[20]

629 108 42
                                    

"KALIAN BERCIUMAN?!"

Wajah Karina terlihat muram, mengernyit tajam dengan tangan mengepal di atas meja. Yuna terlihat kecewa dengan bibir bawah yang ia gigit. Hanya Hyunseo yang tidak menampilkan ekspresi berlebih namun jari-jarinya mencengkram cangkir dengan erat.

"Tidak! Tidak, kalian salah paham!"

Sebelum mereka menyimpulkan seorang diri, Kai memutuskan untuk merahasiakan adegan punggung itu di dalam benak dan mulai memikirkan cara untuk mengalihkan pembicaraan. Lagi pula terlalu banyak pasang mata dan telinga di sekitar mereka dan Kai juga tidak yakin Soobin ingin cerita ini diketahui oleh orang selain mereka. Atau mungkin Soobin tak peduli jika Kai ingin menceritakannya pada orang lain.

"Kami sama sekali tidak melakukan apapun, sungguh!"

"Lalu kenapa kencan kalian sangat tertutup?" Yuna menodongnya, dan Kai menjawab dengan pasrah, berharap mereka tak lagi membahas tentang hal intim yang tidak pernah Kai bayangkan—dalam hal ini, ciuman. "Aku justru merasa malu karena telah mengacaukan kencan dengan luka yang kudapatkan saat membantu di dapur."

Kali ini Kai yakin yang ia ceritakan tidak terlalu bersifat rahasia. Lagi pula ini untuk menutupi masalah punggung telanjang!

Kai mengangkat jarinya yang teriris pisau tempo hari. Meski itu bukan jenis luka yang parah, namun tetap saja terlihat cukup pedih. Jarinya teriris, menampilkan daging di bawah kulit sepanjang tak lebih dari dua senti. Meski tak lagi berdarah, namun dibiarkan terbuka begitu saja justru akan mengundang infeksi yang berbahaya. Hyunseo mengerutkan dahi prihatin, Yuna langsung berbalik untuk meminta pelayan membawakan obat, sementara Karina bersuara masih dengan raut wajahnya yang dingin.

"Kalian berkencan atau sedang melakukan pekerjaan sukarela?"

Yuna menyemburkan tawa disusul oleh Hyunseo. Karena dirinya adalah objek yang sedang dibicarakan, Kai tersenyum malu dan menggaruk belakang telinganya salah tingkah. Karina mengedikkan dagunya pada pelayan yang datang dalam waktu cepat dengan kotak obat di tangannya.

"Cepat obati dulu tanganmu baru kita lanjutkan sesi interogasi ini."

Pada akhirnya tea party hari itu menjadi ajang untuk memamerkan momen kencan satu sama lain yang tak tertulis di dalam koran. Mereka bersemangat menimpali satu sama lain dengan kalimat pujian, lalu melepaskan bom dengan memamerkan apa saja yang Soobin lakukan untuk mereka selama berkencan. Meski semuanya jelas seperti yang tertulis di koran dengan bahasa yang formal dan membosankan, tentu saja mendengarkan langsung dari orang yang bersangkutan mempunyai sensasi yang berbeda.

Hanya Kai, yang menceritakan kisah membosankan tentang makan siang bersama anak-anak panti asuhan dan menyimpan adegan punggung rapat-rapat. Kalau saja ia mengatakan tentang itu, mungkin tiga gadis di hadapannya akan memakannya hidup-hidup!

____

Berkat pesta teh di halaman belakang Istana Mahkota kemarin, hubungan antar peserta seleksi sedikit lebih mencair. Suasana hening di meja makan perlahan digantikan oleh sapaan kecil yang dimulai oleh Yuna. Meski Karina masih dengan wajah datar dan alis yang terangkat, gadis dengan rambut hitam legam sepunggung itu membalas sapaan Yuna acuh tak acuh. Hyunseo yang biasanya paling iri bicara, membalas sapaan Yuna dengan hangat.

Berbeda dengan Yuna yang tak merasa keberatan memulai pembicaraan lebih dulu, Kai sedikit canggung dan hanya bisa melempar senyum kecil bergantian pada mereka dan dibalas dengan anggukan kecil. Itu saja sudah cukup bagi Kai.

Madam Anna merasakan atmosfer perubahan di antara kandidat, namun ia tidak berkomentar dan hanya menjalankan tugasnya seperti biasa.

"Hari ini Pangeran Soobin akan datang."

OLEANDER | SooKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang