"Huek..huek.."Suara jessi terdengar jelas di dalam kamar mandi, matanya menangis dan cairan bening keluar dari mulutnya sedari tadi.
Dengan gerakan pelan ia menyalakan keran wastafel dan membersihkan mulutnya menggunakan air. Ia tersenyum tipis saat netranya menangkap pantulan tubuhnya di cermin. Matanya terlihat menghitam karena semalaman melembur, wajah juga bibirnya pucat tanpa polesan make up membuat ia terlihat seperti hantu yang selalu mengenakan daster putih yang entah di dapat dari mana.
"Jessi. Gwenchanna,, ok" gumamnya sembari membersihkan matanya. Ia kembali tersenyum tipis saat melihat pantulan tubuhnya dicermin. "Semangat! lo pasti bisa ujian kali ini!" Sambungnya seolah menyemangati diri sendiri.
Tentu saja ia menyemangati diri sendiri, memangnya mau menyemangati siapa? Atau akan mendapat penyemangat dari siapa?
Semalaman ia melembur dengan membaca juga menuliskan banyak sekali contekan di kertas. Dan pagi ini ia berharap otaknya akan encer untuk sekedar menuliskan jawaban dengan benar. Tapi sepertinya tidak akan berjalan lancar, nyatanya jam masih menunjukan pukul 06.53 tapi perutnya sudah tidak dapat di ajak bekerja sama apalagi otaknya.
Entah apa penyebabnya, mungkin karena ia salah memakan makanan buatan jeane atau memang karena something?
"Lo, ngapain sih anjirr! Senyum-senyum sendiri di kamar mandi?!gila lo?!" Suara abin terdengar membuat jessi langsung mendecih sebal saat wajah abin terlihat di pantulan cermin.
Jessi menoleh pelan, perlahan ia melunturkan senyumannya dan memberikan tatapan sinis pada abin. Tapi laki-laki itu tak menghiraukan ekspresi wajah jessi saat ini, malahan laki-laki itu berjalan maju dan mendorong jessi pelan hingga pinggang cewek itu membentur wastafel.
"Bangsat!!" Teriaknya sembari memegangi pinggangnya yang lumayan terasa nyeri. Dengan gerakan pelan ia langsung berganti mendorong abin yang saat ini berada disampingnya. Tapi sayang kekuatannya seolah tak ada, bukan abin yang terbentur wastafel atau setidaknya tembok melainkan tubuh jessi yang terjengkang dengan posisi mengenaskan.
Sontak abin langsung tertawa melihat adegan barusan. sedangkan jessi, cewek itu langsung bangkit dengan wajah merah juga dengan beberapa ringisan yang membuat ia berkali-kali lipat menyedihkan di mata abin.
"Ketawa lo!!..lo kira lucu?! Kalo gue patah tulang gimana?! emang lo mau bayarin biaya operasi gue?!" Ucap jessi menggebu-gebu dengan tatapan nyalang yang tak lepas dari abin.
"Apaan? Cuma jatuh gitu doang mana mungkin bisa patah tulang!" Sahut abin. Dan tanpa menunggu jawaban jessi ia kembali mendorong jessi, kali ini keluar dari dalam kamar mandi. "Udah sana keluar!!!atau lo mau liatin gue BAB disini?"
Jessi menggerutu sebal. Tangannya langsung menyubit lengan abin yang barusaja mendorong tubuhnya. "Jangan kurang ajar ya sama gue! Namanya musibah itu gak ada yang tau, kalo gue patah tu—"
Brakk
"ABINN!! gue belum selesai ngomong!!"
"Kuping gue panas, jess. Kalo mau ceramah di masjid aja jangan di kamar mandi dapur!!" Sahut abin dari dalam mandi setelah tanpa dosa membanting dan mengunci pintu.
"Heh!! Gue—"
"Kenapa sih? Pagi pagi ribut?!"
Jessi menoleh, melihat sosok melisa yang memicing kearahnya sembari memperhatikan dirinya dari atas kebawah seolah sedang mencari kejanggalan pada tubuh jessi.
"Ngapain lo?!" Sewot jessi saat melisa tak kunjung berhenti menatapnya seperti itu.
Dengan gerakan mata melisa mengkode jessi. "Bukan bang sean kan?" Tanyanya penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan NYAI
RomanceKosan nyai, bukan kosan pada umumnya yang digunakan untuk sekedar singgah ketika lelah, namun sebuah rumah yang dibangun dan di peruntukan sebagai tempat pulang, tempat mengadu serta tempat berbagi suka maupun duka. ...