelapan jeane telihat sangat cantik?

"Mbak gak semua orang-"

"Jeff, gue butuh ketenangan. Kalo lo mau nasehatin gue, kapan-kapan aja ya" ujarnya tanpa berniat menatap satu-satunya lelaki yang saat ini langsung mengangguk sembari melipat kedua tangannya didepan dada.

Jefri terdiam, begitupun dengan jeane. Keduanya sama-sama sibuk dengan pikiran nya masing masing. Bahkan saat jefri tersadar, ia menoleh kearah jeane tapi tak berniat membuka suara.

Kosan NYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang