Ada jeda sepersekian detik saat sudut mata Kai melebar terkejut dan ia menoleh dari Madam Ran ke sosok yang datang ke panti bersamanya. Apa? Putra Mahkota? Kai tentu tidak salah dengar, dan Madam Ran juga tidak terlihat sedang bercanda. Terlebih, senyum tipis yang menghiasi wajah si laki-laki asing ini juga tidak terlihat ia sedang menyanggah kalimat Madam Ran.
"Ah, ternyata Madam masih mengenali aku," ucapnya dalam senyum tipis yang tak kunjung hilang.
Kai memang berpikir laki-laki yang datang bersamanya ini bukan orang biasa. Memangnya siapa yang bisa berkeliaran dengan bebas di sekitaran pagar bagian belakang istana, kalau bukan penjaga yang sedang bertugas? Meski daerah itu sepi dan terletak jauh dari bangunan utama istana, tetap saja Kai yakin tidak ada orang biasa yang bisa menyelinap dengan sesuka hati. Dirinya saja perlu beberapa minggu pengamatan pergerakan shift penjaga untuk bisa menyelinap keluar tanpa ketahuan.
Tapi, Putra Mahkota? Menyelinap keluar istana tanpa pengawalan?
Laki-laki itu menoleh pada Kai, berucap pelan, "Maaf, aku tidak bermaksud menyembunyikan identitasku."
Tidak perlu minta maaf, kalimat itu sudah bergantung di ujung lidah Kai, tapi ia bahkan tak bisa mengeluarkannya dengan baik. Masih terlalu terkejut dan malah mengangguk kaku dengan jawaban singkat, "Iya. Tidak masalah."
TIDAK MASALAH APANYA.
Kai sudah memikirkan banyak skenario di dalam kepala. Dari semua orang yang paling Kai hindari saat menyelinap keluar dari istana, ia malah berdampingan dengan Putra Mahkota. Demi tuhan, sekali lagi, PUTRA MAHKOTA.
Kai tidak tahu apakah laki-laki ini sadar Kai siapa? Kalau ia sadar Kai adalah tahanan yang sering menyelinap keluar, bagaimana nasib Kai ke depannya? Oke kalau memang penjagaan sekitar menara akan diperketat. Namun bagaimana kalau ternyata Raja murka dan malah memperpanjang masalah? Bagaimana kalau ia tidak bisa kembali ke tanah kelahirannya sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan?
Bagian terburuknya, bagaimana kalau ia dihukum? Dicambuk? Dipukuli? Atau—
Coretan-coretan kusut yang bermain di dalam kepala Kai seketika sirna kala Madam Ran tertawa, melangkah mendekat pada si laki-laki asing—maksud Kai, Putra Mahkota dan merangkulnya akrab.
"Anak yang dulu kuasuh sepenuh hati ternyata sudah sebesar ini. Mana mungkin aku tidak mengenalimu."
Usapan sayang di puncak kepala—meski laki-laki itu jauh lebih tinggi dari Madam Ran. Binar mata yang terlihat akrab dan hangat. Apa mungkin Madam Ran dulunya adalah pengasuh Putra Mahkota? Kalau begitu, maka tidak heran suasana yang ada di ruangan ini terasa tidak mencekam. Keberadaan asing di ruangan ini adalah diri Kai sendiri.
Pelukan antar pengasuh dan anak asuh itu berakhir. Kai hanya memperhatikan bagaimana dua orang yang terlihat akrab itu saling menanyakan kabar. Madam Ran bertanya tentang keadaan istana, gantian laki-laki itu bertanya tentang keseharian Madam Ran di panti. Dan pertanyaan kasual lainnya yang dijawab dengan nuansa hangat.
"Ah, sudah jam berapa ini."
Madam Ran menoleh pada Kai, lalu kembali melirik Putra Mahkota. "Tunggu, benar juga. Bagaimana bisa kalian datang bersama ke panti ini?"
Mulut Kai terbuka hendak menjawab, tapi urung karena ia tidak tahu harus menjelaskannya mulai dari mana. Terlalu kusut, terlalu runyam. Kai juga tidak tahu apakah Putra Mahkota peduli tentang status Kai yang seorang tahanan menara, atau tidak.
Sepertinya Madam Ran sadar akan raut wajah Kai yang berubah-ubah, dan ia berusaha membaca situasi. Dari semua kemungkinan, Madam Ran mencoba menebak dari hal yang paling mendasar.

KAMU SEDANG MEMBACA
OLEANDER | SooKai
Fanfiction"Di ujung jalan ini, akankah aku menemukan kebebasan? Atau malah rantai lain yang semakin mengekang?"